KONFLIK
SOSIAL
Dalam
kehidupan bermasyarakat tentunya terdapat interaksi sosial yang terjadi baik
antar perseorangan atau antar kelompok, maupun antara kelopok dengan individu.
Nah, di dalam interaksi tersebut, terdapat kemungkinan-kemingkinan untuk
timbulnya konflik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas
masalah konflik sosial.
Kata
konflik berasal dari bahasa Latin “confegere” yang berarti saling memukul.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik berarti pertentangan,
percekcokan, atau perselisihan. Dalam sudut ilmu sosiologi, konflik sosial
dapat diartikan sebagai berbagai masalah sosial yang menimbulkan pertentangan
dalam kehidupan masyarakat atau bernegara, yang disebabkan oleh adanya
perbedaan pendapat atau pandangan tertentu, akibat tidak adanya rasa toleransi
dan perasaan saling mengerti akan kebutuhan individu masing-masing.
A. Pengertian konflik sosial
menurut para ahli
Terdapat
beberapa definisi konflik sosial yang telah dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya :
1. Soejono Seokanto
Konflik
sosial adalah suatu bentuk proses soial dimana individu atau kelompok berusaha
untuk mencapai tujuannya dengan cara menantang individu atau kelompok lainyang
disertai dengan ancaman atau kekerasan
2. Robins
Menurut
Robins, konflik sosial merupakan suatu proses dimana suatu pihak merasa
dirugikan dan pihak tersebut telah memberikan efek negative kepada pihak yang
lain
3. Alabaness
Konflik
adalah suatu keadaan dimana diantara kelompok yang bermasalah tidak mencapai
suatu kata sepakat, hingga akhirnya masalah tersebut dapat mempengaruhi
kehidupan kedua belah pihak
4. Gillin
Merupakan
bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik,
emosi, budaya, dan juga perilaku
5. Robert M.Z Lawang
Konflik
sosial dalam pandangan Robert adalah sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal
yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, dan lain-lain
6. Minnery
Konflik
sosial adalah interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang satu
dengan individu atau kelompok yang lain yang saling berhubungan, saling
ketergantungan, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan
7. Lewis A.Coser
Konflik
sosial adalah sebuah perjuangan mengenai nilai-nilai atau tuntutan atas status,
kekuasaan, yang bermaksud untuk menetralkan, menciderai, atau menjatuhkan pihak
lawan
B. Faktor-faktor Penyebab Konflik
Sosial
Adapun
faktor-faktor penyebab konflik sosial diantaranya adalah:
1. Memiliki Perbedaan
Pandangan
Perbedaan
pandangan dan pendapat seringkali menjerumuskan kedua kelompok atau lebih
terlibat dalam konflik sosial. Perbedaan-perbedaan pandangan tersebut terjadi
karena adanya perbedaan cara berpikir serta tujuan akhir yang ada pada
masing-masing kelompok. Perbedaan ini sebenarnya dapat dihindari apabila di
dalam kelompok tersebut memiliki suatu perasaan saling menghormati dan rasa
toleransi yang tinggi
2. Saling Bergantung
Antara
kelompok satu dengan yang lainnya pasti saling memiliki ketergantungan untuk
mencapai suatu tujuan. Hingga sikap saling ketergantungan tersebutlah dapat
menimbulkan konflik jika tidak adanya persatuan tujuan antara kedua kelompok
3. Masalah Komunikasi
Komunikasi
merupakan modal utama dalam melakukan proses sosialisasi. Jika komunikasi tidak
berjalan dengan baik, maka kemungkinan untuk timbulnya konflik semakin besar,
dikarenakan maksud dan tujuan yang disampaikan tidak sepenuhnya didengar akibat
komunikasi yang kurang baik
4. Adanya Struktur
Organisasi
Dalam
sebuah organisasi atau kelompok, pastilah memiliki structural dalam menjalankan
tugas dan fungsi masing-masing untuk mempermudah dalam mencapai tujuan bersama.
Namun, seringkali antara struktur yang satu dengan yang lain tidak mencapai
kata sepakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga timbullah konflik
5. Perbedaan Sifat
Manusia
Kita
semua mengetahui, bahwasanya terdapat berbagai macam kepribadian manusia di
lingkungan kita. Antara orang yang satu dengan yang lain tentunya memiliki
kepribadian yang berbeda. Ada yang memiliki rasa memahami yang besar, ada orang
yang egois, ada orang yang dictator, dan lain sebagainya
Menurut
Loepold von Wiese dan Howard Becker, secara umum terdapat empat (4) faktor
utama penyebab terjadinya konflik, yaitu :
·
Perbedaan Individual
·
Perbedaan Kebudayaan
·
Perbedaan Kepentingan
·
Perbedaan Sosial
Sedangkan
menurut teori konfil sosial, terdapat 4 faktor utama penyebab timbulnya konflik
yang terjadi dalam masyarakat, yaitu :
·
Adanya pandangan atau persepsi
bahwasanya konflik merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan
·
Sedikitnya saluran-saluran untuk
menampung keluhan masyarakat kelas bawah, dan lambatnya mobilitas sosial ke
atas
·
Tidak meratanya pendistribusian sumber
daya di dalam masyarakat
·
Ditariknya kembali legitimasi penguasa
politik oleh rakyat kelas bawah
·
Melemahnya kekuasaan negara dengan
mobilisasi masyarakat bawah dan/atau elit
C. Macam-macam Jenis Konflik Sosial
Adapun
macam-macam jenis konflik sosial diantaranya adalah:
1. Konflik Sosial
Sebenarnya,
konflik sosial merupakan suatu haris besar dari berbagai macam konflik yang
terjadi di dalam masyarakat. Baik antar kelompok, antar individu, dan lain
sebagainya, jika telah adanya konflik yang terjadi antara lebih dari satu
orang, maka dapat dikatakan konflik sosial
2. Konflik Antar
Kelompok
Konflik
ini terjadi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, bisa jadi antar dua
kelompok, atau lebih. Konflik antar kelompok umumnya disebabkan karena
perbedaan tujuan dan persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan kelompok
masing-masing
3. Konflik Antar Negara
(Internasional)
Konflik
ini terjadi antar dua negara atau lebih. Biasanya, konflik ini dipicu oleh
adanya satu pihak yang keberatan dengan kebijakan-kebijakan negara yang
lainnya, sehingga timbullah konflik.
4. Konflik Antar Partai
Politik atau Organisasi (Politik)
Konflik
ini juga sama seperti konflik yang terjadi antar kelompok, dimana terjadi
perselisihan antara partai atau organisasi satu dengan partai atau organisasi
yang lainnya.
5. Konflik Antar Individu Dengan Kelompok
Konflik
ini ditimbulkan oleh karena adanya kelompok-kelompok tertentu yang tidak
sependapat dengan individu atau perseorangan, sehingga timbullah konflik
6. Konflik Rasial
Merupakan
konflik yang terjadi antara suku atau ras yang satu dengan yang lain, yang
disebabkan karena adanya perbedaan fisik
D. Bentuk-bentuk Konflik Sosial
Adapun
bentuk-bentuk konflik sosial diantaranya adalah:
1. Berdasarkan Posisi
Pelaku
·
Konflik Horizontal, merupakan konflik
yang terjadi antara ndividu atau kelompok yang mempunyai kedudukan yang relatif
sama
·
Konflik Vertikal, yaitu konflik yang
terjadi antar komponen masyarakat yang memiliki structural
Konflik Diagonal,
Merupakan konflik akibat tidak meratanya
pendistibusian sumber daya ke setiap organisasi sehingga muncullah konflik yang
ekstrem.
2. Berdasarkan Sifatnya
·
Konflik Destruktif, yaitu konflik yang
terjadi karena adanya perasaan dendam atau benci kepada kelompok lainnya
·
Konflik Konstruktif, yaitu konflik yang
terjadi karena adanya perbedaan pandangan antar kelompok
3. Berdasarkan Sifat
Pelakunya
·
Konflik Terbuka, ialah konflik yang
diketahui oleh semua pihak, seperti konflik antara Israel dan Palestina
·
Konflik Tertutup, yaitu konflik yang
hanya diketahui oleh orang tertentu saja, seperti konflik dalam keluarga
E. DAMPAK KONFLIK SOSIAL
1. Dampak Negatif
·
Meningkatnya solidaritas sesame anggota
kelompok yang berkonflik dengan kelompok yang lain, karena memiliki pemahaman
yang sama untuk menjatuhkan pihak lawan
·
Keretakan hubungan antar kelompok atau
individu yang bertikai atau berkonflik
·
Kerusakan harta benda dan hilangnya
nyawa manusia
·
Perbuahan kepribadian pada individu,
misalnya timbul dendam, benci, dan saling curiga
2. Dampak Positif
·
Tuntasnya Permasalahan, maksudnya, jika
misalnya terjadi perbedaan pendapat dalam suatu diskusi atau forum, maka
pastinya hal tersebut akan lebih lengkap untuk dijelaskan, sehingga akan tuntas
·
Dapat berfungsi sebagai sarana-sarana
untuk mencapai keseimbangan kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat
·
Dapat menghidupkan kembali norma lamadan
menciptakan norma baru
·
Memungkinkan adanya penyesuaian kembali
terhadap norma-norma lama yang dianggap tidak bisa mewakili kehidupan sekarang
F. Contoh Konflik Sosial
Sebagai
Negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia tidak lepas dirundung berbagai
masalah terjadinya konflik sosial di antara masyarakat. Heterogenitas yang
dimiliki sebagai salah satu kelebihan Indonesia di mata dunia internasional dan
penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multikultural justru menjadi sumber
konflik. Semakin lunturnya Bhinneka
Tunggal Ika, fungsi Pancasila sebagai dasar negara yang semakin memudar, serta
tidak hadirnya Negara dalam melindungi hak dan kewajiban warga negaranya
ditengarai menjadi penyebab maraknya konflik sosial akhir-akhir ini. (baca :
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945)
Menilik
data yang diperoleh dari laman Kesbangpol-Kementerian Dalam Negeri, konflik
sosial yang terjadi di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan isu/pola
konflik, sumber konflik, dan wilayah konflik.
Contoh
konflik sosial yang terjadi di Indonesia diantaranya:
1.
Konflik Sosial yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Konflik
ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012 hingga 29 Oktober 2012. Yang menjadi
penyebab konflik adalah saat ada dua gadis yang berasal dari Desa Agom diganggu
oleh sekelompok pemuda yang berasal dari desa Balinuraga. Kedua gadis ini
sedang naik sepeda motor kemudian diganggu hingga kedua terjatuh dan mengalami
luka-luka. Sontak kejadian ini memicu amarah dari warga desa Agom. Mereka
kemudian mendatangi Desa Balinuraga yang mayoritas beretnis Bali dengan membawa
sajam dan senjata. Bentrok pun tak terhindarkan hingga menewaskan total 10
orang.
2.
Konflik Sosial yang terjadi di Tolikara Tahun 2016
Konflik
terjadi karena pembagian bantuan dana respek antar distrik yang dirasa tidak
adil. Konflik ini menimbulkan korban jiwa dan kehilangan harta benda. Selain
itu, konflik juga menyebabkan sebagian warga mengungsi dan terjadi penjarahan.
3.
Konflik Sosial yang terjadi di Kabupaten Flores Timur, NTT Tahun 2013
Konflik
sosial yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2013 di Desa Wulublolong dan Desa
Lohayong II Kecamatan Solor Timur Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT.
Penyebabnya adalah saling rebut material yang berada di batas desa yang diklaim
oleh kedua warga desa sebagai pemilik. Konflik menimbulkan kerugian materi,
korban jiwa serta sebagian warga mengungsi.
4.
Konflik Sosial yang terjadi di Rembang, Jawa Tengah Tahun 2016
Merupakan
konflik dalam bidang pertambangan. Terjadi antara Semen Indonesia dengan warga
masyarakat Pegunungan Kendeng, Rembang Jawa Tengah. Penyebabnya adalah berbagai
kejanggalan yang telah dilakukan oleh Semen Indonesia seperti masalah Amdal
yang tidak sesuai dan hak ekonomi.
5.
Konflik Sosial yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Besar, NTB Tahun 2013
Konflik
sosial yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2013 di Desa Seketeng, Kecamatan
Sumbawa, Kabupatan Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Konflik ini
menyebabkan banyak warga masyarakat yang mengungsi.
6.
Konflik yang terjadi di Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
Konflik
sosial yang terjadi di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku. Merupakan konflik yang sering terjadi dan berkelanjutan. Konflik
menyebabkan kerugian materi.
Konflik
sosial yang berdampak besar pada masalah kemanusiaan menjadikan konflik sosial
sebagai salah satu dari jenis-jenis pelanggaran HAM. Sebagai Negara yang kaya
akan suku, agama dan budaya membuat Indonesia dikenal sebagai Negara demokrasi
dengan tingkat toleransi yang tinggi. Namun, maraknya konflik sosial yang
terjadi menunjukkan bahwa fungsi toleransi tidak berjalan dan ada yang salah
dengan cara kita merawat kekayaan itu sebagai kekuatan.
Konflik
merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam kehidupan setiap
masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah
mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang menjadi kekerasan (violence).
Pada
umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik
di dalam tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat
(safety valve), yaitu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan
kelompok dari kemungkinan konflik. Lewis A. Coser melihat katup penyelemat
sebagai jalan keluar yang dapat meredakan permusuhan antara dua pihak yang
berlawanan.
Secara
umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial:
Konsiliasi
Bentuk
pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak
yang bertikai.
Mediasi
Pengendalian
konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik
sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan
memberikan pemikiran atau nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam
menyelesaikan pertentangan mereka.
Arbitrasi
Arbitrasi
atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
No comments:
Post a Comment