Saturday, December 22, 2018

Pembebasan Wilayah Masa Khulafur Rasyidin


Pembebasan Wilayah Masa Khulafur Rasyidin


a.       Pembebasan Wilayah Persia

Kerajaan Persia sudah sejak dulu merupakan sebuah kerajaan yang kuat dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas wilayahnya membentang dari timur negeri Syam di sisi barat, hingga negeri Afganistan di sebelah timur, dari laut Khazar (Qazwin) di sisi utara, sampai negeri As-Sind di sebelah selatan. Meliputi daerah Irak, Persia, Khurasan, Thabaristan, Azerbaijan, dan daerah-daerah kecil lainnya.

Kerajaan Persia memiliki kelebihan berupa jumlah personil yang banyak dan teratur, akan sulit bagi kerajaan lain untuk membuat perkara atau menantang perang dengannya. Kerajaan Persia dengan pasukannya yang kuat itu pernah terlibat dalam peperangan yang hebat melawan kekaisaran Romawi. Dengan pasukan kuat itu pula, kerajaan Persia sering mendapatkan kemenangan, dan dari peperangan yang mereka lakukan telah meningkatkan pengalaman pasukannya yang kuat. Meskipun demikian, pasukan Islam tetap melihatnya biasa; karena kemenangan dan mati syahid yang telah Allah Ta’ala janjikan,

“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan adzab kepadamu dari sisi-Nya, atau (adzab) melalui tangan kami. Maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.” (QS. At Taubah [9]: 52)

Gerakan pembebasan daerah dari kekuasaan Persia dimulai dari tangan pemimpin muslim, Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibani Radhiyallahu Anhu, yang sebelumnya telah meminta izin kepada khalifah Abu Bakar untuk memerangi Persia. Dalam penyerangan tersebut, Al-Mutsanna memanfaatkan pasukan muslimin yang berasal dari sukunya, dengan alasan kedekatan lokasi mereka dengan daerah kekuasaan Persia. Melalui aksinya, Al-Mutsanna Radhiyallahu Anhu berhasil mengubah keadaan selatan Irak dengan sejumlah kemenangan yang diperolehnya melawan Persia dan sekutunya, Nasrani Arab. Meskipun tentaranya sedikit jumlahnya dan tentara musuh jauh lebih banyak. Menyadari keadaan pasukannya yang telah berkurang, Al-Mutsanna mengirimkan surat kepada Abu Bakar untuk meminta bantuan. 

Ketika itu, Khalid bin Walid telah menyelesaikan tugasnya, memerangi Musailamah Al-Kadzdzab di Yamamah. Oleh sebab itu, Abu Bakar mengirimkan surat perintah kepada Khalid untuk membawa pasukannya menuju Irak, guna membantu Al Mutsanna bin Haritsah dan pasukannya. Khalid pun berangkat ke Irak. Peristiwa ini terjadi pada tahun 12 Hijriyah. Abu Bakar juga memerintahkan pasukan lain di bawah komando Iyad bin Ghanam Al-Fahrawi. Abu Bakar memerintahkan agar pasukan Islam memasuki Irak dan arah atas, juga memerintahkan agar, baik Khalid dan juga Iyadh, menuju ke Al-Hirah, ibu kota kerajaan Arab yang terasing. Abu Bakar juga menjanjikan akan memberikan hadiah bagi mereka yang terlebih dahulu mencapai Al-Hirah.

Khalid berhasil memasuki kawasan Irak dan arah selatan dan mulai menaklukkan beberapa desa yang berada di dekat sungai Eufrat. Khalid berhasil menguasai Alis, Barmusa, Banqiya dan desa-desa lainnya.

Khalid pun merencanakan pembebasan kota Al-Abalah, yang merupakan pangkalan militer paling kuat kerajaan Persia di selatan Irak, juga menjadi pelabuhan yang disiapkan untuk penyerangan ke India, bahkan kota itu memiliki julukan “Pelabuhan India.” Sebelum Khalid melakukan penyerangan ke kota Ablah, dia mengirimkan surat kepada pemimpim kota itu. Dalam surat itu, Khalid meminta kepada sang pemimpin kota untuk masuk Islam, jika tidak sang pemimpin itu harus membayar pajak. Selain itu, Khalid juga memberikan ancaman jika pemimpin kota itu menolak, dengan mengatakan, “Jika kamu menolak permintaanku, maka jangan pernah kamu salahkan kecuali dirimu sendiri, karena kamu akan didatangi sebuah kelompok yang menyukai kematian, sebagaimana kamu mencintai kehidupan.” Pasukan kaum muslimin lalu mempersiapkan diri untuk bertempur melawan Persia, begitu pula Persia bersiap menerima serangan kaum muslimin dalam sebuah peristiwa yang kemudian dikenal dengan: Perang Dzatus Salasil, Perang Al Waljah (Peristiwa Alis), Pembebasan Al Hirah dan Al Anbar, Pembebasan Daumah Al Jandal yang akan dijelaskan nanti satu persatu. Bersambung insyaallah.

b.      Pembebasan Wilayah Syam

embebasan/penaklukan ini dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, yang sudah mendapatkan mandat dari Abu Bakar. Pasukan ini merupakan pasukan handal yang sudah dipersiapkan untuk memantau terlebih dahulu, atas “gebrakan” yang dipimpin oleh Khalid Al-Walid menuju Syam. Melihat kekuatan pasukan Romawi, akhirnya Abu Bakar mengatur kembali strategi untuk mengahadapi lawan dengan empat kaveleri, sekaligus empat jenderal yang memimpin.

a.       Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dengan kota tujuan Homs. Dan diminta untuk melewati jalur Tabuk Jabiyah sampai daerah Damaskus.
b)      Yazid bin Abu Sofyan dengan kota tujuan Damaskus, dan diminta melewati daerah Tabuk Balqa’ sampai daerah Damaskus.
c)       Mar bin Al-Ash dengan kota tujuan Palestina, dengan jalur Ailah, Palestina.
d)      Syarhabil bin Hasanah dengan tujuan Yordania, menggunakan jalur Tabuk.

Para pemimpin bergerak sesuai perinta Abu Bakar. sampai semua pasukan yang terbagi itu bersatu lagi untuk menaklukan pasukan musuh.

Perang Yarmuk telah berakhir di awal masa kekhalifahan Umar radhiyallahu ‘anhu, dengan kemenangan bagi kubu Islam. Setelah itu, tentara Islam berdiam diri untuk menyusun langkah selanjutnya. Apakah tentara Islam akan melanjutkan misinya ke Damaskus, sebagai kota administrative negeri Syam, ataukah tentara Islam melanjutkan infiltrasi ke Fihl, tempat  pasukan Romawi menyusun kekuatan besar. Maka kaum muslimin meminta petunjuk kepada khalifah Umar, dan kemudian sang khalifah memberikan petunjuk kepada mereka dengan mengirimkan surat yang berisikan, “Dengan hormat, mulailah kalian dari kota Damaskus, robohkan kota itu, karena kota itu adalah benteng negeri Syam dan kediaman para pemimpinnya. Sibukkanlah penduduk Fihl dengan kuda yang kalian sembelih.” Maka Abu Ubaidah bin Al Jar’ah sebagai pemimpin kaum muslimin segera melaksanakan titah dari Umar bin Khaththab tersebut, dengan bertolak untuk mengepung Damaskus bersama tentaranya. Abu Ubaidah juga menyisakan tentaranya di Yarmuk dan mengirimkan sepasukan untuk menyibukkan Romawi di Fihl.

Setibanya Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu di kota Damaskus, ia langsung melakukan pengepungan, dan pada waktu yang sama dia juga mengirimkan sepasukan menuju arah utara kota Damaskus, dengan tujuan kekuatan Romawi sibuk sendiri dan tidak mampu memberikan bala bantuan untuk Damaskus.

Kota Damaskus dikelilingi oleh tembok dan aliran air di setiap sisinya. Untuk itu, Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu membagi tentara Islam mengelilingi Damaskus, dan mulai mengepung kota tersebut dengan gempuran-gempuran selama tujuh puluh hari. Di Damaskus, tentara Islam harus mengalami penderitaan yang berat, karena udara yang sangat dingin,  sedangkan mereka hanya berpakaian seadanya. Tentara Islam telah mempersiapkan tangga-tangga dan tali untuk diikatkan ke tembok, untuk melakukan penyerangan di waktu yang tepat.

Suatu malam penduduk Damaskus sibuk dengan sebuah upacara. Kesempatan itu dimanfaatkan benar oleh Khalid bin Al Walid. Dia bersama sekelompok tentara yang pemberani berenang menyeberangi sungai yang dingin, hingga mereka sampai di sisi kota yang tidak banyak di jaga tentara musuh. Khalid dan para tentara lalu menyandarkan tangga di tembok dan menaikinya. Sesampainya di atas, Khalid bertakbir dan diikuti oleh tentara lain yang masih berada diluar. Penduduk Damaskus menjadi tercengang, mereka kaget. Khalid dan tentara yang menyertainya kemudian turun dan berperang dengan pedang-pedang mereka, hingga mereka berhasil membuka pintu gerbang Damaskus untuk masuknya tentara kaum muslimin. Tentara Islam lalu bergerak masuk ke dalam kota. Hal itu membuat para pejabat kota berlari menuju ke pintu lainnya, tetapi pada akhirnya para pejabat itu meminta perdamaian kepada Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu.

Setelah kota Damaskus berhasil ditaklukan, Abu Ubaidah mengangkat seorang gubernur yaitu Yazid bin Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu. Setelah itu, Abu Ubaidah melanjutkan penyerangan ke kota Fihl untuk menghadapi tentara Romawi. Jumlah pasukan Romawi di kota Fihl tersebut berjumlah hampir mendekati delapan puluh ribu, selain itupula mereka juga membetuk parit-parit berair disekeliling kota Fihl. Hal itu dilakukan untuk menghalau serangan tentara Islam.

Tentara Islam kemudian mengepung kota tersebut. Ternyata pasukan Romawi melakukan serangan malam hari. Karena tentara Islam telah melakukan observasi lokasi sebelumnya, tentara Islam telah siap dengan serangan musuh  yang tiba-tiba. Terjadilah pertikaian antara pasukan Romawi melawan tentara Islam dalam sebuah perang yang dahsyat. Pasukan Romawi pada akhirnya berusaha melarikan diri, mereka berusaha kembali ke dalam kota. Akan tetapi karena panik, mereka salah jalan. Mereka justru terperosok ke dalam jebakan yang sebelumnya telah dipersiapkan untuk tentara Islam. Jadilah lumpur yang tidak disukai oleh tentara Islam berhasil membantu mereka. Tidak ada satu pun pasukan Romawi yang lepas, kecuali beberapa orang yang berhasil melarikan diri. Perang ini menjadi salah satu perang yang memberikan kemenangan besar atas Romawi di negeri Syam.

c.       Pembebasan wilayah Mesir dan Utara Afrika

Pada tahun 18 Hijriyah, tentara Islam tertimpa wabah tha’un amwas (wabah pes). Hampir dua per tiga tentara Islam pada saat itu meninggal dunia. Namun,saat itu tentara islam tidak berdiam diri dari pembebasan daerah lain. Amr bin Ash meminta ijin kepada Umar bin Khaththab untuk melakukan pembebasan terhadap kota Mesir. Dengan menjelaskan beberapa alasan akhirnya Umar bin Khaththab memberikan ijin untuk melakukan pembebasan terhadap Mesir.

Pengepungan tentara Islam masih terus berlangsung, juga perundingan pasukan Islam dan Persia pun dilakukan. Sementara itu, Muquaqis, raja Qiblit di Mesir yang membela Romawi berusaha mengetahui bagaimana keadaan tentara Islam. Setelah ia mengetahui bagaimana keadaan tentara Islam dan kekuatan pasukan yang mereka miliki, Muqauqis tercengan ia merasakan kekuatan tentara Islam dan pertolongan Allah yang selslu menyertai mereka. Oleh sebab itu, Muqauqis berniat melakukan perjanjian damai dan mau membayar pajak kepada Islam. Setelah Benteng tersebut menyerah, Islam mampu mengontrol sejumlah besar daerah mesir, dan menjadi pengadil baik untuk bagian tengah Mesir maupun Selatannya.

Di Mesir  terdapat  kota  Iskandaria yang menjadi kota pelabuhan dan pertahanan angkatan laut untuk Asia dan  Afrika.  Kemudian khalifah  Umar  memerintahkan  Amru  bin  Ash untuk membebaskan Mesir. Namun Iskandaria  dipertahankan  dengan  segala  kekuatan  oleh angkatan  laut  yang  amat  besar.  Amru bin Ash  berupaya  mendobrak pertahanan  kota  pelabuhan  itu,  tetapi  belum  berhasil.  Namun dengan semangat yang tinggi dan kerja keras akhirnya tentara Romawi tidak tahan lagi menghadapi serangan yang terus menerus dari kaum muslimin, dan akhirnya mereka mengundurkan diri. Dan Iskandariahpun jatuh ke tangan islam melalui perjanjian yang dilakukan oleh Gubernur Muqauqis. Isi perjanjian tersebut yaitu:

a)      Jaminan mengenai kebebasan beragama
b)      Tentara Romawi meninggalkan Mesir
c)      Membayar jizyah (pajak).

Penaklukan wilayah Arika Utara

Setelah keadaan mereda dan pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, ia mangirimkan surat kepada gubernurnya di Mesir, Amr bin Ash, dan memerintahkannya untuk mengirimkan pasukan guna menuntaskan penaklukan Islam di wilayah Afrika utara. Pada tahun 41 Hijriyah, pasukan pertama berangkat dipimpin oleh Uqbah bin Nafi. Ekspedisi pertama ini berlangsung hingga tahun 45 H. kenudian gerakn tersebut dipimpin oleh Muawiyah bin Khudaij As-Sukuni yang menjadikan kota Burqah segabai markas pasukan Islam. Dan Abdullah bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan juga ikut bergabung.

Setibanya Qairawan, Uqbah menata ulang pemerintahannya dan kemudian segara menunjuk seorang pangganti yang akan mengemban tugas-tugasnya. Ia pun berangkat bersama pasukan kaum muslimin hingga berhasil merebut kota Bijayah, Qisanthinah, Tilmisan, dan Taharat. Uqbah juga mengirimkan ekspedisi militernya ke wilayah Sus yang terletak di pedalaman Maroko.  Ia juga berpikir untuk menyeberang ke arah utara menuju ke Andalus, namun ia memutuskan untuk kembali ke Qairawan untuk sementara waktu. Kasilah memanfaatkan saat-saat Uqbah terpisah dari pasukannya untuk membunuhnya. Dan Uqbah pun gugur sebagai syahid pada tahun 63 H.

Wafatnya Uqbah mengakibatkan banyaknya kemurtadhan dari Islam, dan menyulut pemberontakan, sehingga kondisi kaum muslimin terpaksa meninggalkan afrika utara.
Setelah sintuasi di Afrika berjalan dengan baik, Hassan bin An-Nu'man dicopot dari kedudukannya pada yahun 89 H, dan ia digantikan oleh Musa bin Nusair dengan perintah langsung dari Umawiyah Al-Walid bin Abdul Malik. Situasi di wilayah itu menjadi terkendali dan stabil pada masa Musa bin Nusair, sehingga kaum muslim di sana, baik orang-orang Arab, maupun Barbar, berkeinginan membuka wilayah-wilayah baru.

d.      Pembebasan Wilayah Asia Tengah

Dahulu negeri ini dikuasai oleh Timurlank, lalu dibagi- bagi diantara anak- anaknya. Kemudian berdiri sendiri membentuk penguasa- penguasa local hingga dimulainya penjajahan Rusia. Mereka menguasai Bukhara (Transoxania) pada tahun 1338 H/ 1919 M dan mengambil Khawarizm pada tahun 1337 H/ 1918 M, sebelmnya juga Farghanah dan Taskent sejak tahun 1293 H/ 1876 M.

Setelah kebangkitannya yang gemilang, umat Islam berusaha mengadakan ekspansi ke negeri ini. Akan tetapi, usaha-usaha itu selalu gagal, kecuali setelah Qutaibah bin Muslim ditunjuk sebagai gubernur Khurasan. Ketika itu Samarkand diperintah oleh Tharkun pada tahun 91 H (709 M) Ia mengadakan perjanjian damai dengan Qutaibah dan berjanji untuk membayar jizyah (pajak) kepada pemerintahan Islam di Damaskus, di bawah dinasti Bani Umayyah. Namun, penduduk negeri itu marah kepada Tarkhun dan menurunkannya dari kekuasaannya. Posisinya di ganti oleh Ikhsyiz Ghurik, Qutaibah berhasil memaksa Ikhsyiz untuk menerima perjanjian itu pada tahun 93 H (912 M) setelah ia dan pasukannya mengepung kota tersebut dalam waktu yang cukup panjang. Quthaibah memperkenankan Ikhsyiz tetap pada posisinya, tetapi ia menempatkan seorang wakilnya sebagai penguasa Arab dengan satu pasukan yang kuat. Sejak itu, Samarkand dan Bukhara menjadi batu loncatan untuk melancarkan ekspansi lebih luas di negeri Transoxiana. Ekspansi Islam itu dilalui dengan berat dan melalui banyak sekali pertempuran.

Pada tahun 204 H (819 M), Al-makmun, khalifah dari dinasti Bani Abbas yang berpusat di Baghdad, menyerahkan urusan pemerintaha negeri Transoxiana, khususnya Samarkand dan Bukhara kepada keluarga keluarga Asad bin Saman. Sejak itu, dua kota ini berada di bawah kekuasaan dinasti Samaniah. Dalam pemerintahan dinasti Samaniah. Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan masyarakatnya hidup sejahtera.

Ketika itu Samarkand dan Bukhara, masing-masing terbagi menjadi tiga bagian sebagaimana lazimnya kota-kota di Persia, yaitu daerah benteng, kota sebagai pusat dan perkampungan. Di daerah benteng terdapat istana, kantor-kantor pemerintahan dan penjara. Di sekitar kota di gali parit yang dalam dan tanahnya dibuat tembok kota. Kota Samarkand mempunyai empat buah pintu utama, sementara itu Bukhara tujuh buah pintu. Kota berbatasan dengan perkampungan, yang terdapat pasar-pasar besar, pertokoan, dan gudang harta yang jarang terdapat di kota di tengah berdiri kantor-kantor pemerintahan dan masjid Jami’.

Hubungan antara Iran dan Asia Tengah diperkuat oleh invasi bangsa Mongol. Pada abad ke-13 masyarakat Mongol non Muslim mendirikan pemerintahan mereka di Asia Tengah, sebagian besar wilayah Timur Tengah dan Cina. Penaklukan bangsa Mongol scara cepat memperluas wilayah Asia Tengah dalam berhubungan dengan Timur Tengah mengantarkan daerah-daerah padang rumput disebelah utara laut hitam, laut Caspia, laut Aral kedalam hubungan dengan masyarakat Muslim di Transoxania dan Iran, dan melalui penyatuan Transoxania Muslim dengan wilayah Asia Tengah dan Cina.

Islam memiliki sejarah panjang di kawasan Asia Tengah, yang hadir disana sejak abad ke-7 melalui para pedagang Arab, sejak saat itulah, Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tengah. Islam diberbagai wilayah Asia Tengah sejak awal telah memperlihatkan karakteristik penyebaran awalnya. Misalnya, penduduk muslim di Asia Tengah yang masuk pada penaklukan Arab yang cenderung konservatif dan tradisional. Sementara itu, mayoritas masyarakat muslim Asia Tengah adalah berakidah sunni dan bermazhab hanafi, rata-rata mereka berasal dari Turki, dan bertutur bahasa Turki. Abad ke-13 dan 14 lahir Khusraw va Syirin karya Quthb, Mahabbatnnah karya Khawarismy. Dari generasi Timurid muncul Sakkaki, Ghada’i, Nava’i. Yang jelas sastra- sastra religious sufi sangat dominan mewarnai karakteristik Islam Asia Tengah sampai sekarang, dan hamper bisa dipastikan bahwa tradisi sufisme dikawasan ini lebih dominan dan mengakar. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai ikatan komunalismenya dimana maqam- maqam orang suci selalu dijadikan symbol kesatuan spiritual, sekaligus sumber inspirasi perjuangan mereka dalam mewujudkan tujuan Islam.

e.      Pembebasan Wilayah Armenia

Armenia, negara kecil di Eropa ini pernah menjadi wilayah kekuasaan Turki Utsmani. Lokasinya yang berdekatan dengan Timur Tengah, membuat Armenia telah mengenal Islam sejak abad ketujuh. Saat ini muslim masih eksis di negara perbatasan Asia Eropa tersebut, meski hanya sebagai kelompok minoritas.
Dalam sejarah, Armenia memang salah satu wilayah yang menjadi dakwah Kristen awal. Negara seluas 29,743 kilometer persegi tersebut memiliki tradisi Gereja Armenia yang lahir sejak abad pertama masehi. Tak heran jika saat ini lebih dari 93 persen warganya menganut agama Kristen, lebih khusus Gereja Apostolic Armenia. Bahkan hingga kini, Armenian (orang Armenia) selalu diidentikkan dengan Kristen.

Islam masuk ke Armenia saat era pembukaan Islam, yakni sekitar abad ketujuh. Saat itu, bangsa Arab berhasil memasuki Armenia, namun pemerintahan masih dipegang penguasa setempat. Hingga kemudian seorang gubernur muslim dikirim untuk memerintah disana. Tak ada paksaan agama, pemerintah muslim memberikan kesepakatan damai..

Di abad kedelapan, telah banyak bangsa Arab dan etnis Kurdi yang menetap di wilayah Armenia. Mereka tersebar di kota-kota utama Armenia. Hingga kmudian sekitar abad ke-11, Bani Seljuk berhasill menguasai Armenia. Di bawah Seljuk membuat banyak warga Armenia memeluk Islam.

Ketika Turki Utsmani mengambil alih, posisi muslim makin menguat di Armenia. Wilayah tersebut resmi masuk menjadi bagian wilayah Islam. Terdapat sejarah kelam yang masih tak dapat dipastikan kebenarannya, yakni peristiwa berdarah genosida Armenia. Namun sejarah tersebut pun ditolak pemerintah Turki hingga kini. Hanya sebagian negara Barat yang menuding adanya Genosida dalam sejarah Turki Utsmani di Armenia.

Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Sarah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqah, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nub’ah, Armenia, dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria), Hera, Kabul dan Gzaznah di Turkistan. Jadi Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.

Masjid Biru rupanya tak hanya ada di ibukota Turki, Istanbul. Di ibu kota Armenia, Yereven, terdapat pula masjid yang disebut dengan Masjid Biru (Blue Mosque). Arsitekturnya tak kalah indah dengan masjid yang di Turki. Berwarna biru, Masjid Biru Yereven Nampak megah dilengkapi kubah dan menara.

Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang tersisa dan masih bertahan hingga kini. Padahal dalam sejarah panjang Islam di Armenia, banyak masjid berdiri disana. Bahkan terdapat pula gereja yang diubah menjadi masjid. Namun hanya Masjid Biru yang yang tersisa. Masjid Biru ini pun sempat ditutup saat Armenia dibawah pemerintahan Uni Soviet. Hingga ketika Armenia merdeka, masjid ini kembali dibuka.

No comments:

Post a Comment

POSTER PLANTAE