Monday, November 19, 2018

Peradaban lembah sungai kuning


Peradaban Lembah Sungai Kuning
Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Cina yang muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Cina Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Tiongkok kuno untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Cina untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.
A.     Letak Sungai Hwang Ho dan Yang Tse
Wilayah Pegunungan Cina terbagi menjadi 2 yaitu Pegunungan Cina Utara dan Pegunungan Cina Selatan.
“Di dataran tinggi sebelah Utara mengalir sungai Hoang Ho, yang berhulu di pegunungan Kwen Lun di Tibet dan bermara di laut Kuning . . .
Di dataran tinggi sebelah Selatan mengalir sungai Yang Tse , yang berhulu di pegunungan Kwen Lun dan bermuara di Laut Cina timur.”
Sungai Hwang Ho memiliki panjang 5.464 km, sungai ini merupakan sungai terpanjang kedua di Tiongkok setelah Sungai Panjang (Yang Tse ).
B.    Geografis Sungai Hwang Ho dan Yang Tse
“Di hilir kedua sungai besar tersebut, terdapat dataran rendah Cina yang subur. Kedua sungai besar itu merupakan urat nadi kehidupan bangsa Cina.”
Hilir sungai Hwang Ho (sungai kuning) yang subur tersebut ditanami dengan gandum. Padi di tanam di hilir sungai Yang Tse .
Daerah subur di Cina terletak pada daerah aliran sungai besar. Dataran rendah yang subur tersebut di antaranya di “China tengah yang luasnya mencapai 300.000 km² dan dialiri oleh Sungai Kuning atau Huanghe.”
Bisa ditarik kesimpulan, bahwa dataran rendah pada aliran sungai Hwang Ho memiliki tanah yang subur, begitu juga dengan lembah sungai yang berada dihilirnya (hilir sungai Hwang Ho dan Yang Tse).
C.     Pengaruh Iklim Terhadap Tumbuh dan Berkembangnya Kebudayaan dan Peradaban di Lembah Sungai Hwang Ho dan Sungai Yang Tse
 iklim 
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari  respon atau jawaban terhadap alam, di mana manusia yang menjadi pendukung sebuah kebudayaan itu. Iklim merupakan salah satu fenomena alam yang turut memberikan sentuhan bagi perkembangan kebudayaan di lembah sungai Hwang Ho dan Yang Tse .
“Iklim di Cina adalah iklim musim. Pada bulan Maret sampai bulan September, Cina berada dalam musim penghujan. Sedang pada bulan September sampai bulan Maret terjadi sebaliknya, yaitu musim kemarau.”
Di atas menunjukkan bahwa Cina merupakan negara dengan Iklim Tropis, namun di bagian utara beriklim subtropis dan sebagian beriklim dingin.
“Wilayah yang terbentang luas dari utara dan selatan (sehingga memiliki perbedaan garis lintang yang besar) menyebabkan perbedaan temperatur yang tajam, mulai dari udara dingin menyengat seperti di Siberia dan iklim tropis yang panas di selatan.”[6]
Sejarah tertua di Cina di mulai dari Hwang Ho dan Yang Tse , terlepas dari kesuburan tanah yang berada di aliran sungai-sungai. Jadi, lembah sungai merupakan lahan pertanian yang subur.
Faktor iklim memberikan sentuhan bagi perkembangan kebudayaan dan peradaban. Tantang dari pengaruh iklim tersebut:
Air sungai Hwang Ho membeku ketika musim dingin, hal memberikan andil bagi penghambatan terhadap aktivitas masyarakat.
Sesuai siklus iklim subtropis, musim dingin berganti dengan musim semi. Kedinginan memudar, salju-salju yang mencair, dan ini menjadikan air bah yang tentu menggenangi dataran rendah.
Kondisi ini memberikan tantangan bagi bangsa Cina untuk memberikan respons terhadap keadaan ini. Bentuk responsnya di tunjukan dengan dibangunnya tanggul-tanggul raksasa di sepanjang sungai.  Sungai Hwang Ho kemudian dapat ditaklukkan. Sungai yang mengalir ini bewarna kuning, sehingga disebut juga dengan sungai kuning (hwang ho).
Kondisi yang serupa juga terjadi di sungai Yang Tse  yang berada di sebelah selatan. Ketika musim kemarau menyapa, dan musim hujan menghampiri maka sungai Yang Tse  banjir dan tentu saja hal yang serupa dengan sungai Hwang Ho terjadi, dimana dataran rendah menjadi tergenang.
D.    Masyarakat Pendukung Kebudayaan dan Peradaban Lembah Sungai Hwang Ho dan Yang Tse
Di Lembah Sungai Hwang-Ho yang subur ini, pada tahun 2500 SM, tumbuh peradaban manusia yang didukung oleh bangsa Han. Bangsa tersebut merupakan campuran ras Mongoloid dengan ras Kaukasoid. Menurut cerita, pada sekitar 1800-1600 SM di Lembah Sungai Hwang-Ho telah berdiri pemerintahan Dinasti Hsia dengan dasar budaya perunggu, tetapi masyarakatnya belum mengenal tulisan.
Nama bangsa Han diambil dari nama dinasti yang pernah memerintah pada 206SM-221M. Orang Cina juga menyebut dirinya dengan bangsa Tang, mengambil dari nama dinasti yang pernah memerintah pada  618M-906M dengan gilang gemilang.
 E.     Kebudayaan dan Peradaban yang Berkembang di Lembah Sungai Hwang Ho dan Yang Tse
Memudahkan dalam mengenal kebudayaan yang berkembang di lembah sungai Hwang Ho dan Yang Tse , maka kami membagi secara implisit berdasarkan tujuh kebudayaan yang bersifat universal (seven’s of universal culture’s). Peradaban yang berkembang, kami masukkan ke dalam sub tujuh kebudayaan yang bersifat universal tersebut sebagai bentuk perkembangan dari kebudayaan yang lebih lanjut.
Sistem Religi
Sistem religi ini termasuk didalamnya kepercayaan, sistem nilai, pandangan atau upacara kenegaraan.
Kepercayaan sebelum adanya Lao Tse da Kong Fu Tse
Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur sangat di junjung tinggi oleh masyarakat Cina. Anak laki-laki mempunyai kewajiban berdoa untuk arwah orang tua atau leluhur secara periodik. Sebagai penghormatan, makam leluhur dibangun di tempat yang tinggi dan subur. Bangsa Cina juga percaya kepada dewa-dewa alam (dewa sungai, dewa gunung, dewa laut, dan lain-lain) serta siluman-siluman (ular, kera, babi, dan lain-lain). Dewa tertinggi adalah dewa Shang Ti (dewa angin).
Bangsa Cina percaya pada banyak dewa. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa memiliki kekuatan alam. Dunia digambarkan sebagai bidang segiempat dan di atasnya tertutup oleh langit yang terdiri dari sembilan lapisan. Di tengah-tengah dunia yang berbentuk segiempat terletakT’ienhsia, yaitu suatu daerah yang didiami oleh bangsa Cina. Daerah T’ienhsia merupakan daerah yang didiami oleh bangsa Barbar. Di luar daerah bangsa-bangsa Barbar terdapat daerah kosong dan menjadi tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa, yang menguasai musim kemarau. Di sebelah timur dan selatan negara Cina ada empat lautan besar yang disebut Su-hai. Dewadewa yang dipuja bangsa Cina pada saat itu di antaranya Feng Pa (Dewa angin), Lei-Shih (Dewa Angin Topan), Tai-Shan (dewa yang menguasai bukit suci), dan lain sebagainya.
Masyarakat lembah sungai kuning menganut polytheisme. Mereka memuja dewa-dewi yang mempunyai kekuatan alam. Dewa yang mereka sembah antara lain: Feng Pa (dewa angin ), Lei -Shih (dewa angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan (dewa yang menguasai bukit suci ), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho). Untuk memuja Ho Po setiap tahun diadakan upacara yang dipimpin oleh para pendeta perempuan dengan memberi sesaji berupa gadis tercantik di Cina yang diterjunkan di sungai Hoang Ho tersebut.
Dewa langit adalah dewa yang mendapat pemujaan tertinggi. Masyarakat Cina memuja dewa langit yang disebut Syang, karena langit adalah pemberi hujan dan panas matahari. Sedangkan bumi sebagai lahan yang menerima sinar matahari dan hujan dari langit. Sehingga masyarakat juga memuja dewi bumi. Selain pemujaan kepada dewa-dewa masyarkat Cina juga memuja arwah leluhur. Upacara pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua.
Pada masyarakat Cina di Indonesia sampai saat ini tradisi tersebut terus dilestarikan. Sebagai contoh: adanya meja abu di tiap rumahnya
Kepercayaan ini tidak langsung menghilang ketika muncul filsafat seperti Lao Tse dan Kong Fu Tse yang mengajarkan berbagai tentang norma dan nilai.
Lao Tse
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya “Tao Te Ching”. Lao Tse percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran – Lao Tse disebut dengan Taoisme. Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib. Menurut ajaran ini, suka dan duka adalah sama saja. Oleh karena itu, seorang penganut Taoisme dapat memikul suatu penderitaan dengan hati yang tidak terguncang.
Selanjutnya Taoisme juga mengajarkan bahwa di atas alam terdapat kerajaan Langit yang diperintah oleh dewa langit atau Hoo Tsien. Di bumi ada kerajaan bumi yang diperintah oleh Huang Ti. Bila raja yang memerintah tidak baik maka Dewa Langit akan menegur dan memberi hukuman melalui bencana alam atau pemberontakan. Jadi setiap orang harus menghormati Dewa Langit, raja dan arwah nenek moyang, karena nenek moyanglah yang menurunkan mereka.
Kong Fu Tse
Menurut ajaran Kung Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur segala-galanya dalam alam semesta ini sehingga tercapai keselarasan. Manusia merupakan bagian dari masyarakat yang bagian dari alam semesta, maka tata cara hidup manusia diatur oleh Tao. Oleh karena itu, setiap orang harus menyesuaikan diri dengan Tao, agar dalam kehidupan masyarakat terdapat keselarasan dan keseimbangan. Penganut aliran ini percaya bahwa segala bencana yang terjadi di muka bumi ini karena manusia menyalahi aturan Tao. Ajaran Kung Fu Tse meliputi bidang pemerintahan dan keluarga.
Ajaran Kung Fu Tse menekankan bahwa akhlak yang bobrok dapat diperbaiki dengan membangun kembali keselarasan dalam masyarakat sebagaimana telah dialami oleh leluhur. Keselarasan meliputi semua pihak artinya pemerintah maupun rakyat, tua maupun muda.
Masyarakat terdiri atas keluarga. Dalam keluarga bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang bapak harus mengurus anak-anaknya dengan baik. Sebaliknya anak-anak harus hormat dan patuh terhadap orang tuanya. Negara dipandang sebagai keluarga besar dengan raja sebagai bapaknya. Oleh karena itu raja harus memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.
Sebaliknya rakyat harus hormat dan taat kepada rajanya seperti anak kepada bapaknya. Filsuf ketiga yang akan Anda pelajari adalah Meng Tse.
Meng Tse
Ajaran Meng Tse merupakan kelanjutan dari ajaran Kung Fu Tse. Meskipun demikian ajaran Meng Tse bertentangan dengan Kung Fu Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran kepada kaum bangsawan, tetapi memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara. Apabila raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, maka tugas para menteri untuk memperingatkannya. Apabila raja mengabaikannya peringatan-peringatan itu para menteri wajib menurunkan raja dari tahtanya.
Sistem Kemasyarakatan
Kekerabatan, kenegaraan, dan kesatuan hidup merupakan bagian dar kemasyarakatan yang dimaksudkan.
Model Pemerintahan Kenegaraan Cina
Ada dua macam sistem pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan Cina kuno, yaitu:
·         Sistem Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis.
·         Sistem Pemerintahan Unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam memerintah. Kekuasaan negara berpusat di tangan kaisar, sehingga kaisar campur tangan dalam segala urusan politik praktis.
Dinasti yang Silih Berganti Memerintah di Cina
Banyak dinasti yang memerintah di Cina, Cina pun memasuki fase pasang surut kekuasaan, tercerai berai, dan mencapai puncak kekuasaannya. Secara umum, pusat kekuasaan dinasti di Cina berada di bagian utara , pada sebuah lembah dimana aliran sungai Hwang Ho di utara bertemu dengan sungai Yang Tse di selatan. Beberapa dinasti yang menonjol dalam sejarah Cina:
Dinasti Shang (Pertengahan abad ke-16 sampai abad ke-11 SM)
Dinasti Shang dianggap dinasti yang mengawali sejarah Cina karena baru pertama kali dilakukan penulisan sejarah oleh Suma Chien. Catatan itu dituliskan di atas bejana perunggu, tempurung kura-kura dan tulang binatang.
Tulisan Cina berbentuk gambar sehingga disebut piktografi (picture = gambar, grafi = huruf ) setiap gambar melambangkan gagasan tertentu sehingga tulisan itu juga disebut ideografi. ( Idea = gagasan, grafi = huruf )
Dinasti Chou (Zhou, 1222 SM – 249 SM)
Pendiri dinasti Chou adalah Chou Wen Wang, pusat pemerintahannya di Chang – An Dinasti Chou (Zhou) meletakkan dasar sistem pemerintahan feodalisme dan pola kebudayaan Cina. Kerajaan dibagi menjadi negara-negara bagian yang diperintah oleh raja bagian atau raja Vazal. Raja Vazal memerintah atas nama kaisar dan tunduk kepada kaisar. Kesetiaan raja vazal diwujudkan melalui penyerahan upeti secara teratur dan mengirimkan tentara yang dibutuhkan pada saat negara menghadapi ancaman.
Pada masa dinasti Chou hiduplah para filosof yang terkenal yaitu Lao Tze, Kung Fu Tze dan Meng Tze. Ajaran Kung Fu Tze mengenai kesusilaan menjadi dasar perkembangan kebudayaan Cina.
Ajaran Kung Fu Tze lahir sebagai reaksi atas keadaan negara waktu itu yaitu banyaknya korupsi serta merosotnya akhlak bangsa dan para pemimpinnya .
Runtuhnya Dinasti Chou disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tidak ada raja-raja pengganti yang cakap, kerajaan terpecah menjadi dua yaitu Chou Barat dan Chou Timur, banyak raja vazal yang melepaskan diri. Raja vazal yang kuat menyerang raja pusat dan menggantikannya.
Dinasti Chin (Qin, 221 SM – 207 SM)
Setelah dinasti Chou, Cina diperintah oleh dinasti Chin (Qin). Konon nama Cina diambil dari nama dinasti Chin ini. Dinasti Chin memerintah dengan sistem sentralisasi dan meninggalkan sistem feodalisme (desentralisasi). Timbul pertanyaan, mengapa dinasti Chin meninggalkan sistem feodalisme dan melaksanakan sentralisasi dengan kekuasaan sebesar-besarnya ditangan pemerintah pusat? Kebijakan sentralisasi dilakukan oleh dinasti Chin sebab kekacauan yang terjadi di Cina pada akhir pemerintahan dinasti Chou tidak cukup hanya di atas oleh sikap raja-raja yang baik dan saleh saja. Namun dibutuhkan adanya kekuasaan raja yang kuat dan nyata serta hukum yang dijalankan dengan adil sehingga tercipta ketertiban dan ketentraman diseluruh negeri Cina.
Untuk maksud di atas kaisar Shih Huang Ti dari dinasti Chin yang memerintah di Chang An mengambil beberapa tindakan sebagai berikut:
  • ·         melarang ajaran Kung Fu Tze karena mendukung feodalisme.
  • ·         membagi kerajaan menjadi 36 propinsi, setiap propinsi diperintah oleh gubernur selaku kepala pemerintahan yang bertanggung jawab kepada kaisar.
  • ·         menetapkan standardisasi ( pembakuan) tulisan, satuan ukuran misalnya timbangan, ukuran roda, alat-alat pertanian.
  • ·         membangun tembok besar Cina sepanjang 2.250 Km, untuk membendung masuknya suku-suku pengembara (nomaden) dari Utara (uraian lebih lanjut bacalah halaman 23 )

·         Setelah Shih Huang Ti wafat pada tahun 210 SM, para gubernur dari tiap-tiap propinsi berupaya untuk merebut kekuasaan tertinggi di Cina. Dalam keadaan kacau tersebut tampillah tokoh Liu Pang dan pasukannya yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan kemudian menduduki tahta, Liu Pang mendirikan dinasti baru bernama dinasti Han.
Dinasti Han (207 SM – 221 M)
Pendiri dinasti Han ialah Liu Pang. Pemerintahan dinasti Han kembali menjalankan sistem feodalisme dan mengijinkan kembali filsafat konfusianisme. Bahkan ajaran konfusianisme menjadi salah satu mata ujian bagi calon penghuni negeri. Masa pemerintahan dinasti Han mencapai puncak kejayaan di bawah kaisar Han Wuti. Wilayah kekaisaran Cina mencapai Asia Tengah (Turkistan), Korea, Mansyuria Selatan, Anam, dan Sinkiaing (daerah utara Tibet). Selain wilayahnya yang luas kaisar Cina juga menjalin hubungan dengan mancanegara.
Setelah kaisar Han Wu Ti meninggal, dinasti Han mengalami kemunduran dan runtuh tahun 221 M. Negeri Cina mengalami kekacauan bahkan pernah dikuasai oleh bangsa Tar-Tar, sehingga masa ini disebut masa kegelapan. Pada abad 7 muncul dinasti baru di Cina yaitu dinasti Tang dari tahun 618 – 906. Sejak dinasti Tang terjalinlah hubungan dagang antara negeri Cina dengan kerajaan-kerajaan Nusantara.
Hal ini ditandai dengan kunjungan para musafir dari Cina misalnya I Tsing di Sriwijaya. Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan berkunjung ke Majapahit.
Dinasti Tang didirikan oleh Li Shih Min yang terkenal dengan nama Kaisar T’ang T’ai Tsung. Ia memperluas wilayah kekuasaannya ke luar negeri Cina seperti selatan menguasai Ton-kin, Annam dan Kamboja. Ke sebelah barat menguasai Persia dan laut Kaspia. Di bawah kekuasaan T’ang T’ai Tsung, dinasti T’ang mencapai masa kejayaannya. Pada bidang seni syair dan seni lukis terdapat seniman-seniman yang terkenal seperti Li Tai Po, Tu Fu, dan Wang Wei.
Tindakan-tindakan kaisar T’ang T’ai Tsung yang menarik perhatian rakyatnya adalah sebagai berikut:
·         Dikeluarkannya undang-undang yang mengatur pembagian tanah.
·         Membuat peraturan-peraturan pajak.
·         Membagi Kerajaan Cina menjadi 10 Provinsi.
Pada abad ke-10 M, dinasti T’ang runtuh dan negeri Cina kembali mengalami kekacauan dan silih berganti raja-raja memerintah. Baru pada tahun 960 kekacauan ini berhasil diatasi dan selanjutnya berdiri Dinasti Sung.
Sistem Pengetahuan
Pengetahuan, flora, fauna, waktu, ruang, bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antarmanusia merupakan bagian dari sistem pengetahuan.

Astronomi
Ilmu pengetahuan yang telah berkembang sejak jaman dongeng antara lain astronomi atau ilmu perbintangan. Ilmu astronomi digunakan untuk:
·         menentukan penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan;
·         meramal masa depan manusia dan masa depan negara khususnya saat memasuki tahun baru imlek;
·         mengetahui saat terjadinya gerhana matahari dan bulan; dan
·         mengetahui perputaran atau pergantian musim yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat seperti pertanian dan pelayaran.
Bahasa
Lisan maupun tulisan yang dimaksud dalam ranah ini.
Bahasa
Masyarakat Cina sudah mengenal tulisan, yaitu tulisan gambar. Tulisan gambar itu merupakan sebuah lambang dari apa yang hendak ditunjukkan. Tulisan itu merupakan salah satu sarana komunikasi. Untuk memupuk rasa persatuan dan rasa persaudaraan, pada permulaan abad ke-20 dikembangkan pemakaian bahasa persatuan, yaitu bahasa Kuo-Yu.
Aksara
Cina sudah mengenal aksara sejak Dinasti Shang. Aksara Cina yang berbentuk pictograph ini termasuk jenis aksara ideograph (aksara lambang benda). Aksara Cina ditulis di atas kulit penyu dan tulang. Aksara gambar benda (ideograph) ini semula ditulis dan digambar untuk kepentingan ramal-meramal, karena bangsa Cina sejak zaman dahulu suka dengan ramalan.
Kesenian
Seni patung, pahat, relief, lukis, dan gambar, seni rias, vokal, musik, bagunan, sastra atau drama.
Seni Sastra
Perkembangan Sastra di zaman Cina Kuno tidak dapat dipisahkan dengan berkembangnya tulisan. Awalnya penulisan satra dilakukan di atas kulit menyu dan bambu. Namun setelah ditemukannya kertas pada dinasti Han, karya sastra berkembang dengan pesat.
Ajaran Tao, Kong Fu Tse, dan Meng Tse mulai dibukukan, baik oleh filsuf maupun oleh pengikutnya. Li Tai Po dan Tu Fu merupakan dua orang Pujangga yang terkenal pada dinasti T’yang (abad ke-18 M). Hasil karyanya kebanyakan berbentuk puisi. Szema Tzien pujangga pada zaman Dinasti Han telah mengarang kita sejarah yang meliputi masa sejak zaman purba sampai dengan masa pemerintahan Han Wu Ti. Karya sastra klasik lainnya yang tidak diketahui pengarangnya adalah Sahih Chi (puisi klasik), Shu Ching (sejarah klasik), I Ching (perubahan-perubahan), dan Chu Chin (musim semi dan musim gugur).
Seni Bangunan
Tembok Besar Cina (The Great Wall of China) dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Chin. Namun, sebelum dinasti Chin berkuasa di Cina, sebenarnya di daerah Cina utara sudah dibangun dinding terpisah untuk menangkal serangan yang dilakukan oleh suku di sebelah utara Cina. Pada masa pemerintahan kaisar Shih Huang TI, dinding-dinding itu dihubungkan menjadi tembok raksasa yang panjangnya mencapai 7000 kilometer dan tingginya 16 meter serta lebarnya 8 meter. Pada jarak tertentu didirikan benteng pertahan yang dijaga ketat oleh pasukan Cina.
Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar. Semula, diperkirakan Qin Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri, tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin Shi-huang meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun sebelumnya.
Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming. Bentuk Tembok Raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda Tiongkok. Tembok raksasa ini dibangun dalam waktu 18 abad lamanya dan selesai pada masa kekuasaan Dinasti Ming (abad ke-17 M). Tembok Raksasa Cina dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Pada tahun 1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Kuil, salah satu kuil yang terkenal di Cina bernama Kuil Dewa Beijing. Terbuat dari batu pualam yang dikelilingi tiga pelataran yang amat indah serta di bagian tengah terdapat tangga yang terbuat dari batu pualam pilihan. Atap bangunan dibuat berlapis tiga.
Istana, kaisar atau raja Cina dibangun dengan sangat megah dan indah. Tujuannya sebagai tanda penghormatan terhadap raja atau kaisar.
Seni Lukis, perkembangan seni lukis sangat pesat, bahkan lukisan-lukisan hasil karya dari tokoh-tokoh ternama menghiasi dinding tembok istana atau kuil-kuil.
Keramik merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa Cina yang bermutu tinggi. Keramik yang berglasur (diberi lapisan keras yang berkilap) serta porselin Cina yang indah dibuat dengan teknik yang tinggi. Mangkuk, cawan dan piring-piring keramik Cina dikenal di Eropa juga di Indonesia. Tiap-tiap dinasti di Cina meninggalkan jenis keramiknya masing-masing.
Sistem Mata Pencarian Hidup (Ekonomi)
Berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, peternakan, perikanan, dan perdagangan masuk ke dalam sistem mata pencarian hidup.
Pertanian
Pada daerah yang subur itu masyarakat Cina hidup bercocok tanam seperti menanam gandum, padi, teh, jagung dan kedelai. Pertanian Cina kuno sudah dikenal sejak zaman Neolitikum, yakni sekitar tahun 5000 SM. Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Chin (221-206 SM) terjadi kemajuan yang mencolok dalam sistem pertanian. Pada masa ini pertanian sudah diusahakan secara intensif. Pupuk sudah dikenal untuk menyuburkan tanah. Kemudian penggarapan lahan dilakukan secara teratur agar kesuburan tanah dapat bertahan. Irigasi sudah tertata dengan baik. Pada masa ini lahan gandum sudah diusahakan secara luas.
Sistem Teknologi
Produksi, distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, pekerjaan, perhiasan, perumahan, atau senjata. Semua komponen itu masuk dalam sistem teknologi.
Bumi Cina mengandung berbagai barang tambang seperti batu bara, besi, timah, wolfram, emas dan tembaga, yang sebagian besar terdapat di daerah Yunan. Pembuatan barang-barang seperti perhiasan, perabotan rumah tangga, alat-alat senjata seperti pisau, pedang, tombak, cangkul, sabit dan lain-lain, menunjukkan tingginya tingkat perkembangan teknologi masyarakat Cina pada saat itu.
Teknik Pembuatan Kertas dan Alat Cetak
Pada zaman Dinasti Chou, aksara Cina ditulis pada potongan bambu. Cara menuliskannya adalah dari atas ke bawah. Sekitar tahun 105 M, pada masa Dinasti Han ditemukan teknik pembuatan kertas yang dibuat dari campuran bubur kayu dan lem. Sehingga aksara Cina kemudian ditulis di atas kertas. Penemu tersebut bernama Tsai Lun. Adapun pada zaman Dinasti T’ang ditemukan teknik cetak (untuk mencetak buku dan kalender).
Bangsa Cina juga menemukan tik gerak (movable type) yaitu blok-blok kayu dengan huruf-huruf yang dicungkil ke luar. Dengan penemuan kertas dan alat cetak tersebut memungkinkan adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan harga murah. Bangsa Cina termasuk bangsa yang sangat memperhatikan tulisan. Penemuan kertas dan alat cetak juga membantu penyebaran karya sastra di Cina.
Pasukan Terakota
Sebelum meninggal, Kaisar Shi memerintahkan para seniman untuk membuat 8.000 buah patung tentara, sejumlah patung kuda, dan kereta perang dari teakota. Patung itu tingginya rata-rata 1.90 cm. Ada yang membawa panah, tombak, dan pedang.
 Sebagian Patung dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong. Patung terakota itu ditemukan di dekat makam Kaisar Shi Huang Ti. Makam kaisar itu berbentuk sebuah bukit setinggi 46 Meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000 meter persegi. Sekelilingnya ada tembok luar dan tembok dalam. Di dekat makam itu ditemukan juga tempat penyimpanan benda-benda berharga milik kaisar. Patung-patung yang berjumlah 8.000 buah itu ditempatkan berjajar dalam suatu barisan di sebuah lubang sedalam 5 meter, berselang seling dengan kuda dan kereta perang. Semua patung itu dikerjakan dengan teliti dan sangat indah.

No comments:

Post a Comment

POSTER PLANTAE