BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar belakang
Tidak
dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan di idndonesia masih jauh dari yang diharapkan, apalagi jika
diabndingkan dengan mutu pendidikan dinegara lain. Hasil survey political and
economic Risk Consultancy (PERC) yang dilakukan pada tahun 2000 tentang mutu
pendidikan di mawasan Asia, menempatkan Indonesia di ranking 12 setingkat
dibawwah vietnam.
Selain itu, mutu perguruam tinggi
nasional di indonesia juga sangat rendah yang menempati rangking papan bawah
dibandingkan dengan perguruan tinggi di kawasan Asia. Hasil riset mingguan
Asiaweek (www.cnn.com/AsiaNow/Asiaweek) pada tahun 2000 menempatkan Universitas
Indonesia Jakarta pada urutan 61, universitas Gajah mada Yogyakarta 68,
universitas Diponegoro Semarang 73, dan Universitas Airlangga Surabaya 75 dari
77 univeristas multidisiplin di Asia, Australia, dan Selandia Baru. Sedangkan
untuk kategori Science and technology schools, institut Teknologiu Bandung
menduduki peringkat 21 dari 39 universitas.
Merosotnya mutu pendidikan di indonesia
secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara spesifik dilihat dari perpektif
makro dapat disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan nasional (PERC, 2000)
dan rendahnya Sumberdaya Manusia (SDM), yaitu menempati peringkat 113 dari 177
negara didunia. Data ini diperoleh sesuai hasil survey tentang Human
Development Index (HDI) oleh United Nation Development Program atau UNDP
(Brodjonegoro, dalam Pikiran Rakyat, 28 oktober, 2005)
Rendahnya
sumberdaya manusia Indonesia berdasarkan hasil survey UNDP tersebut adalah
akibat rendahnya mutu pendidikan diberbagai jenis dan jenjang pendidikan,
karena itu salah satu kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional ialah
peningkaatan mutu dan relevansi pendidikan. Selain itu, perluasan dan
pemerataaan pendidikan serta akuntabilitas juga menjadi kebijakan pembnagunan
nasional (UUSPN No. 20 Tahun 2003).
Dalam persepektif makro banyak
faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantranya faktor kurikulum,
kebijakan pendidikan, fasilitaas pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan, khusunya dalam kegiatan proses belajar
mengajar di kelas, di laboratorium, dan di kancah belajar lainnya.
Dalam persepektif mikro atau tinjauan
secara sempit dan khusus, faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi
besar terhadap ,muitu pemdidikan ialah guru yang profesional dan gurru yang
sejahtera.
I.B. Rumusan Masalah
Pada
makalah kali ini saya akan mencoba merumuskan masalah tentang management mutu
pendidikan yang akan meliputi pengertian, penunjang kualitas mutu pendidikan,
hal-hal yang berpengaruh pada penentu kualitas pendidikan, dan beberapa hal
yang menyangkut permasalahan tersebut, yang didukukung oleh penyataan para ahli
tentang mutu pendidikan.
I.C. Tujuan Pembahasan.
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas salah satu mata kuliah tentang management pendidikan.
2. Menambah
ilmu dan wawasan dari penulis.
3. Memberikan
wawasan dan pengetahuan dari setiap pembaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I.A. TEORI
MANAGEMENT
A. DEFINISI MANAJEMEN
Pengertian
Manajemen Ada banyak pendapat yang diutarakan para ahli manajemen
tentangpengertian manajemen. Oleh karena perbedaan pengertian manajemen yang
ada, pengertian manajemen terdiri atas beberapa segi.
1. Pengertian manajemen ditinjau
dari segi (art)
Pengertian
manajemen ditinjau dari segi seni dikemukakan oleh Mary Parker Follet. Follet
berpendapat bahwa pengertian manajemen ialah seni (art) dalam menyelesaikan
pekerjaan (duty) orang lain.
2. Pengertian manajemen ditinjau
dari segi ilmu pengetahuan
Pengertian
manajemen ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dikemukakan olehLuther Gulick.
Gulick mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah bidang pengetahuan yang
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja
sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
3. Pengertian Manajemen ditinjau
dari segi proses
Pengertian
manajemen ditinjau dari segi proses menurut James A.F. Stoner. Stoner
berpendapat bahwa definisi manajemen adalah proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership) dan pengawasan
(mengendalikan /controlling) kegiatan anggota dan tujuan penggunaan organisasi
yang sudah ditentukan.
Pengertian
dan Definisi Manajemen menurut ahli lainnya:
Pengertian
manajement menurut George R. Terry (1977) bahwa pengertian manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating, dan controlling (pengendalian) yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainnya
Dari
berbagai pengertian manajemen diatas, dapat kita rumuskan bahwa pengertian dan
definisi manajemen adalah proses perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya
organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jenjang (Hierarki) Manajemen
Organisasi
atau badan usaha umumnya memiliki sedikitnya 3 jenjang (tingkatan) manajemen
yaitu manajemen pelaksana, manajemen menengah, dan manajemen puncak.
pengertian
manajemen menurut para ahli, piramida hirarki manajemen meliputi:
Manajemen puncak (Top Management)
Manajemen
puncak adalah jenjang (hirarki) manajemen tertinggi. Jenjang (hirarki)
manajemen tertinggi atau puncak biasanya terdiri atas dewan direksi (board
direction) dan direktur utama. Dewan direksi memiliki tugas memutuskan hal hal
yang bersifat sangat penting untuk bertahannya perusahaan. Manajemen puncak
(Top management) bertugas menetapkan kebijaksanaan operasional dan membimbing
interaksi antara organisasi dengan lingkungan.
Manajemen menengah (Middle
Management)
Manajemen
menengah biasanya memimpin suatu divisi atau departemen. Middle Management
bertugas dalam mengembangkan rencana-rencana operasi (operation plan) dan
menjalankan tugas tugas yang telah ditetapkan manajemen puncak (Top
Management). Manajemen menengah bertanggung jawab kepada manajemen puncak.
Manajemen pelaksana (Supervisory
management)
Pengertian
Manajemen pelaksana adalah hiraki manajemen yang memiliki tugas dalam
menjalankan rencana-rencana yang dibuat oleh manajemen menengah. Manajemen
pelaksana atau supervisory management
juga bertugas dalam melaksanakan pengawasan terhadap para pekerja dan
memiliki tanggung jawab pada manajemen menengah (middle management). Jenjang
manajemen diatas dapat diilustrasikan sebagai piramida. Puncak piramida
diduduki oleh manajemen puncak, tengah piramida diduduki oleh manajemen
menengah, dan bawah piramida oleh manajemen pelaksana.
Gambar
piramida yang semakin melebar ke bawah menunjukkan bahwa jumlah orang yang
menduduki jabatan manajemen puncak lebih sedikit daripada orang yang menduduki
jabatan manajemen menengah dan pelaksana. Begitu juga dengan orang yang
menduduki jabatan manajemen menengah, jumlanya lebih banyak daripada manajemen
puncak, tetapi tidak sebanyak manajemen pelaksana. Perhatikan garis komando dan
arah pertanggungjawaban pada piramida.
·
Prinsip Manajemen Oleh Henry Fayol
·
Pembagian Kerja
·
Otoritas/Wewenang
·
Disiplin (Discipline)
·
Kesatuan Perintah (Unity of Command)
·
Kesatuan arah (Unity of Direction)
·
Kepentingan bersama haruslah lebih
diutamakan daripada kepentingan pribadi (Subordination of Individual Interest
to the common Good)
·
Pemberian upah (Renumeration)
·
Pemusatan (Centralization)Pengambilan
keputusan yang menggunakan berbagai
pertimbangan atasan.
·
Jenjang jabatan (Hierarki) : Jenjang
jabatan dalam suatu organisasi sering digambarkan dengan garis garis rapi dalam
bagan organisasi. Kedudukan manajemen puncak hingga ke manajemen bawah
ditunjukkan dalam bagan dibawah.
·
Tata tertib (Order)
·
Kesamaan (Equity)
·
Kestabilan staf (Stability of Staff)
·
Inisiatif (Initiative)
·
Semangat Korps (Esprit de Corps)
B. DEFINISI MUTU
Mutu
memiliki beberapa pengertian yang berbeda menurut para ahli. Phil
Crosby,misalnya, menyatakan mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan
,seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, dokter yang ahli,dll. Dokter yang mampu
mendiagnosa dengan tepat penyakit pasiennya digolongkan sebagai dokter yang
ermutu. Sementara Edward Deming ,menyatakan mutu berarti pemecahan masalah
untuk mencapai penyempurnaan terus menerus seperti Kaizen di Toyota. Dalam hal
ini berarti mutu berarti sesuatu yang kontinu, senantiasa ada perbaikan,tidak
stagnan. K.Ishikawa, pencipta diagram tulang ikan, menyatakan mutu berarti
kepuasan pelanggan,baik pelanggan internal maupun eksternal. Kepuasan pelanggan
internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan eksternal.
1.
mutu pendidikan?
Menurut
Umaedi, Mutu mengandung makna derajat
(tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun
jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan
pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai
input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Dari sisi guru, mutu dapat dilihat dari
seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Menurut Djemari
Mardapi bahwa setiap tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat
keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. Sementara itu dari
sudut kurikulum dan bahan belajar mutu dapat dilihat dari seberapa luwes dan
relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimuli dan
fasilitas belajar secara berdiversifikasi. Dari aspek iklim pembelajaran,
kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung
terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan
bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.
Sedangkan Departemen pendidikan nasional,
Direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah (Dit.Dikdasmen) menyatakan
bahwa Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.
2.
macam pendekatan terhadap mutu?
-Pendekatan Makro
a) Merancang
Program Pembelajaran yang Unggul
b) Merumuskan
Kembali Tujuan Kurikulum PAI
c) Menciptakan
Sumber Belajar Unggul
-Pendekaran Mikro
a) Menentukan
Tujuan Materi
b) Mengukur
Kemampuan Awal Siswa dan Solusinya
c) Pembentukan
Perfomansi (perilaku)
d) Menyusun
Evaluasi
C. DEFINISI PENDIDIKAN
Langeveld
Pendidikan
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari
orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku,
putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang
belum dewasa.
John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
J.J. Rousseau
Pendidikan
adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja
yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..
Carter V.Good
a. Seni,
praktik, atau profesi pengajar.
b. Ilmu
yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas
digantikan dengan istilah pendidikan.
===
Faktor Pendidik ===
Pendidik
adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho
Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
a. Orang
Dewasa
b. Orang
Tua
c. Guru
d. Pemimpin
Masyarakat
e. Pemimpin
Agama
Karakteristik
yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik[1],
yaitu:
a. kematangan
diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan.
b. kematangan
sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan
mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
c. kematangan
profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta
terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar
belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan
cara-cara mendidik.
Kriteria
kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah:
a. Guru
sebagai perencana]
b. Guru
sebagai penginisiasi
c. Guru
sebagai pemotivasi
d. Guru
sebagai pengamat
e. Guru
sebagai pengantisipasi
f. Guru
sebagai model
g. Guru
sebagai pengevaluasi
h. Guru
sebagai teman berjelajah bersama anak didik
i.
Promotor agar anak menjadi pembelajar
sejati
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Faktor Pendidik
Pendidik
adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. [1]. Dwi Nugroho
Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
[1]88er568ew8uswu,
hidup
sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
Di
dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional,
yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan."
Sesungguhnya
faktor tujuan bagi pendidikan adalah:
a. Sebagai
Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi
berikutnya.
b. Tujuan
sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja
ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha
itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir
jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c. Tujuan
sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik
akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa
dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
d. Memberi
nilai pada usaha yang dilakukan
Faktor Anak Didik
Anak
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik
ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab
pendidik. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Dengan
demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak
berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain,
ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan
bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial
maupun secara susila.
Faktor Alat Pendidikan
Pengajaran
yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama. Alat Pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan.
Ditinjau
dari wujudnya, alat pendidikan dapat berupa:
a. Perbuatan
Mendidik (biasa disebut piranti lunak); mencakup nasihat, teladan, larangan,
perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.
b. Benda-benda
sebagai alat Bantu (biasa disebut piranti keras); mencakup meja kursi, belajar,
papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.
Faktor Lingkungan
Pada
dasarnya lingkungan mencakup:
a. Tempat
(Lingkungan Fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan
(Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
c. Kelompok
hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain,
desa, perkumpulan.
Menurut
Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri
Pusat Pendidikan.
a.
Lingkungan Keluarga (Komunitas utama)
Pendidikan
Keluarga berfungsi:
a. Sebagai
pengalaman pertama masa kanak-kanak.
b.Menjamin
kehidupan emosional anak.
c. Menanamkan
dasar pendidikan moral.
d.
Memberikan dasar pendidikan sosial.
e. Meletakkan
dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah
Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan
profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua
karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap
tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.
Fungsi
Sekolah antara lain:
1.Sekolah
membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
2.Sekolah
memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak
dapat diberikan di rumah.
3.Sekolah
melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan
dan pengetahuan.
4.Di
sekolah diberikan pelajaran etika , keagamaan , estetika , membedakan moral .
5.Memelihara
warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan
kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Peran
organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi
kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran
sosial , keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (kemampuan
bersosial) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia
(perilaku bersosial).
D. Definisi Manajemen Mutu
Di
era industrialisasi yang semakin ketat dan kompetitif seperti sekarang ini,
menurut Gaspersz (2008:3) setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan
kompetisi/pertandingan dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh
terhadap mutu. Nasution (2005:21) menegaskan hanya perusahaan yang dapat
menghasilkan mutu barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelanggan dapat
memenangkan persaingan tersebut. Cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul
dalam persaingan global menurut Tjiptono dan Diana (2003:10) yaitu dengan
melakukan upaya/usaha perbaikan yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses, serta lingkungan, melalui penerapan manajemen mutu. Berdasarkan hasil
studi mengenai keberhasilan perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang
berhasil mengembangkan konsep mutu dalam perusahaan, menurut Gaspersz (2008:4)
lahirlah apa yang disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management, TQM).
Sedangkan
Purnama (2006:51) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah sistem terstruktur
dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didesain untuk menciptakan
budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi
aktif para pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang
tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus. Gaspersz
(2008:266) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah pendekatan manajemen
sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui
kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna
menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan kinerja
lain dari perusahaan
E.
Definisi management pendidikan.
Manjemen
Pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kerjasama menyelenggarkan sekolah itu harus dibina sehingga semua yang terlibat
dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbanganya secara maksimal. Kerja
sama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat
dipandang sebagai manajemen pendidikan.
Kedua,
manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan
pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan,
pemantauan, dan penilaiaan.
II.B. PEMBAHASAN
A.
Definisi
Mutu Pendidikan
Mutu Pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam
pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang
berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.
Ciri-ciri
Pendidikan di IndonesiaCara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu
tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia
yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk
kepentingan bangsa Indonesia.
B.
Fungsi Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah
Manajemen
Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau
disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu
pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk
(1994:4) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan
yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu
organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan
untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan
Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara
mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus
diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu
berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses
pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik
masa kini maupun yang akan datang.
Komponen
yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen
Sekolah (2000: 191) adalah 1) siswa :
kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan profesional, moral
kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan social). 3)
kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4)
dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi)
: partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu
komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Adapun
prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai
suatu Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah
sebagai hasil produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan
Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagai
unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1)
Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga
administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa),
pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier
(pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
C. Tujuan mutu pendidikan sekolah
Tujuan
supervisi pengajaran secara umum ialah memantau dan mengawasi kinerja para staf
dan melaksanakan tugas tanggung jawabnya masing-masing agar para staf sekolah tersebut dapat bekerja
secara profesional. Dan mutu kinerjanya meningkat.
Aplikasi
teknik-teknik peningkatan mutu yang didasarkan pada data kualitatif dan
kuantitatif
•
Upaya pemberdayaan semua komponen
sekolah
•
Peningkatan kapasitas dan kemampuan organisasi
secara terus menerus untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat
Kriteria
tujuan yang baik:
1. Semua
pihak yang akan terlibat diikutsertakan dalam menyusun tujuan/target Jelas, mudah
dipahami semua pihak yang terlibat/terkait.
2. Setiap
pihak yang terkait paham akan peran dan kedudukannya
D. Unsur-Unsur Manajemen Mutu
Pendidikan
Secara
garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil
belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun
yang termasuk kedalam faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis,
dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru sebagai pebelajar dan pembelajar.
Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal ialah semua faktor-faktor
yang memepengruhi proses belajar mengajar dikelas selain faktor yang bersumber
dari faktor guru dan siswa. Faktor-faktor tersebut berupa faktor: masukan
loingkungan, masukan peralatan, masukan eksternal lainnya (klaumeier, et
al:1995).
Kesemua
faktor-faktor internal dan eksternal tersebut harus menjaddi “perhatian bagi
guru dan siswa jika proses pendidikan di kelas ingin berhasil dengan baik”
(Bruner, 1980). Dan kesemua faktor-faktor tersebut “merupakan kondisi-kondisi
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Gagne, 1990).
Oleh
karena itu, unmtuk mencapai mutu proses dan hasil belajar dan mengajar di
kelas, kedua pihak, yaitu peserta didik dan guru harus memiliki kondisi kesehatan
pancaindera yang prima. Selain itu, para guru sebagai pemeblajar dikelas dan
para peerra didik sebgai pebelajar dikelas, juga harus memeiliki kondisi
kesehatan fisik secara umum sehat.
Dari
segi mutu proses belajar mengajar, selain mutunya ditentukan oleh mutu masukan,
dalam hal ini mutu peserta didik diberbagai satuan pendidikan, juga ditentukan
oleh mutu masukan, dalam hal ini mutu
peserta didik diberbagai satuan pendidikan, juga ditentukan oleh mutu peserta
didik di berbagai satuan pendidikan, juga ditentukan oleh mutu masukan
instrumental dan masukan lingkungan. Masukan instrumental dan masukan
lingkungan. Masukan instrumental mencakup guru, kepala sekolah, staf
administrasi sekolah, guru bimbingan dan kosneling, dan staf sekolah lainnya;
media dan sumber belajar, alat-alat dan perlengkapan belajar, dan infrastruktur
atau fasilitass pendidikan di sekolah baik berbentuk perangkat lunak dan keras
yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dikelas.
Berbagai
ahli pendidikan di Indonesia dan diluar negeri menyintesiskan bahwa mutu proses
dan mutu hasil belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut:
1.Gruru
membuka peljaran dengan ucapan salam.
2.Guru
melakukan presensi siswa.
3.Guru
melakukan pengelolaan kelas
4.Guru
menjelaskan materi pelajaran di kelas
E. Permasalahan
Masalah-masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan
sebagaimana dikemukakan oleh Hanafiah, dkk adalah : pertama sikap mental para
pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin
bergerak karena perintah atasan, bukan karena rasa tanggung jawab. Yang
memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan
berinisiatif, mendelegasikan wewenang.
Masalah
kedua adalah tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua
program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak
dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh
peningkatan mutu.
Masalah
ketiga adalah gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Pada umumnya pimpinan
tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan kerja
stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi. Masalah keempat adalah kurangnya rasa
memiliki pada para pelaksana pendidikan. Perencanaan strategis yang kurang
dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip
melakukan sesuatu secara benar dari awal belum membudaya. Pelaksanaan pada
umumnya akan membantu sustu kegiatan, kalau sudah ada masalah yang timbul. Hal
inipun merupakan kendala yang cukup besar dalam peningkatan dan pengendalian
mutu. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:8).
F. Analisis Masalah Dan Pemecahan
Masalah
Sikap
mental bawahan yang bekerja bukan atas tanggung jawab, tetapi hanya karena
diperintah atasan akan membuat pekerjaan yang dilaksanakan hasilnya tidak optimal. Guru hanya bekerja
berdasarkan petunjuk dari atas, sehingga guru tidak bisa berinisitiaf sendiri.
Sementara itu pimpinan sendiri punya sikap mental yang negatif dimana ia tidak bisa
memberikan kesempatan bagi bawahan untuk berkarir dengan baik, bawahan harus
mengikuti pada petunjuk atasan, bawahan yang selalu dicurigai, bawahan yang
tidak bisa bekerja sesuai dengan caranya. Kenyatan ini karena profil kepala
sekolah yang belum menampilkan gaya entrepeneur dan gaya memimpin
situasional.
Penelitian
Usman (1996) menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengembangan Sekolah Seutuhnya
(PSS) di SMK mengalami kegagalan karena kepala sekolahnya masih cenderung
manampilkan gaya kepemimpinan otoriter, hal ini karena lemahnya kemandirian
sekolah akibat pembinaan pemerintah yang sangat sentralistik. Birokratik,
formalistik, konformistik, uniformistik dan mekanistik. Pembinaan yang demikian
ini tidak memberdayakan potensi sekolah.
Akibatnya, setiap hierarki yang berada di bawah kekuasaan bersikap masa bodoh,
apatis, diam supaya aman, menunggu perintah, tidak kreatif dan tidak inovatif,
kurang berpartisipasi dan kurang bertanggung jawab, membuat laporan asal bapak
senang dan takut mengambil resiko.
Kelemahan
sistem sentralistik dengan komunikasi
dari atas ke bawah lebih menekankan fingsinya sebagai line of command dan tidak
fungsinya sebagai line of services, hal ini tampaknya merintangi
perkembangan-perkembangan potensi SDM untuk memcahkan masalah-masalah khusus on
the spot (Sutisna, 1972 dalam Husaini Usman, 2001).Hal tersebut merupakan
penghalang dalam pelaksanaan manajemen mutu pendidikan, maka solusinya adalah
dengan diadakannya penerapan pendidikan yang tidak sentralistik, sehingga pola
manajemen pendidikan dapat disesuaikan dari pola lama ke pola baru.
Program
peningkatan mutu pendidikan tidak akan jalan jika setelah diadakannya
monitoring dan evaluasi tanpa ditindaklanjuti. Fungsi pengawasan (controlling)
dalam manajemen berguna untuk membuat agar jalannya pelaksanaan manajemen mutu
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan
untuk menilai kelebihan dan kekurangan. Apa-apa yang salah dintinjau ulang dan
segera diperbaiki. Tidak adanya tindak
lanjut bisa disebabkan karena rendahnya etos kerja para pengelola pendidikan,
iklim organisasi yang tidak menyenangkan. Mengenai etos kerja Pidarta (1998),
mengutip hasil penelitian Internasional bahwa Indonesia sebagai bangsa termalas
nomor tiga dari 42 negara termalas di dunia. Temuan Pidarta tersebut mendukung
temuan Muchoyar (1995, dan Rasyid, 1995 dalam Husaini Usman) yang menyatakan
etos kerja dosen dan karyawan IKIP cenderung rendah.
Agar
program dapat dimonitor dan
ditindaklanjuti maka perlu melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan partisipatif ialah suatu cara
pengambilan keputusan yang terbuka dan demokratis yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan sekolah.
Asumsinya jika seseorang diundang untuk pengambilan keputusan, maka ia kan
merasa dihargai, dilibatkan, memiliki, bertanggung jawab. Pelibatan
stakeholders didasarkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinyan dengan
tujuan pengambilan keputusan.
Gaya
kepemimpinan yang tidak mendukung, akan mengakibatkan gagalnya pelaksanaan
manajemen peningkatan mutu. Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah
sebagai suatu sistem organic. Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan
sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager. Sebagai leader maka kepala
sekolah harus :
a. Lebih
banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa
b. Lebih
bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada
kekuasaan atau SK.
c. Senantiasa
menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi. Bukannya menciptakan
rasa takut.
d. Senantiasa
menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukkan bahwa ia tahu
sesuatu.
e. Senantiasa
mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana yang menjemukan
f. Senantiasa
memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang,
bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan karena serba
kekurangan(Boediono,1998).
Menurut
Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam slamet, PH, 2000), kepala sekolah
merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis
manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan
menyerasikansumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input
manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya
selebihnya (SD-slbh), sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
baik untuk menghasilkanoutput yang diharapkan.
Secara
umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut
(Slamet, PH,2000) :
Kepala
sekolah: (a) memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang
harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh
(strategi); (b) memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh
sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi
kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas); (c) memiliki kemampuan mengambil
keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat); (d) memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu
menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya;
(e) memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari
orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran
terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan
nilai-nilai; (f) memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu
ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi,
arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
1.Kepala
sekolah menggunakan "pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir,
cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu,
kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara
benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara
holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (tidak
parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada komponen tertentu akan
berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya); berpikir
"sebab-akibat" (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-pasangan);
berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif +
kualitatif), dan berpikir sinkretisme.
2.Kepala
sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yangditunjukkan oleh
kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus dikerjakan, yang disertai
fungsi, kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (diskripsi
produk yang akan dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana),
ketentuan-ketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi,
spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun
tangan), dan memberikan kesan yang baik kepada anak buahnya.
3.Kepala
sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan perannya sebagai manajer
(mengkoordinasi dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan), pemimpin
(memobilisasi dan memberdayakan sumberdaya manusia), pendidik (mengajak nikmat
untuk berubah), wirausahawan (membuat sesuatu bisa terjadi), penyelia
(mengarahkan, membimbing dan memberi contoh), pencipta iklim kerja (membuat
situasi kehidupan kerja nikmat), pengurus/administrator (mengadminitrasi),
pembaharu (memberi nilai tambah), regulator (membuat aturan-aturan sekolah),
dan pembangkit motivasi (menyemangatkan).Catatan: manajer tangguh, menurut
hasil-hasil penelitian kelas kakap dunia, paling tidak memiliki sejumlah
kompetensi seperti berikut. Menurut Enterprising Nation (1995), manajer tangguh
memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker,
(c)visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f)
team player, (g)ability to solve complex problem and makedecisions, and (h)
ethical/high personal standards. Sedang American Management Association (1998)
menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu:
(a)efficiency orientation, (b) proactivity, (c)concern with impact, (d)
diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f)developing others,
(g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina
and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l)positive regard, (m) managing
group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p)
conceptualization, (q) logical thought, and(r) use of oral presentation.
4.Kepala
sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi tugas (apa),
proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang dapat diuraikan
sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan kurikulum, manajemen
personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas, pengelolaan keuangan,
hubungan sekolah-masyarakat, dsb; (b) dimensi proses, meliputi pengambilan
keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian,
pemotivasian, pemantauan dan pengevaluasian, dan pengelolaan proses belajar
mengajar; (c) dimensi lingkungan meliputi pengelolaan waktu, tempat,
sumberdaya, dan kelompok kepentingan; dan (d) dimensi keterampilan personal
meliputi organisasi diri, hubungan antar manusia, pembawaan diri, pemecahan
masalah, gaya bicara dan gaya menulis (Lipham, 1974; Norton, 1985).
5.Kepala
sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan antara kinerja
yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian
dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan dengan memilih
fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan analisis
SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemukan faktor-faktor
yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan langkah-langkah
pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka sasaran tidak akan
pernah tercapai.
6.Kepala
sekolah mengupayakan teamworkyang kompak/kohesif dan cerdas, serta membuat
saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan
solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga terbentuk iklim
kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.
7.Kepala
sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan
peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk
menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar
(salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil
dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.
8.Kepala
sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah belajar .
9.Kepala
sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan Manajemen Berbasis
Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu
pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah
(dalam kerangka otonomi daerah). Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2
"Pergeseran Kebijakan dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis
Sekolah" (Slamet PH, 2000).
10. Kepala
sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar
sebagaikegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain
sebagaipenunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan
proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan
kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.
11. Kepala
sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH, 2000), terutama
sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumberdaya.
Kurangnya
rasa memilikipada para pelaksana pendidikan. Perencanaan strategis yang kurang
dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip
melakukan sesuatu secara benar dari awalï belum membudaya merupakan penghalang
dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu. Untuk itu perlu ditanamkan kepada
warga sekolah untuk mempunyai asa memiliki bangga terhadap sekolahnya. Hal ini
bisa terlaksana jika para warga sekolah itu merasa puas terhadap pelayanan
sekolah.
Dalam
MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan
pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika
mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis
pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika :
a. Siswa
puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima,
puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang
disediakan sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah.
b. Orang
tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua,
misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa
maupun program-program sekolah.
c. Pihak
pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena
menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan
d. Guru
dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan
antarguru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan
Manajemen Sekolah, 2000:193).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat penulis disimpulkan sebagai berikut :
1.Berdasarkan
rendahnya mutu SDM pada era otomomi daerah dan menyongsong era global, maka
perlu bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam
perbaikan mutu pendidikan tersebut manajemen
mutu yang diadaptasi dari Total Quality Management yang ada Industri
Modern, layak untuk diadaptasai dalam Manajemen Pendidikan. Pada prinsipnya
manajemen mutu ini berbasis sekolah memberdayakan semua komponen sekolah, dan
sekolah sebagai unit produksi yang melayani siswa, orang tua, pihak
pemakai/penerima lulusan, dan guru/karyawan.
2.Masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu adalah sikap mental
para pengelola pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program,
gaya kepemimpinan yang tidak mendukung,
kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan. Dan belum membudayanya
prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal. Kendala-kendala itu
disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa entrepeneur dan tidak
tangguh, adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan rendahnya etos kerja
apara pengelola, kurangnya melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi.
Dari
kesimpulan tersebut penulisan ini perlu
penulis sarankan sebagai berikut :
1) Manajemen
Peningkatan Mutu yang sering di
seminarkan dan dikenalkan pada dunia pendidikan, ternyata banyak warga sekolah
terutama guru yang belum tahu, kenal, dan memahami. Kebanyakan hanya diketahui
oleh kepala sekolah, dan calon kepala sekolah. Disarankan agar hal ini
disebarluaskan dan betul-betul bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah.
2) Perlu
ditingkatkan etos kerja, motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya
rasa memiliki, mau bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana secara optimal sehingga mampu
menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan seorang kepala sekolah yang
berjiwa pemimpin dengan visi yang baik
DAFTAR PUSTAKA :
•
Abdul, B. Nurhayati 2010. Manajemen Mutu
Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
No comments:
Post a Comment