BAB
I
Pendahuluan
I.1.
Pengertian APEC
APEC,
singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerjasama Ekonomi Asia
Pasifik, adalah forum ekonomi 21 negara di Lingkar Pasifik yang bertujuan untuk
mengukuhkan pertumbuhan ekonomi, mempererat komunitas dan mendorong perdagangan
bebas di seluruh kawasan Asia-Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989 sebagai
tanggapan terhadap pertumbuhan interdependensi ekonomi negara-negara Asia-Pasifik
dan lahirnya blok perdangangan lain di bagian-bagian lain dunia; ketakutan akan
Jepang mendominasi kegiatan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, dan untuk
mendirikan pasar baru untuk produk agrikultural dan bahan mentah di luar Eropa.
Tujuan
APEC adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan
Asia Pasifik dan meningkatkan kerja sama ekonomi melalui peningkatan volume
perdagangan dan investasi. Selan itu, APEC bertujuan untuk memperjuangkan
kepentingan ekonomi di kawasan tersebut di tengah-tengah perkembangan ekonomi
internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut APEC melakukan kerja sama dalam
tiga ruang lingkup yang disebut dengan Tiga Pilar Kerja Sama APEC. Ketiga pilar
itu adalah liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi usaha, kerja sama
ekonomi, dan teknik.
I.2.
Sejarah terbentuknya APEC
Sejarah
pembentukan APEC dilatarbelakangi oleh perubahan di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Runtuhnya Uni Soviet dengan sistem ekonomi komunisnya, diikuti perubahan sistem
ekonomi negara-negara di Eropa Timur yang sebelumnya menjadi pengikutnya.
Sistem ekonomi komunis yang tertutup secara bertahap berubah menjadi sistem
ekonomi liberal yang bebas. Sehingga, muncullah kesadaran bahwa pada dasarnya
setiap negara saling membutuhkan. Saat itu berlangsung perundingan Putaran
Uruguay yang membahas tatanan perdagangan dunia. Putaran Uruguay adalah
perundingan Negara-negara anggota GATT (General Agreement of Trade and Tariff)
pada tahun 1986 di Punta del Este, Urugay.
Adanya
kekhawatiran atas gagalnya perundingan itu menjadi sebab dibentuknya APEC. Bila
perundingan itu gagal, dikhawatirkan akan muncul sikap proteksionis dan lahir
kelompok-kelompok regional yang tertutup. Padahal, dunia saat itu sedang
mengarah kepada sistem perdagangan bebas.
Tanggal
Januari 1989, Perdana Menteri Australia Bob Hawke mengusulkan untuk
didirikannya kerjasama ekonomi yang lebih efektif untuk kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini berujung pada pertemuan pertama APEC di ibukota Australia, Canberra,
diketuai oleh Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans. Rapat ini dihadiri
oleh menteri dari 12 negara, dan berujung pada komitmen untuk mengadakan
pertemuan tahunan untuk masa depan di Singapura dan Korea Selatan.
Negara-negara
dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menentang usulan awal, dan
sebagai gantinya mengusulkan Kaukus Ekonomi Asia Timur yang tidak memasukkan
negara non-Asia seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Usulan ini ditentang oleh negara-negara di kawasan Amerika, dan dikiritik dengan
pedas oleh Jepang dan Amerika Serikat.
Pertemuan
pertama Rapat Ekonomi Pemimpin APEC diadakan pada tahun 1993 ketika Presiden
Amerika Serikat Bill Clinton, setelah berdiskusi dengan Perdana Menteri
Australia Paul Keating, mengundang para kepala pemerintahan dari negara-negara
anggota untuk menghadiri pertemuan di Pulau Blake. Clinton berharap bahwa hal
ini akan melanjutkan negosiasi Uruguay Round yang sedang terhambat. Dalam rapat
tsb., beberapa pemimpin menyerukan untuk kelanjutan pengurangan batasan-batasan
perdagangan dan investasi, dan menggagas visi sebuah komunitas di kawasan
Asia-Pasifik yang dapat mendorong kesejahteraan melalui kerjasama. Akhirnya,
didirikanlah pusat Sekretariat APEC di Singapura untuk mengkoordinasi kegiatan
dari organisasi tsb.
Dalam
pertemuan tahun 1994 di Bogor, Indonesia, para pemimpin APEC mengadopsi Bogor
Goals yang bertujuan mendorong perdagangan dan investasi terbuka di
Asia-Pasifik dimulai tahun 2010 untuk ekonomi industri dan tahun 2020 untuk
ekonomi berkembang. Tahun 1995, APEC mendirikan badan konsultan bisnis bernama
APEC Business Advisory Council (ABAC), yang tersusun oleh tiga eksekutif bisnis
dari masing-masing negara anggota.
Bulan
April 2001, APEC berkerjasama dengan lima organisasi internasional lainnya
(Eurostat, IEA, OLADE, OPEC dan UNSD) untuk meluncurkan Joint Oil Data
Exercise, yang sekarang dinamai Joint Organization Data Initiative (JODI).
KTT
APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama
organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.
APEC
menghasilkan "Deklarasi Bogor" pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan
untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik
untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya
tahun 2020.
Pada
tahun 1997, KTT APEC diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika
kepolisian setempat menggunakan bubuk merica untuk meredakan aksi para
pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran Soeharto yang menjabat sebagai presiden
Indonesia pada saat itu.
Pada
tahun 2003, kepala organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali
berencana melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali
ditangkap di kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan
serangan itu.
Pada
tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan
rumah KTT APEC.
BAB II
Pembahasan
II.1. Keanggotaan
Sekretariat
APEC dibentuk pada tahun 1993. Para pegawai Sekretariat APEC terdiri atas 21
pejabat dari seluruh negara anggota ekonomi dan beberapa orang staf lokal.
Sekretariat APEC dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif dengan masa tugas
satu tahun dan berasal dari negara anggota ekonomi yang sedang menjadi ketua
APEC.
Saat
ini, APEC memiliki 22 anggota, kebanyakan adalah negara yang memiliki garis
pantai ke Samudra Pasifik. Meskipun begitu, kriteria keanggotaan yaitu setiap
anggota adalah lebih kepada ekonomi terpisah, dibandingkan dengan negara
terpisah. Sebagai hasilnya, dalam menyebut anggotanya, APEC menggunakan istilah
ekonomi anggota, bukan negara anggota.
Nama Anggota
|
Tahun Diterima
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1989
|
|
1991
|
|
1991
|
|
1991
|
|
1993
|
|
1993
|
|
1994
|
|
1998
|
|
1998
|
|
1998
|
|
2013
|
KTT
APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama
organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.
APEC
menghasilkan "Deklarasi Bogor" pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan
untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik
untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang
selambat-lambatnya tahun 2020.
II.2
Kegiatan APEC
APEC
dewasa ini mencakup tiga program kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Program
yang berkaitan dengan upaya liberalisasi perdagangan (trade liberalization).
2. Program
yang memberikan perhatian terhadapupaya untuk memperlancar kegiatan perdagangan
dan investasi (trade and investment facilitation program).
3. Program
kerja sama pembangunan(development cooperation program) di antaranya termasuk
program bantuan teknik.
KTT APEC diadakan setiap tahun di
negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi APEC diadakan di Canberra,
Australia pada tahun 1989.APEC menghasilkan “Deklarasi Bogor” pada KTT 1994 di
Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di
lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk
negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020.
Pada tahun 1997, KTT APEC diadakan di
Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan
bubuk merica untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran
Soeharto yang menjabat sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Pada tahun 2003,
kepala organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali berencana
melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali ditangkap di
kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan serangan
itu.Pada tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi
tuan rumah KTT APEC.
Pada tanggal 24 Februari telah
dilaksanakan kegiatan Konsultasi publik yang mendesiminasikan Hasil pertemuan
Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) First Commitee on trade and investmens
Meeting (CTI1) yang telah diselenggarakan di Clark , Filipina pada tanggal 3-4
Februari 2015 lalu. Kegiatan ini
dihadiri oleh 80 orang peserta aktif dan dilaksanakan di Aula Disperindag
Provinsi Jawa Barat, dimana narasumbernya adalah Direktur Kerja Sama APEC dan
Organisasi Lainnya, Kementerian Perdagangan dan Bpk. Arif Bustaman dari
perguruan tinggi UNPAD. Pelakasanaan kegiatan ini dibiaya sepenuhnya oleh DIPA
Ditjen kpi, Kementerian Perdaganagn RI tahun 2015.
APEC merupakan forum kerja sama ekonomi
di kawasan Asia Pasifik, terdiri dari 21 ekonomi yang mewakili lebih dari 41%
jumlah penduduk di dunia GDP sebesar 55% serta total perdagangan mencapai 49%.
Sebagai salah satu forum kerja sama ekonomi yang berpengaruh, APEC
berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing anggota dan
global. Kawasan ini berkembang menjadi wilayah ekonomi yang dinamis dengan
pertumbuhan rata-rata 7% per tahun dibandingkan kawasan lainnya sebesar 5%.
Forum ini mendorong diciptakannya
kebijakan yang mendukung peningkatan efesiensi pasar guna meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, baik bagi masing-masing anggota maupun secara
menyeluruh, melalui tiga pilar kerja sama yaitu 1)perdagangan dan investasi
yang terbuka dan efisiensi ; 2) fasilitasi bisnis ; 3) kerja sama ekonomi dan
teknik. APEC dijalankan berdasarkan prinsip konsensus, terbuka, serta tidak
mengikat (non binding). Hal ini berarti bahwa apa yang dihasilkan APEC
merupakan kesepakatan bersama dimana pelaksanaannya dilakukan secara sukarela.
Pembahasan program kerja APEC dalam
usaha mencapai Bogor Goals terdiri atas beragam isu. Penentuan isu dan
prioritas pembahasan setiap tahunnya dilakukan secara berkelanjutan dimana
merupakan hak tuan rumah penyelenggara. Sebagai contoh, pada tahun 2013 di masa
keketuaan Indonesia menjadi tuan rumah APEC, tema yang disusun Indonesia adalah
“Resilent Asia Pacific, Engine Of Global Growth”. Tema tersebut guna menjawab
tantangan situasi dunia yang tengah berada dalam pengaruh krisis keuangan dan
ekonomi dunia. Selain itu, tema tersebut juga untuk mendukung kepentingan
Indonesia dengan membahas beberapa hal penting, yaitu : Attaining the Bogor
Goals (mewujudkan Bogor Goals), Sustainable Growth with Equity (mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata) dan Promoting Connectivity (
memperkuat konektivitas).
Isu mengenai terorisme menjadi hangat
diperbincangkan di sela pertemuan APEC setelah beberapa waktu sebelumnya Paris
dirudung serangan teroris. Selengkapnya, berikut lima deklarasi utama yang
digaungkan para pimpinan negara pada KTT APEC 2015:
1. Memerangi terorisme
"Di
bawah bayang-bayang serangan teroris di Paris, Beirut dan pesawat Rusia di
Sinai, dan dimanapun, kami dengan tegas mengutuk seluruh aksi, metode dan
praktek terorisme dalam bentuk dan manifestasi apapun. Kami tidak akan
membiarkan terorisme mengancam nilai-nilai fundamental yang membahayakan
kebebasan dan keterbukaan negara."
2. Peningkatan
solidaritas
"Pertumbuhan
ekonomi, kesejahteraan, dan peluang merupakan perangkat yang dapat memangkas
akar penyebab terorisme dan radikalisasi. Kami menegaskan pentingnya
peningkatan kerjasama dan solidaritas internasional dalam memerangi
terorisme."
3. Memerangi kemiskinan
"Kami
menyadari bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi belum belum tercapai hingga
membuat jutaan orang keluar dari kemiskinan, jutaan orang telah benar-benar
merasakan dampaknya. Kami menyerukan upaya yang lebih intensif untuk
pengurangan dan pengentasan kemiskinan. Kami juga mengakui bahwa
ketidaksetaraan telah menjadi rem pertumbuhan ekonomi dan persempitan
kesenjangan itu sangat penting guna memacu pembangunan dan kemakmuran di Asia
Pasifik."
4. Ekonomi dunia
"Kami
bertemu di saat pertumbuhan global sedang tidak menentu dan terus merosot dari
ekspektasi. Berbagai risiko dan ketidakpastian masih menghantui pertumbuhan
ekonomi global seperti peningkatan permintaan yang tidak seimbang, volatilitas
finansial dan masalah struktural yang memberatkan pertumbuhan potensi yang
ada."
5. Perubahan Iklim
"Kami
berkomitmen kuat untuk mencapai kesepakatan jangka panjang yang dinamis,
ambisius, seimbang dan adil atas perubahan iklim di Paris Climate Conference
pada Desember mendatang. Kami juga berupaya mengurangi peningkatan penggunaan
energi berlebihan hingga 45 persen pada 2035, dan menggandakan energi terbarukan
pada 2030 guna mencapai perkembangan energi berkesinambungan di kawasan Asia
Pasifik."
Secara
singkat berikut adalah kegiatan-kegiatan APEC yang menghasilkan deklarasi
bersama APEC :
a. 1993: Blake Island, Seattle, AS
Para pemimpin APEC berhasil menciptakan
Visi Ekonomi (Economic Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini disepakati
untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah
dengan menetapkan kerangka kerja sama perdagangan, investasi, dan pengalihan
teknologi, termasuk permodalan. Para pemimpin APEC menegaskan bahwa
liberalisasi perdagangan dan investasi adalah dasar identitas dan aktivitas
APEC, dan kerja sama yang akan dijalin dilakukan melalui kelompok kerja.
b. 1994: Bogor Indonesia
Pada pertemuan di Bogor disepakati
bahwa negara yang sudah pada tingkat industrialisasi (negara-negara maju) akan
mencapai sasaran perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka
(liberalisasi) paling lambat tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya
sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin
ekonomi APEC sepakat untuk memperluas dan mempercepat program pemudahan
perdagangan dan investasi di kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan
kerja sama pembangunan di antara anggota melalui program pengembangan sumber
daya manusia, pengembangan pusat-pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang
IPTEK (termasuk alih teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi
Tekad Bersama (Declaration of Common Resolve).
c. 1995: Osaka, Jepang
Pada pertemuan di Osaka disepakati
(Osaka Declaration) bahwa APEC mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar,
yaitu perdagangan dan investasi, fasilitasi serta kerja sama ekonomi dan
teknik.
Prinsip-prinsip untuk memandu pencapaian
liberalisasi dan fasilitasi meliputi konsistensi dengan WTO, komparabilitas,
nondiskriminasi, transparansi, komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga
disepakati untuk menyusun agenda Rencana Aksi individual dan Rencana Aksi Kolektif
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya di Manila.
d. 1996: Teluk Subic, Filipina
Pada pertemuan di Filipina
disepakati untuk menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih
progresif dan komprehensif guna mencapai tujuan deklarasi Bogor. Para pemimpin
APEC merekomendasikan diadakannya penyempurnaan Rencana Aksi Individual
masing-masing negara anggota untuk dibahas dalam pertemuan di Vancouver,
Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk
memfasilitasi dunia usaha dalam melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun
antaranggota ekonomi APEC. Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut
sebagai Rencana Aksi Manila untuk APEC (Manila Action Plan For APEC/MAPA).
e. 1997: Vancouver, Kanada
Pada pertemuan ini disepakati
penerapan paket EVSL atau liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai
wujud rencana aksi individual. Adapun sektor-sektor yang disetujui untuk
diliberalisasi secara dini, adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan,
peralatan kedokteran, energi, mainan, permata dan perhiasan, produk kimia,
telekomuniasi serta peralatan pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak
liberalisasi dininya adalah, sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil,
pupuk, karet dan karet sintesis, minyak, dan produk minyak serta makanan.
f. 1998: Kuala Lumpur, Malaysia
Salah satu keputusan penting yang
dihasilkan di Kuala Lumpur (Cyberjaya Declaration), adalah kesepakatan mendesak
negara industri maju untuk membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut
keuangan).
Seperti diketahui pada pertengahan
tahun 1997 beberapa negara di Kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan salah
satu faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah kelemahan peraturan atau
kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk
lebih transparan menyangkut standar internasional bagi institusi keuangan
swasta yang terlibat langsung dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para
pemimpin APEC mengharapkan agar lembaga keuangan internasional dapat dan mampu
menyajikan analis-analis yang lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin ekonomi
APEC sepakat untuk meningkatkan upaya-upaya inovatif dalam rangka pemulihan
arus masuk modal. Hal ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga
multilateral seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB).
g. 1998: Auckland, Selandia Baru
Pada pertemuan Selandia Baru
disepakati bahwa untuk mempercepat pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan
melalui penajaman komitmen liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan
perdagangan, baik tarif maupun nontarif.
Selain itu disepakati bahwa untuk
memperkuat sistem ekonomi pasar di antara negara anggota dipandang perlu
membentuk pusat jaringan usaha kecil menengah (UKM).
II.3. Sekretariat APEC
Sekretariat
APEC dibentuk pada tahun 1993. Para pegawai Sekretariat APEC terdiri atas 21
pejabat dari seluruh negara anggota ekonomi dan beberapa orang staf lokal.
Sekretariat APEC dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif dengan masa tugas
satu tahun dan berasal dari negara anggota ekonomi yang sedang menjadi ketua
APEC.
Indonesia
menempatkan wakil-nya di Sekretariat APEC dan mendapat tugas sebagai Direktur
Bidang Gender dan Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME)
sejak tahun 1998.
Sekretariat
APEC yang berdomisili di Singapore, dalam melaksanakan tugasnya terbagi dalam
beberapa bidang yakni, Sekretariat APEC di bidang Committee on Trade and
Investment (CTI), bidang services, Tariff and Non Tariff Measures (NTMs),
bidang Standards and Conformance (SCSC), bidang Customs Procedures (SCCP),
bidang Intelectual Pro-perty Right (IPEG), Competition Policy, Government
Procurement (GPEG), Deregulation, Rules of Origin, Dispute Mediation, Mobility
of Business People, Implementation of Uruguay Round Outcomes (UR Outcomes),
Early Voluntary Sectoral Liberalization (EVSL), Economic Committee, Budget and
Management Committee (BMC), ECOTECH, Energy, Fisheries, Human Recources
Development (HRD), Industrial Science and Technology (ISTWG), Marine Resource
Conservation, Telecommunications, Tourism, Trade Promotion, Transportation,
Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME), Agrculture
Technical Cooperation Reports Group (ATC), APEC Study Centers, Sustainable
Development, Infrastructure Workshop, Gender Issues Sustainable Recovery,
Management Review, Electronic Commerce, APEC Food System, Public Affairs,
Communications and Database.
Sekretariat
APEC berfungsi untuk:
–
Menunjang mekanisme kegiat-an APEC
–
Menyediakan “advisory” teknis untuk koordinasi pembinaan bidang perdagangan
–
Mengenalkan dan menginfor-masikan peranan APEC kepada masyarakat dunia.
II.4.
Manfaat APEC untuk Indonesia
Indonesia
menempatkan wakil-nya di Sekretariat APEC dan mendapat tugas sebagai Direktur
Bidang Gender dan Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME)
sejak tahun 1998.
APEC atau Asia Pacific Economic Cooperation
merupakan Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik
yang bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi kawasan dan sekaligus untuk
mengurangi hambatan-hambatan dalam mengembangkan dan memproyeksikan
kepentingan-kepentingan kawasan dalam negosiasi multilateral yang lebih luas.
APEC yang dibentuk tahun 1989 sekarang telah menjadi salah satu forum ekonomi
regional yang mengemuka di dunia. Keanggotaannya mencakup dua puluh satu
ekonomi (Negara) dengan penduduk hampir sepertiga jumlah total dunia,
menghasilkan sekitar 60% total GDP dunia, dan mencakup 47% dari total
perdagangan dunia.
Pada tahun 1994 Indonesia menjadi tuan rumah
pertemuan kepala Negara APEC di Bogor yang pada kesempatan itu disepakati
komitmen bersama berupa liberalisasi perdagangan dan investasi secara penuh
pada tahun 2010 untuk ekonomi yang sudah maju, dan tahun 2020 untuk ekonomi
berkembang. Komitmen ini kemudian dikenal sebagai Tujuan Bogor (Bogor Goals),
dan menjadi dasar mendorong percepatan penghapusan tarif perdagangan maupun
investasi antar anggota APEC.
Di Bogor inilah untuk pertama kalinya
program liberalisasi menjadi agenda resmi APEC. Pada saat itu, Indonesia
mengambil inisiatif untuk menggulirkan program liberalisasi APEC melalui
penetapan target waktu dengan harapan bahwa melalui prakarsa ini, Indonesia
dapat memetik manfaat melalui tercapainya akselerasi deregulasi dan penurunan
tarif. Pada akhimya, diharapkan bahwa melalui komitmen program liberalisasi
ini, Indonesia dapat meningkatkan tingkat daya saing ekonominya secara
signifikan. Dengan demikian, melalui tahapan pembangunan yang teratur pada masa
25 tahun kedepan terhitung sejak 1994, ekonomi Indonesia telah akan dapat
berdiri sejajar dengan negara-negara maju APEC.
Organisasi
tata kerja :
Sebagai sebuah forum regional, APEC memiliki
karakteristik yang membedakannya dari berbagai forum kerjasama ekonomi kawasan
lainnya, yakni sifatnya yang tidak mengikat (non-binding). Berbagai keputusan
diperoleh seeara konsensus dan komitmen pelaksanaannya didasarkan pada
kesukarelaan (voluntarism). Selain itu APEC juga dilandasi oleh prinsip-prinsip
konsultatif, komprehensif, fleksibel, transparan, regionalisme terbuka dan
pengakuan atas perbedaan pembangunan antara ekonomi maju dan ekonomi
berkembang. Ruang lingkup kegiatan APEC yang dikenal dengan Tiga Pilar APEC
yaitu : Liberalisasi perdagangan dan investasi; Fasilitasi bisnis; dan kerjasama
teknik dan ekonomi.
APEC dalam pelaksanaannya merupakan forum
kerjasama ekonomi dan perdagangan yang bersifat multilateral. Kesuksesan forum
dilakukan dengan mengedepankan dialog dan kesetaraan dari seluruh negara
anggota. Keputusan diambil berdasarkan konsesus dalam rangka mencapai tujuan
perdagangan bebas dan investasi, dan masing-masing negara anggota dapat secara
individual maupun bersama sama melakukan kebijakan membuka pasar dalam
negerinya dengan tujuan mempromosikan kemajuan perekonomian nasional
masing-masing.
Keputusan di dalam APEC diambil melalui
pertemuan-pertemuan berjenjang, mulai dari tingkat pejabat senior (SOM) yang
diselenggarakan empat kali setahun, serta pertemuan tingkat menteri luar negeri
dan pertemuan para kepala negara, masing-masing sekali setahun. Di samping itu
terdapat pertemuan menteri sektoral teknis yang tidak terjadwal secara rutin,
kecuali pertemuan menteri perdagangan dan menteri yang menangani Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) yang diselenggarakan setiap tahun, masing-masing setelah SOM
II dan SOM III.
Pembahasan
mengenai penjabaran kesepakatan para kepala negara seeara lebih teknis, maupun
pengusulan berbagai kerjasama baru yang akan didiskusikan oleh para pemimpin
ekonomi, dilakukan pada keempat komite yang berada di bawah supervisi SOM,
yaitu:
- Ø Committee on Trade and Investment (CTI),• SOM Committee on Economic and Technical Cooperation (ESC),• Economic Committee (EC) ,dan• Budget and Management Committee (BMC).
- Dalam koordinasi dengan keempat komite SOM ini terdapat 11 (sebelas) Working Group yang menangani isu-isu spesifik/sektoral, yakni:
- Ø Agricultural Technical Cooperation,• Energy,• Fisheries,• Human Resources Development,• Industrial Science and Technology,• Marine Resources Conservation,• Small and Medium-sized Enterprises,• Telecommunication and Information,• Tourism, Trade Promotion, dan• Transportation.
- Ø Di luar komite dan working group, terdapat kelompok-kelompok bentukan SOM yang bertugas memberikan rekomendasi mengenai isu-isu yang bersifat lintas sektoral (cross-cutting), yang bersifat sementara. Kelompok-kelompok ini mencakup:
- Ø Counter-Terrorism Task Force (CTTF),• Electronic Commerce Steering Group,• Health Task Force,• Gender Focal Point Network,• Life Sciences Innovation Forum, dan• APEC Social Safety Net Capacity Building Network.
Manfaat-manfaat
Indonesia ikut serta dalam APEC, adalah sebagai berikut:
Ø Secara Politik
: dapat mendukung proses demokratisasi, memperkokoh persatuan dan kesatuan,
mendukung terciptanya kohesi sosial, meningkatkan pemahaman dan toleransi
terhadap perbedaan, mendorong terwujudnya tata pemerintahan yang baik,
mendorong pernghormatan, perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia.
Ø Secara ekonomi dan keuangan
: mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan
daya saing, meningkatkan kemampuan iptek, meningkatkan kapasitas nasional dalam
upaya pencapaian pembangunan nasional, mendorong peningkatan produktivitas
nasional, mendatangkan bantuan teknis, grant dan bantuan lain yang tidak
mengikat.
Ø Secara Sosial Budaya
: menciptakan saling pengertian antar bangsa, meningkatkan derajat kesehatan,
pendidikan, mendorong pelestarian budaya lokal dan nasional, mendorong upaya
perlindungan dan hak-hak pekerja migran; menciptakan stabilitas nasional,
regional dan internasional.
Ø Segi kemanusiaan
: mengembangkan early warning system di wilayah rawan bencana, meningkatkan
capacity building di bidang penanganan bencana, membantu proses rekonstruksi
dan rehabilitasi daerah bencana; mewujudkan citra positif Indonesia di
masyarakat internasional, dan mendorong pelestarian lingkungan hidup dan
mendorong keterlibatan berbagai pihak dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan
hidup.
BAB
III
Penutup
III.1.
Kesimpulan
APEC
adalah sebuah organisasi lintas negara yang dianggotai oleh negara-negara
sebagian besar memiliki garis pantai disekitar yang memiliki garis pantai ke
Samudra Pasifik. Sesuai kepentingannya, APEC telah mengembangkan suatu forum
yang lebih besar substansinya dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun
masyarakat Asia Pasifik dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata
melalui kerja sama perdagangan dan ekonomi.
Apabila masalah perdagangan bebas
gagal disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari setiap negara dan
sangat menghambat perdagangan bebas. Oleh karena itu, APEC dianggap bisa
menjadi langkah efektif untuk mengamankan kepentingan perdagangan negara-negara
di kawasan Asia Pasifik. Adapun tujuan dibentuknya APEC adalah untuk
meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik terutama di bidang
perdagangan dan investasi.
III.2.
Saran
Semoga
Indonesia dapat berperan aktif dalam segala bentuk pengembangan dan kemajuan
dunia dalam segala sisi, dengan masuknya Indonesia dalam APEC mudah-mudahan
dapat memberikan efek positif bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia,
seperti yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan oerdamaian abadi dan keadilan
sosial.”
Selanjutnya estafet bangsa ini akan berada di tangan
kita-kita sebagai penerus bangsa, maka sudah selayaknya mempersiapkan diri
menerima estafet tersebut dengan cara belajar sebaik mungkit untuk kemajuan
bangsa dan negara.
No comments:
Post a Comment