Friday, November 30, 2018

makalah agresi militer belanda I dan II




Kata Pengantar
            Maha Suci Allah yang telah mmeberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua, shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Makalah tentang Agresi Militer Belanda I dan II ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok PKN kelas 9 semester 2 di................., ucapan terimakasih kami sampikan untuk segenap pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, sehingga saya bisa menyeesaikan makalah sederhana ini.
kami sadari dalam makalah yang sederhana ini masih banyak kekurangan, dan saya berharap agar ada masukan positif agar saya dapat memperbaiki kekurangan tersebut dikemudian hari.
Harapan saya agar makalah sederhana ini bisa bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Gunung Putri


Penuli









DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar .................................................................................          i
Daftar Isi............................................................................................            ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Masalah...............................................................           1
I.B. Tujuan Penulisan Makalah...........................................................            1
I.C. Ruang Lingkup Bahasan..............................................................           2
BAB II
PEMBAHASAN
II.A. Pendahuluan..............................................................................            3
II.B. Agresi Militer Belanda I dan II...................................................          4
II.C. Dampak dari Agresi Militer Belanda .........................................           7
BAB III
PENUTUP
III.A. Kesimpulan................................................................................           10
III.B. Saran..................................................................................................   10
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan Indonesia merupakan kemerdekaan yang di hasilkan dari perjuangan panjang bangsa ini, kemerdekaan Indonesia bukan merupakan hadiah atau pemberian yang di dapat Cuma-Cuma dari para penjajah, tapi merupakan berkah dan anugerah dari Tuhan dengan jalam berjuang dan berkorban jiwa dan raga, dengan tangis, dan cucuran darah dari para pejuang.
Setelah kekalahan Jepang oleh Sekutu Indonesia memanfaatkan moment tersebut dengan memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, namun ini bukan berarti bangsa ini sudah bisa menghirup udara merdeka dengan tenang atau Indonesia sudah bisa merdeka sepenuhnya, malah sebaliknya, masih banyak bangsa-bangsa lain yang masih menginingkan dan menguasai Indonesia.
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia sekutu masuk kembali keIndonesia dengan alasan awalnya melucuti tentara Jepang di Indonesia, pasukan Belanda kembali ke Indonesia dengan cara bergabung dengan pasukan sekutu (NICA).
Dengan cara-cara licik Belanda tersebut membuat para pejuang terpaksa tetap mengangkat senjata, dan terjadilah perlawanan-perlawanan di berbagai daerah di Indonesia, demikian pula pasukan Belanda selalu gencar menyerang para pejuang Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan Agresi Militer atau polisionel.
Dan pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 2 akan mencoba meyusun makalah tentang Sgresi Militer Belanda I dan II.
I.B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II, serta sebagai salah satu usaha untuk menumbukan dan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta melaksanakan tugas PKN Semester 2 kelas 9.
I.C. Ruang Lingkup Bahasan
Ruang laingkup bahasan dalam makalah ini adalah :
1.      Kronologis Agresi Milter Belanda I.
2.      Kronologis Agresi Militer Belanda II.
3.      Dampak dari Agresi Militer Belanda I dan II.


















BAB II
PEMBAHASAN
II.A. Pendahuluan
Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).
Penjajah Belanda berselisih pendapat mengenai kemerdekaan Indonesia sesudah Jepang menyerah kalah, dan menduduki semua pulau Indonesia kecuali Jawa dan Sumatera. Di pulau-pulau tersebut terus-menerus terjadi pertempuran antara pasukan-pasukan Belanda dan Republik. Di kawasan-kawasan lain di Nusantara juga ada perlawanan hebat. Selain dari itu Belanda menuduh Indonesia kurang melindungi orang Indo-Eropa karena ribuan di antaranya dibunuh, sebagian dengan cara digorok. Dari mereka yang terbunuh, 5000 orang dapat diindentifikasi dan lebih dari 20.000 orang sandera hilang.
(Sesudah pejabat-pejabat wibawa Belanda berangsur-angsur kembali ketegangan antara orang pribumi dan nonpribumi bertambah. Penduduk keturunan Tionghoa juga menjadi korban. Perdana Menteri Sjahrir mengakhiri kurun waktu perkosa ini, yang berlangsung dari Oktober 1945 sampai Maret 1946. Topik ini, di Belanda disebut Periode Bersiap, masih saja pantang baik di Belanda maupun di Indonesia.)
Akhirnya ada gencatan senjata dan rundingan untuk akur politik, disebut Perjanjian Linggajati.
Aksi pertama terjadi karena saat itu pemerintahan Indonesia dinilai oleh Belanda, tidak bekerja sama melaksanakan isi Perjanjian Linggarjati, yang disahkan pihak Belanda tanggal 24 Maret 1947. Pihak Indonesia dianggap sudah kehilangan kepercayaan, karena Tweede Kamer (Parlemen Belanda) pada awalnya ragu untuk menyetujui isi perjanjian.
Aksi polisionil kedua akhir 1948 dilaksanakan memaksa Republik bekerja sama dengan pengurus Belanda untuk deelstatenpolitiek (Politik Negara Bagian) menurut Perjanjian Linggajati. Maksud pemerintah Belanda (Kabinet Drees/Van Schaik) menyelenggarakan Indonesia berdasar federal dengan hubungan ketat Belanda.
II.B. Agresi Militer Belanda I dan II
A. Agresi Militer Belanda 1
Setelah Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda ingin kembali menguasi Indonesia. Dengan diboncengi oleh pihak sekutu, Inggris, Belanda melakukan penyerangan-penyerangan terhadap Negara Indonesia.
Agresi Militer Belanda 1 dilatar belakangi oleh Belanda yang tidak menerima hasil Perundingan Linggajati yang telah disepakati bersama pada tanggal 25 Maret 1947. Atas dasar tersebut, pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melakukan agresi militer pertamanya dengan menggempur Indonesia.
Tujuan Agresi Militer Belanda 1, adalah:
Agresi militer pertama yang dilakukan oleh Belanda mengandung beberapa misi yang harus mereka selesaikan. Adapun tujuan dari agresi militer ini adalah sebaga berikut:
1. Bidang Politik
Mengepung ibu kota RI dan menghapus RI dari peta (menghilangkan de facto RI).
2. Bidang Ekonomi
Merebut daerah-daerah penting, seperti Jawa Barat dan Timur sebagai penghasil bahan makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan pertambangan.
3. Bidang Militer
Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI).
Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menggempur Indonesia dengan menyerang Pulau Jawa dan Sumatra. Pasukan TNI yang dikejutkan dengan serangan tersebut, terpencar-pencar dan mundur ke daerah pinggiran untuk membangun daerah pertahanan baru. Pasukan TNI selanjutnya membatasi pergerakan pasukan Belanda dengan taktik perang gerilya. Dengan taktik ini, Pasukan TNI berhasil mempersulit Belanda.
Meskipun Belanda berhasil menduduki beberapa kota-kota penting, akan tetapi justru hal ini membuat posisi Republik Indonesia naik di mata dunia. Banyak negara-negara yang simpati dengan Republik Indonesia, seperti Liga Arab yang akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 18 November 1946.
Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia memunculkan permusuhan negara-negara Liga Arab terhadap Belanda. Dengan demikian, kedudukan Republik Indonesia di Timur Tengah secara politik meningkat.
Dewan Keamanan PBB pun ikut campur dalam masalah ini, dan membentuk Komisi Tiga Negara untuk menyelesaikan konflik ini melalui serangkaian perundingan, seperti Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang. Akan tetapi, perundingan-perundingan tersebut tetap tidak diindahkan oleh Belanda.
B. Agresi Militer Belanda II
Aksi polisionil kedua akhir 1948 dilaksanakan memaksa Republik bekerja sama dengan pengurus Belanda untuk deelstatenpolitiek (Politik Negara Bagian) menurut Perjanjian Linggajati. Maksud pemerintah Belanda (Kabinet Drees/Van Schaik) menyelenggarakan Indonesia berdasar federal dengan hubungan ketat Belanda.
Sewaktu aksi polisionil ini Yogyakarta (Yogyakarta) langsung diserang dan pemerintah Indonesia, termasuk presiden Soekarno, ditahan. Selainnya semua kota besar dan jalan-jalan di antaranya diduduki. Aksi Belanda ini, sebetulnya upaya membinasakan Republik, gagal karena percampuran tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, aksi-aksi boikot internasional dan gerilya Republik yang sangat hebat. Pada Agustus 1949 sebelum ada gencatan senjata, Yogyakarta dapat direbut kembali oleh Indonesia dalam waktu enam jam, Belanda mundur ke Surakarta. Indonesia mengejar Belanda ke Surakarta sebelum genjatan senjata menjelang Konferensi Meja Bundar. Akhirnya Akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia karena tekanan keras dari Amerika Serikat dan pesimisnya kekuatan tentara Belanda untuk melawan Indonesia.
Sewaktu dua aksi polisi, 100.000 tentara dikerahkan setiap kali, termasuk KNIL (Bala Tentara Hindia Belanda Kerajaan). Ternyata aksi polisionil ini tidak terbatas, yang dinyatakan pemerintah Belanda. Jumlahnya lebih dari 5000 tentara Belanda tewas. Pihak Indonesia kelipatan, kira-kira lebih dari 15000.
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting.
Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai" .
Pukul 2.00 pagi 1e para-compgnie (pasukan para I) KST di Andir memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal Spoor 15 menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat. Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4.30 pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui Lautan Hindia. Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo.
Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".
Penyerangan terhadap Ibukota Republik, diawali dengan pengeboman atas lapangan terbang Maguwo, di pagi hari. Pukul 05.45 lapangan terbang Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150 orang pasukan pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim, yaitu beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat 12,7. Senjata berat sedang dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan satu kompi TNI bersenjata lengkap. Pukul 06.45, 15 pesawat Dakota menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo. Pertempuran merebut Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Pukul 7.10 bandara Maguwo telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout. Di pihak Republik tercatat 128 tentara tewas, sedangkan di pihak penyerang, tak satu pun jatuh korban.
Sekitar pukul 9.00, seluruh 432 anggota pasukan KST telah mendarat di Maguwo, dan pukul 11.00, seluruh kekuatan Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang –termasuk dua batalyon, 1.900 orang, dari Brigade T- beserta persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D.R.A. van Langen telah terkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta.
Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pengeboman serta menerjunkan pasukan payung di kota. Di daerah-daerah lain di Jawa antara lain di Jawa Timur, dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah dilakukan sejak tanggal 18 Desember malam hari.
Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai serangannya, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08.00.
II.C. Dampak dari Agresi Militer Belanda.
Agresi Mliliter Belanda tentunya menyebabkan banyak akibat dari berbagai bidang. Bidang bidang tersebut seperti bidang sosial, politik, dan ekonomi.
Agresi Militer I
            Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh pihak Belanda yaitu perekeonomian, yang sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak berarti bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi.
            Kekejaman Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten Wasterling, yang juga tidak pernah dihukum. Juga peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang tertawan oleh Belanda dimasukkan dalam gerbong kereta api yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga semua tawanan mati lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.
Agresi Militer II
Dalam sebuah tindakan agresi militer, ada dua sudut pandang yang akan menjadi telaah kajiannya. Pertama dari sudut pandang sang agresor, yakni Belanda. Belanda pada dasarnya bertujuan untuk menduduki Nusantara yang telah mengkayakan negerinya. Dari sudut pandang ini, dampak bagi Belanda adalah mengeluarkan sebagian anggaran untuk melancarkan agresi ini. Menentang dunia dalam hal perdamaian, hingga efek pengucilan untuk selanjutnya.
Kedua, dari sudut pandang Indonesia. Indonesia mendapat dampak yang luar biasa besarnya. Dalam agresi militer Belanda II ini, Indonesia dalam posisi terkekang, dari dalam dan luar negeri. Terjadi instabilisasi politik, hukum, dan keamanaan. Setelah Soekarno dan lainnya ditangkap, terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia. Hingga mennganam kedaulatan NKRI pada waktu itu. Status Negara menjadi darurat perang, mengakibatkan macetnya roda perekonomian dan hubungan kerjasama antar Negara-negara lain. Hal demikian yang menjadi fokus dunia untuk menyelesaikan pertikaian konflik yang berlatar belakang wilyah dan kepentingan ini oleh dunia. Menurut George McTurnan Kahin, dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, percaturan politik dan militer pada Agresi Belanda II mendapat perhatian khusus dari Dewan Keamanan PBB, hingga menyebabkan berbagai usulan dan pendapat dari negar-negara pmegang hak veto untuk berunding dalam permasalahan Belanda-Indonesia. Alhasil Indonesia berada pada kondisi yang tidak stabil dengan pertaruhan yang sangat mahal.
Adanya Agresi Militer kedua yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia juga mengakibatkan dihancurkannya beberapa bangunan penting di Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden dan wakil presiden beserta sejumlah pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.











BAB III
PENUTUP
III.A. Kesimpulan
Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (aksi kedua).
Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia memunculkan permusuhan negara-negara Liga Arab terhadap Belanda. Dengan demikian, kedudukan Republik Indonesia di Timur Tengah secara politik meningkat.
Tujuan utama dari Agresi Militer Belanda I dan II adalah untuk melenyapkan kekuatan Militer Indonesia, sehingga nantinya Belanda bisa dengan mudah menguasai Indonesia kembali.
III.B. Saran
Ada satu kisah yang tersisip dalam kisah agresi militer yang dilakukan Belanda ini masalah ini jarang dibahas dan mungkin tidak pernah diangkat kepermukaan, menilik sejarah dan informasi dari berbagai kalangan maka diketahui bahwa serangan-serangan Belanda bisa akurat tepat ke basis-basis geriliyawan Indonesia dikarenakan banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari bangsa kita sendiri, ini jelas nyata bahwa bangsa kita masih banyak yang rela menggadaikan bangsanya dan harga dirinya hanya demi kepentingan pribadi, jadi saran kami mari kita tumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa agar bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar, dan di hormati oleh bangsa-bangsa yang lain, dan jangan korbankan harga diri serta bangsa ini hanya demi kepentingan pribadi atau golongan, belajarlah dari sejarah bangsa ini.



No comments:

Post a Comment

POSTER PLANTAE