AKULTUTRASI
BUDAYA
Istilah akulturasi berasal dari
bahasa Latin “acculturate” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara
umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang
kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam
budaya tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling
bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling memengaruhi.
Sedangkan, menurut
Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok
sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan
(affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya
keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan
tingkat dan corak budayanya.
Akulturasi adalah suatu proses
sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi:
Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga
menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta
Raya.
Pada kesempatan kali ini kami
akan coba menyajikan bahasan tentang akulturasi budaya nusantara dengan hindu
budha.
I.B. Tujuan
Pelunilsan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan tugas mata
pelajaran Sejarah Indonesia, pada semester 2, tahun ajaran 2018/2019.
2. Memahami dan mendalami materi
tentang akulturasi budaya, pada mata pelajaran Sejarah Indonesia.
I.C. Ruang
Lingkup Bahasan
Adapun ruang lingkup dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian akulturasi budaya.
2. Contoh akulturasi budaya.
3. Akulturasi budaya dengan hindu
budha.
Seluruh ruang lingkup bahasan
akan di jelaskan dan di bahas pada bab 2 pada makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
II.A. Pengertian
Akulturasi kebudayaan yaitu
suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang
merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri
khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan
harus seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan
kebudayaan Indonesia asli.
Sedangkan, menurut
Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok
sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan
(affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya
keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan
tingkat dan corak budayanya.
Akulturasi menjadi salah satu
bagian dari bentuk asosiatif dalam masyarakat. Sebagai bentuk asositif dalam
masyarakat akulturasi memiliki hubungan yang erat antara masyarakat satu dengan
masyarakat yang lainnya. Termasuk dalam sistem kebudayaan yang selalu hadir
disetiap segmen kehidupan manusia.
Proses terjadinya, akulturasi
budaya dalam masyarakat biasanya memakan waktu lama akan tetapi ada yang hanya
membutuhkan waktu sedikit, semua kondisi akulturasi tersebut tentusaja bergantung pada persepsi
masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk.
Akulturasi bisa terjadi dalam
kurun waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan dalam
masyarakat, hal ini tentsauaja akan menimbulkan konflik sosial (baca;
pengertian konflik sosial) yang dapat merusak keteraturan dalam kehidupan
masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya masuknya akulturasi ini melalui proses
damai, maka akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat.
Kedua bentuk akulturasi yang
ada antara pemaksanaan dan juga dengan damai memiliki kelebihan dan
kekuarangan. Salah satu kelebihannya jika akulturasi dilakukan dengan keadaan
pemaksaaan seperti dalam penggaburan yang dilakukan penjejah di Indonesia, maka
akulturasi akan hilang dengan ceoat takalah penjajahan telah tiada. Dan untuk
kelebihan apabila akulturasi dilakukan secara damai maka budaya yang ada
tersebut akan berlangsung sangat lama dan melekat erat dalam kehidupan
masyarakat.
Akulturasi bisa terjadi melalui
kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
a) Kontak sosial pada seluruh
lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua
masyarakat.
b) Kontak budaya dalam situasi
bersahabat atau situasi bermusuhan.
c) Kontak budaya antara kelompok
yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi,
bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
d) Kontak budaya antara masyarakat
yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
e) Kontak budaya baik antara
sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.
II.B. Contoh
akulturasi budaya.
a.
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada
bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai
makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
b.
Seni Tarian
Tari Betawi. Sejak dulu orang
Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta. Ada yang tinggal di pesisir, di
tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan
kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi
ciri khas bagi orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang
Betawi dengan bangsa Cina tercipta tari cokek, lenong, dan gambang kromong.
c.
Seni Berpakaian
Pakaian Adat Betawi, orang
Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian. Namun yang lazim dikenakan
adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang menutup
leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang Melengkapi
pakaian adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian
pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya
memakai baju kebaya, selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik.
Pada pakaian pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok
etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang
terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan
syangko (penutup muka), baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya
pengaruh kebudayaan Cina Uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh
pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaanArab.
d.
Adat Kebiasaan
Tradisi membagi rezeki saat
hari raya sebenarnya terjadi karena proses akulturasi budaya Tionghoa dengan
Islam. Memberi dengan ketulusan hati merupakan bagian luhur dari menjalankan
kewajiban sebagai manusia. Dan lebih indah lagi jika segala kebajikan dilakukan
di hari raya. Menjalankan tradisi tentu merupakan bagian dari kebajikan.
Tradisi yang diwariskan leluhur sejatinya tetap dilaksanakan karena mengandung
nilai-nilai moral yang bertujuan baik. Salah satu tradisi Lebaran yang tak
kalah populer adalah berbagi rezeki.
e.
Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa
perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk
prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab
hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian
timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya,
Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya
cerita-cerita Carangan. Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari
Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang
purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu
mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung
nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan).
Cerita dalam pertunjukan wayang
berasal dari asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada
wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia. Di samping bentuk dan ragam hias
wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya
tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak
ditemukan di India.
Perkembangan seni sastra yang
sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya
sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India
dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari
(India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).
f.
Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara,
orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna
filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya
disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik
perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan
melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka.
Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai
roh halus.
Oleh karena itu, roh nenek
moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme). Setelah masuknya pengaruh
India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada
fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.
Di Indonesia, di samping
sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu
jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan
abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya.
Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni
juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni
adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan
yoni lambang perempuan.
g.
Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh
India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara
sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa
atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala
suku.
Orang yang dipilih sebagai
pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing,
memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi, berwibawa,
serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh India masuk,
maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini
secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang
pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki
kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja
memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja
kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.
II.C. Akulturasi Budaya nusantara
dengan Hindu Budha
Akulturasi budaya nusantara
dengan Hindu Budha adalah percampuran antara unsur-unsur kebudayaan nusantara
dengan kebudayaan agama Hindu dan Budha, sehingga membentuk kebudayaan baru dan
Kebudayaan baru yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak
kehilangan kepribadian/ciri khasnya.
Berikut adalah contoh-contoh
akulturasi budaya nusantara dengan hindu budha:
1.
Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di
Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya
Hindu- Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah,
patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian candi dan stupa
adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candicandi di Indonesia pada hakikatnya
adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.
2.
Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya
pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat,
dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dindingdinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada
dindingdinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat
Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti
rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada
candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum
Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara
di lukis.
3.
Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa
perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk
prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab
hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian
timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya,
Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya
cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya
karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di
Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita
pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif
(pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi
wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang
disesuaikan dengan seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam
hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya
tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak
ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh
penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada
prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya
Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali
Kuno (Indonesia).
4.
Sistem Kepercayaan
Sejak
masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol
yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam
kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang
naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan
melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka.
Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai
roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup
(animisme).
Setelah masuknya pengaruh India
kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi
candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan. Di
Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja
atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya
peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk
mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di
India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni
juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni
adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan
yoni lambang perempuan.
5.
Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh
India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara
sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa
atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala
suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua
(senior), arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk
dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib
(kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi
raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.
Akulturasi kebudayaan yaitu
suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang
merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri
khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan
harus seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan
kebudayaan Indonesia asli.
Akulturasi menjadi salah satu
bagian dari bentuk asosiatif dalam masyarakat. Sebagai bentuk asositif dalam
masyarakat akulturasi memiliki hubungan yang erat antara masyarakat satu dengan
masyarakat yang lainnya. Termasuk dalam sistem kebudayaan yang selalu hadir
disetiap segmen kehidupan manusia.
Proses terjadinya, akulturasi
budaya dalam masyarakat biasanya memakan waktu lama akan tetapi ada yang hanya
membutuhkan waktu sedikit, semua kondisi akulturasi tersebut tentusaja bergantung pada persepsi
masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk.
Akulturasi bisa terjadi dalam
kurun waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan dalam
masyarakat, hal ini tentsauaja akan menimbulkan konflik sosial (baca;
pengertian konflik sosial) yang dapat merusak keteraturan dalam kehidupan
masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya masuknya akulturasi ini melalui proses
damai, maka akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat.
Sebagai generasi penerus bangsa
sudah selayaknyalah kita belajar tentang sejarah bangsa ini, betapa besarnya
bangsa ini di masa lalu, dan juga pengaruh sejarah di masa lalu mengakibatkan
akulturasi budaya di berbagai bidang, oleh akrena itu kami menyarankan agar kita lebih bertoleransi
atas perbedaan yang ada di negeri ini, yang mana perbedaan itupun merupakan
efek dari akulturasi budaya yang terjadi sejak jaman dahulu.
No comments:
Post a Comment