Monday, November 19, 2018

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
I.A. Pembuka
Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan ada sekitar 87,18% atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk beragama Islam. Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.
Berbicara tentang sejarah, pada umumnya generasi-generasi muda kita ini masih kurang sadar akan sejarah dan sampai beranggapan bahwa sejarah itu tidaklah penting. Nyatanya, negara kita yang mayoritas beragama Islam tak bisa dilepaskan dari sejarah. Islam muncul di Indonesia tidak secara cuma-cuma, melainkan melalui proses yang cukup panjang.
Secara terminologis, sejarah diangkat dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon. Secara terminologis saja, kata ini sudah menggambarkan pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis; karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon”, yang tubuh dari biji kecil menjadi pohon yang besar, rindang, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran, maksud atau pesan-pesan sejarah di dalamnya, kita memerlukan kemampuan untuk menangkap pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat.
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam (muslim), dan merupakan negara dengan mayoritas terbesar ummat muslim di dunia. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 87,18 % atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam.  Walaupun Islam adalah agama mayoritas, tetapi negara kita ini tidak berasaskan Islam.
Terdapat tiga teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia yakni Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Indonesia.
Ketiga teori ini pun sebenarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam ke tiap pulau-pulau di Indonesia, melainkan hanya menganalisis masuknya agama Islam ke Sumatera dan Jawa, karena kedua wilayah ini merupakan sampel untuk wilayah Indonesia lainnya.
Pada tulisan ini, saya akan membahas seputar sejarah bagaimana agama islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia sampai saat ini.
II.A. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Seperti banyak diketahui jika daerah penghasil batu kapur yaitu Kota Barus (Sibolga-Sumatera Utara) sudah digunakan oleh para firaun di mesir untuk proses pemakaman mumi firaun. Berdasarkan hal tersebut membuktikan jika jauh sebelum islam datang, masyarakat Nusantara sudah berhubungan dengan dunia luar.
Ada kemungkinan Islam sudah masuk di Nusantara terjadi pada masa Kenabian atau masa hidupnya Nabi Muhammad. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus). Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam. Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.
Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut. Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.
Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.
Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat
Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik
Masa kolonial
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir
II.B. Pengaruh Masuknya Islam Ke Indonesia
Masuknya agaa Islam di berbagai wilayah di Indonesia sangat berpengaruh pada semua lini kehidupan bangsa Indonesia di berbagai wilayah, pengaruh-pengaruh budaya Islam sangat nyata dan jelas terlihat di berbagai wilayah di Indonesia.
Demografi
Sebagian besar umat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.
Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana.
Arsitektur
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
Masjid
Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di Indonesia
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.
 Adapun menurut penuturan Komjen Pol Syafruddin Wakil Ketum Dewan Masjid Indonesia menyebut sesuai data tahun 2017, bahwa Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid. Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah tak secara langsung membangun dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal pengelolaannya.
Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia. Di Indonesia, Kementerian Agama merupakan pemangku tanggung jawab pendidikan agama dan pendidikan keagamaan menyiapkan rencana strategis yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 39 tahun 2015.
Hal-hal yang ada di sana kemudian dituangkan dalam rumusan tugas dan fungsi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 42 tahun 2016. Lingkup layanan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren meliputi jalur pendidikan formal, yang mencakup pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah, dan ma'had 'ali. Pendidikan diniyah non formal mencakup madrasah diniyah takmiliyah, pendidikan al-Quran, dan program pendidikan kesetaraan serta pondok pesantren sebagai penyelenggara maupun satuan pendidikan. Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah).
Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya seperti Universitas Islam Negeri (UIN) dengan nama yang berbeda-beda berdasarkan nama tokoh penyiaran islam masa lampau semisal di Makassar dengan nama Universitas Islam Negeri Sultan Alauddin disingkat (UINAM).
Berdasar pada data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada awal 2018, dari 326.327 lembaga pendidikan Islam yang dinaungi, 76,1% atau 248.290 lembaga merupakan pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Terbagi lagi menjadi 28.194 pondok pesantren, 84.966 madrasah diniyah takmiliyah, serta pendidikan al-Quran sebanyak 135.130. Selebihnya 23,9% lembaga pendidikan Islam lainnya terbagi jadi raudhatul athfal (27.999), madrasah ibtidaiyah (24.560), madrasah tsanawiyah (16.934), madrasah aliyah (7.843) dan perguruan tinggi agama (756). Itu belumlah mencakup sejumlah lembaga pendidikan yang berupa program pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren (1.508), pendidikan diniyah formal (59), pendidikan muadalah (80), dan ma'had 'aliy (29).
Kemudian berbicara mengenai statistik lainnya, dari total 2.378.566 tenaga pendidik, 63% atau 1.4999.859 mengajar di pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Para pengajar ini bertanggung jawab pada 18.196.034 siswa atau 64,2% dari semua peserta didik pendidikan Islam (28.324.088 orang).
Politik
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan peranan ummat Islam. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali kalangan kaum haji yang membawa kabar-kabar akan serangan Perancis terhadap Maroko, umat Islam Libya diserang, dan gerakan nasionalis Mesir melawan imperialis Inggris. Ini juga membentuk perasaan setia kawan sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan ketidaksukan terhadap kolonialisme dan imperialisme Eropa. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Pada Pemilu 1999, 17 partai Islam —yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan Pancasila— ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi —terkecuali PPP yang memang sudah tua— mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi. Namun demikian, seluruh partai Islam itu kalah jauh dari PDI yang meraup sekitar 34% suara. Dalam Pemilu tersebut, PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen) dan bercokol pada peringkat ketiga, karena itu Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar. Partai Bulan Bintang mampu membentuk fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai Keadilan hanya memperoleh 7 kursi DPR saja.
Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.
II.C. Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia
Sejak agama dan kebudayaan Islam memasuki Indonesia, terjadilah proses Islamisasi terhadap masyarakat di nusantara. Bersamaan dengan proses Islamisasi itu, mulailah terjadi perubahan sosial budaya ke arah pembentukan budaya baru yang bernafaskan Islam.  Seperti diketahui bahwa, sebelum kedatangan agama dan kebudayaan Islam, budaya Indonesia masih bercorak Hindu dan Budha, namun seiring dengan masuknya budaya Islam ke Indonesia, proses integrasi budaya Hindu - Budha dengan kebudayaan Islam pun menjadi tidak dapat dihindarkan.
Di Indonesia terdapat beberapa kerajaan Islam diberbagai wilayah. Setiap kerajaan memiliki cerita dan sejarah masing masing. Kerajaan Islam di Indonesia meninggalkan beberapa peninggalan sejarah yang dapat kita jumpai sampai sekarang. Peninggalan sejarah kerajaan Islam diberbagai wilayah berbeda beda karena setiap kerajaan memiliki sejarah masing masing.
Jika membicarakan sejarah kerajaan islam dan peninggalannya memang sangat menyenangkan dan tidak ada habisnya karena sejarah adalah sesuatu yang dapat kita gali terus keberadaannya. Berikut beberapa peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia
Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia yang pertama ialah peninggalan kerajaan samudera pasai. Kerajaan Samudera Pasai terletak di wilayah Sumatera. Masuknya Islam diwilayah ini melalui kegiatan perdagangan. Para saudagar saudagar Islam selalu bersinggah dibagian Sumatera bagian Barat sehingga rute perdagangannya mulai dari Cina, India, Persia, dan Arab. Pada masa itulah mulai ditemukannya uang Dirham. Mata uang ini sudah ada sejak raja pertama Samudera Pasai. Beliau mulai memperkenalkan mata uang ini sebagai media transaksi dalam dunia perdagangan. Mata uang dirham terbuat dari emas.
Peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia juga dibuktikan dengan beberapa cerita bahwa diwilayah Sumatera terdapat persinggahan beberapa pedagang luar negri. Para pedagang sengaja membuat pemukiman disekitar Samudera untuk melakukan kegiatan perdagangan. Pada masa itu juga kebudayaan asing mulai masuk ke Indonesia. Tidak hanya itu saja melainkan pemerintahan Islam juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan kerajaan. Peninggalan sejarah kerajaan Islam ini dapat kita jumpai melalui karya sastra, sufistik, kaligrafi dan masih banyak lagi. Peninggalan tersebut akibat adanya kebudayaan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
Peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia selanjutnya dapat anda jumpai dikerajaan Demak. Kerajaan Demak sudah berdiri sejak tahun 1478 M sampai 1518 M. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah. Agama Islam telah masuk dan berkembang diwilayah Demak sejak abad 15 M. Penyebaran agama Islam diwilayah Demak dilakukan oleh para tokoh wali songo. Para tokoh tersebut memperkenalkan agama Islam melalui perantara kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat. Kerajaan Demak telah meninggalkan banyak sekali peninggalan sejarah masuknya Islam di Indonesia.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan Banten tergolong kerajaan Islam di Indonesia. Peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia ini dapat anda jumpai diwilayah Banten. Di wilayah tersebut berdiri sebuah kerajaaan yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Kerajaan Banten telah mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Jaman dahulu Banten adalah pelabuhan pertama yang didatangi oleh pasukan Belanda. Pada saat itulah peninggalan peninggalan sejarah mulai bermunculan. Berikut beberapa peninggalan sejarah kerajaan Banten:
Peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia tepatnya diwilayah Banten dapat kita jumpai menara masjid yang megah. Menara masjib Banten ini sudah ada sejak tahun 1596 yaitu ketika Belanda pertama kali berlabuh di wilayah tersebut. Di dalam komplek masjid ini terdapat beberapa bangunan misalnya menara masjid, tiyamah yang didesain dengan arsitektur Eropanya, serta makam makam para Sultan. Dimasjid tersebut terdapat istiwa (jam matahari untuk menunjukan waktu salat), pawestren serta kolam khusus untuk berwudhu. Masjid ini dibangun oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel dari Belanda. Beliau merupakan arsitektur dari Belanda yang baru masuk Islam. 
Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram
Kerajaan mataram sudah berdiri sejak tahun 1586 sampai 1601 M. Kerajaan islam ini bangun oleh Panembahan Senopati yang terletak di wilayah Kota Gede. Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Agung tahun 1613 sampai 1645 M. Berikut beberapa peninggalan sejarah kerajaan islam di Indonesia khususnya diwilayah Mataram:
Gambar : Kompleks Makam
Peninggalan sejarah kerajaan Islam ini memiliki corak yang kental dengan nuansa Jawa serta candi Bentarnya. Komplek Makam kerajaan mataram terletak diwilayah perbukitan yang memiliki beberapa tembok tinggi disekelilingnya. Komplek ini terdapat beberapa makam seperti makam Pandanaran, makam Imogiri serta makam Kota Gede

Di Indonesia terdapat beberapa kerajaan Islam diberbagai wilayah. Setiap kerajaan memiliki cerita dan sejarah masing masing. Kerajaan Islam di Indonesia meninggalkan beberapa peninggalan sejarah yang dapat kita jumpai sampai sekarang. Peninggalan sejarah kerajaan Islam diberbagai wilayah berbeda beda karena setiap kerajaan memiliki sejarah masing masing.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Pada dasarnya tidak hanya peninggalan sejarah kerajaan islam saja yang tedapat di indonesia, namun terdapat juga berbagai peninggalan sejarah lain yang dapat kita gali keberadaanya. Namun dalam artikel kali ini kita hanya akan berfokus pada peninggalan sejarah islam di Indonesia saja.
Sebagai generasi muda Islam di Indonesia sudah seharusnya kita mengetahui dan memahami sejarah masuknya Islam ke Indonesia, agar rasa kecintaan kita terhadap Islam dan juga Negara kesatuan Republik Indonesia semakin tebal.


                                                                                                                          

No comments:

Post a Comment

POSTER PLANTAE