Sejarah Peradaban
Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
1. Letak Geografis Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
Sungai Eufrat dan Tigris
merupakan sungai yang bersumber dari Pegunungan Armenia (Turki), keduanya
berada di daerah Mesopotamia (sekarang Irak). Mesopotamia adalah nama sebutan
daerah yang diapit oleh dua sungai, meso berarti tengah dan potamos artinya sungai.
Daerah ini merupakan daerah yang sering kena banjir di saat musim hujan, dengan
begitu lumpur-lumpur yang dibawa air menyebabkan lahan di sekitarnya menjadi
subur.
Ketergantungan bangsa-bangsa yang
mendiami Lembah Sungai Eufrat dan Tigris disebabkan oleh daerah yang
mengelilinginya adalah gurun yang terbentang luas, yaitu Gurun Elbrus dan Gurun
Hamad. Tampak terlihat daerah Mesopotamia adalah lahan yang paling subur
dibandingkan sekelilingnya.
Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
Kesuburan tanah mendatangkan manusia untuk
bertempat tinggal di daerah tersebut dengan pencahariannya bercocok tanam.
Banjir yang dialaminya dijadikan sebagai tantangan untuk tetap bertahan hidup
dengan membuat tanggul-tanggul penahan banjir, kanal banjir dan saluran pertanian.
Dari kondisi tersebut, muncul peradaban, bahkan para ahli mempercayai bahwa
mesopotamia adalah tempat asalnya peradaban manusia di dunia.
Bangsa Ubaid adalah bangsa
pertama yang mendiami daerah tersebut pada tahun 5000 SM dengan ditandai
munculnya kota Kish, Eridu dan Ur. Kedatangan bangsa Sumeria pada tahun 3000 SM
membaur dengan bangsa Ubaid, lalu membangun sebuah kota dengan rumah-rumah yang
dibuat dari lumpur dan tanah liat.
2. Pemerintahan Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
(a) Kerajaan Sumeria
Perkembangan Kota Ur sangat pesat
dan menyebabkan timbulnya sebuah tatanan sosial di masyarakatnya. Bangsa
Sumeria yang telah berbaur dengan bangsa asli membuat sistem pemerintahan,
makin lama makin berkembang dan mengembangkan sebuah kerajaan.
Kerajaan Sumeria diperintah oleh
sebuah badan kerajaan yang memperoleh hak tinggi dalam berbagai bidang, seperti
politik, agama dan militer. Badan tersebut dipimpin oleh seseorang yang
dianggap menguasi daerah Sumeria, yang diberi gelar Lugal (Lugal berarti raja).
Patesi yang telah berkuasa di Kerajaan Sumeria antara lain Patesi A-annipada,
Patesi Umia, Patesi Urukagina dan Patesi Lunggal zagisi. Kekuasaan patesi
sangat berpengaruh terhadap dasar-dasar kehidupan masyarakat, oleh karenanya
kekuasaanya bisa berlangsung di Sumeria selama dua abad.
(b) Kerajaan Akkadia
Kerajaan Akkadia berdiri tahun
2500 SM setelah Raja Sargon (bangsa Semit) setelah berhasil menaklukan bangsa
Sumeria di Mesopotamia. Kemudian memindahkan ibukotanya dari Ur ke Agade. Usaha
bangsa Akkadia menaklukan kerajaan Sumeria berlangsung lama. Mereka datang dari
derah gurun pasir dan menaklukan Kerajaan Sumeria.
Beberapa kebudayaan dan ilmu
pengetahuan dari Sumeria diadopsi, diantaranya mengenai ilmu kalender dan
takaran. Bangsa Akkadia mengenal legenda-legenda kepahlawanan, yakni legenda
Adapa, Etana dan Gilgamesh yang mirip dengan cerita manusia pertama Adam dan
Hawa. Mereka juga mengenal legenda air bah yang mirip dengan cerita Nabi Nuh
namun dalam versi yang berbeda. Dinasti Raja Sargon di Agade berkuasa 1 abad
dan dihancurkan oleh Guti pada tahun 2200 SM. Kerajaan Sumeria kembali berkuasa
setelah Raja Ur-Nammu mengalahkan Kerajaan Akkadia dan mengembalikan ibukota ke
Ur.
(c) Kerajaan Babylonia Lama
Pada tahun 2000 SM, Sumeria
akhirnya dikuasai oleh bangsa Amoria. Pergantian ini berlangsung lama setelah
kekuasaan Dinasti Ur-Nammu mulai melemah dan sering terjadi perebutan
kekuasaan. Dinasti Amorit dipimpin oleh Sumuabum, ia memindahkan ibukotanya ke
Babylon. Raja Hammurabi adalah salah satu keturunan dinasti Amorit yang
terkenal dan menjadi raja besar setelah membentuk imperium hingga Turki, Suriah
dan Teluk Persia. Ia juga yang meletakkan hukum tatanan masyarakat untuk
kehidupan yang aman dan tenteram yang dikenal dengan Codex Hammurabi. Hukum
Hammurabi mengakomodasi kebudayaan bangsa Semit yang menggunakan hukum
pembalasan, seperti hilang nyawa diganti nyawa.
Raja Babylonia runtuh setelah
Raja Hammurabi wafat, lemahnya pengganti raja dan seiringnya serangan dari
bangsa Hittite. Kekuasaan bangsa Amoria digantikan oleh bangsa Assyiria.
(d) Kerajaan Assyria
Bangsa Assyria termasuk bangsa
nomaden bertempat di Arab bagian Utara. Kondisi alam yang panas dan penuh
tantangan menjadikan mereka bangsa yang kuat. Ibukotanya saat itu ada di kota
Assur. Kekuatan mereka digunakan untuk menguasai daerah lain termasuk
Mesopotamia. Semula mereka diwajibkan membayar pajak dan mengabdi kepada
Kerajaan Babylonia dan Hittite.
Pada tahun 1350 SM di bawah
pimpinan Assuruballit, Assyria mampu melepaskan kewajiban tersebut dan dapat
menyaingi Babylonia. Ketika dipimpin oleh Tiglath Pletser I, Assyria dapat
menguasai Babylonia yang sudah dikuasai bangsa Hittite. Dengan kemenangan
tersebut tumbuhlah Kerajaan Assyria beribukota Niniveh. Salah satu rajanya yang
termasyhur adalah raja Ashurbanipal yang mampu mengembangkan wilayah
kerajaannya meliputi Lembah Sungai Nil, Armenia, Damascus dan Yunani. Kerajaan
Assyria berkuasa selama dua abad, yaitu abad ke-9-7 SM, keruntuhannya terjadi oleh serbuan bangsa Chaldea
keturunan Babylonia.
(e) Kerajaan Babylonia Baru
Kerajaan Babylonia Baru lahir
setelah Nabopalassar memimpin bangsa Chaldea menyerbu Kerajaan Assyria pada
tahun 612 SM. Kerajaan Babylonia Baru mengalami kejayaan pada zaman Raja
Nebukadnezar karena:
1. Meredam
pemberontakan Yahudi di Palestina, dan mengirim ke pembuangan setelah kalah
perang;
2. Membuat
jembatan untuk lalu lintas kota;
3. Membangun
taman gantung.
Setelah Nebukanedzar wafat,
Babylonia runtuh oleh bangsa Medes dari Persia.
Peradaban Lembah Sungai Eufrat
dan Tigris
Darius I Tengah Berburu Singa
(f) Kerajaan Persia
Pada awalnya bangsa Medes tinggal di
Pegunungan Zagros (sebelah Utara Teluk Persia). Mereka bangsa yang kuat dan
merupakan ancaman bagi bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya. Sebagai bangsa
nomaden, bangsa ini menyebar ke India dan Eropa Barat. Tahun 539 SM berhasil
menguasai kerajaan Babylonia Baru, namun tak lama kemudian muncul Cyrus sebagai
pemimpin bangsa Persia berhasil menaklukan Babylonia Baru dan menyatukan kedua
bangsa Medes dan Persia.
Anaknya yang bernama Cambysses
menaklukan Bangsa Mesir yang selanjutnya diganti oleh Raja Darius. Raja Darius
berhasil membawa Kerajaan Persia ke dalam kejayaan dengan memperluas wilayahnya
sampai ke Yunani. Sistem pemerintahan Darius dipakai dalam sistem pemerintahan
di dunia saat ini. Negara terdiri dari 20 provinsi yang masing-masing provinsi
diperintah oleh satrap (gubernur) yang ditunjuk oleh Raja.
Pada zaman kekuasaan Kerajaan
Persia di Mesopotamia tampil seorang tokoh agama yang bernama Zoroaster yang
mengajarkan bahwa kekuatan kebaikan dikuasai oleh Ahura Mazda dan kekuatan
kejahatan dikuasai oleh Ahriman. Kitab suci ajaran ini bernama Avesta.
3. Kepercayaan Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
Bangsa Sumeria mempercayai banyak
dewa yang ditimbulkan oleh kondisi alam yang tidak stabil. Diantara banyak
dewa-dewa yang dikenal, tiga di antaranya merupakan dewa tertinggi antara lain
Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi) dan Dewa Ea (Dewa Air).
Keberhasilan bangsa Sumeria
menguasai daerah Mesopotamia diabadikan dalam sebuah mitologi kemenangan saat
terjadi peperangan antara Dewa Marduk dengan Dewa Tiamat. Dewa Tiamat dianggap
sebagai dewa petaka yang selalu membawa bencana banjir.
4. Pengetahuan dan Teknologi Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris
(a) Aksara
Sejak berdirinya Sumeria,
bangsa-bangsa yang mendiami Lembah Sungai Eufrat dan Tigris sudah mengenal
abjad dengan bentuk huruf paku dengan sebutan kuneiform. Pengembangan huruf ini
didapat pada peninggalan Babylonia sebuah prasasti batu Undang-undang Hammurabi
yang memuat 282 pasal, setiap pasalnya memuat peraturan dan hukuman bagi
pelanggarnya.
(b) Kalender
Pergantian musim menunjukkan
pergantian bulan, untuk kepentingan masa bercocok tanam dan panen mendorong
timbulnya sistem penanggalan. Penanggalan waktu ini sudah dikenal sejak
Kerajaan Sumeria dan berkembang sejak Kerajaan Chaldea yang membagi minggu
dalam 7 hari, hari dalam 24 jam, sama seperti yang terjadi saat ini.
(c) Ilmu hitung
Bangsa Sumeria sudah mengenal
angka 60 (sexagesimal) bilangan dasar, susunan angka 60 dipakai sebagai
besarnya derajat dalam 1 lingkaran, yakni 360 derajat yang dianalogikan sama
dengan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam 1 tahun yang terdiri dari 360
hari.
No comments:
Post a Comment