Contoh 1:
Judul
Lukisan :
Potrait Seorang Perempuan dengan Gitar
Pelukis : Risa Rahmawati
Material : Mix Media
Media : Kanvas 40cm x 59cm
Narasi
Media
yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih
dari satu media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang
digunakan ialah cat minyak, cat poster dan serbuk yang menyerupai perak.
Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut bertujuan agar dapat menimbulkan
kesan meriah, berwarna dan tidak monoton.
Bagi
seniman-seniman profesional dan orang-orang yang sudah mengenal seni rupa
dengan sangat dalam, karya ini memang bisa dibilang tidak ada apa-apanya. Namun
terkandung makna yang begitu dalam di balik lukisan ini. Seperti yang
diungkapkan senimannya, lukisan ini dibuat untuk ibunya dan atas dasar kasih
sayang kepada orang tuanya. Dia berfikir jika lukisan buatannya ini memenangkan
perlombaan, maka dia akan mengajak kedua orang tuanya menyaksikan pameran
perlombaan seni rupa itu, dia berharap orang tuanya bisa bangga kepadanya.
Banyak
kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak
variatif karena warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit
sekali digunakan warna sekunder apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada
lukisan tersebut cenderung tidak matang.
Konsep
lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana
perasaan seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut
adalah perasaan yang penuh warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap
bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah tertuang dalam lukisan itu
dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-komponen
lukisan.
Meskipun
lukisan ini masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini
adalah langkah awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
MENGIDENTIFIKASI
Deskripsi
Konsep
lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana
perasaan seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut
adalah perasaan yang penuh warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap
bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah tertuang dalam lukisan itu
dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-komponen
lukisan.
Formal Interpretasi
Media
yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih
dari satu media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang
digunakan ialah cat minyak, cat poster dan serbuk yang menyerupai perak.
Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut bertujuan agar dapat menimbulkan
kesan meriah, berwarna dan tidak monoton.
Penilaian
(Evaluasi)
Banyak
kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak
variatif karena warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit
sekali digunakan warna sekunder apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada
lukisan tersebut cenderung tidak matang.
Simbol, Jenis dan
Fungsi Karya Seni Rupa
Konsep
lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana
perasaan seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut
adalah perasaan yang penuh warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap
bagaikan bintang
Kekurangan
Banyak kelemahan dalam
lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak variatif karena
warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit sekali
digunakan warna sekunder apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada lukisan
tersebut cenderung tidak matang.
Kelebihan
Meskipun lukisan ini
masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah langkah
awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
Kelebihan
Meskipun lukisan ini
masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah langkah
awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
Contoh 2:
Identitas
Karya Seni
Pelukis : Hendra Gunawan
Judul lukisan : “mencari kutu rambut”
Bahan lukisan : Cat Minyak
Media
: canvas 84cm x 65cm
Tahun 1953
Narasi
Hendra
Gunawan adalah salah satu seniman lukis Indonesia. Dia pernah ditahan selama 13
tahun dimulai pada tahun 1965 hingga 1978. Selama didalam penjara beliau tetap
berkarya membuat lukiasan bertema tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada
zamannya. Seperti panen padi, berjualan buah, kehidupan nelayan. Ada salah satu
karyanya yang berjudul “mencari kutu rambut” yang dibuat pada tahun 1953.
Lukisan ini menampilkan subjek matter yaitu seorang wanita yang sedang duduk
mencari kutu wanita yang sedaang memangku anak perempuanya yang memegang
wayang. Lukisan ini dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dengan ukuran
84cm x 65cm.
Deskripsi
Dalam
lukisan “mencari kutu rambut” nampak Hendra menampilkan dua sosok wanita dewasa
dengan memakai baju kebaya sederhana dengan rok menggunakan jarik, dan satu
anak kecil yang sedang memegang wayang dengan dipangku salah seorang wanita
dewasa. Wanita yang sedang mencari kutu menggunakan baju berwarna biru
keputihan yang warnanya hampir sama dengan warna backgroun yang ingin
ditampilkan dengan motif titik-titik berwarna-warni, dengan menggunakan rok
dari jarik warna coklat, dengan rambut diikat.
Ekspresi
wanita tersebut terlihat serius mencari kutu pada wanita yang kedua. Wanita
yang kedua memakai baju kebaya sederhana juga berwarna putih dengan motif, dan
menggunakan jarik dengan warna coklat namun hampir sama dengan warna tanah yang
ditampilkan, wanita kedua terlihat rambutnya terurai panjang menandakan bahwa
dia yang sedang dicari kutu rambutnya. Tanganya sedang memegang kapala anak
kecil dengan rambut agak pendek dengan baju berwarna merah muda yang memegang
sebuah wayang. Kemudian background berwarna biru dan terlihat seperti ada
pohon. Lukisan ini cenderung menggunakan warna yang soft dengan background yang
sederhana. Kemudian warna kulit ketiganya sama, coklat keputihan.
Analisis formal
Lukisan
ini cenderung bergaya ekspresionis dengan tampilan warna dan background yang
sederhana kemudian warna biru yang masuk pada warna baju wanita pertama,
kemudian warna tanah yang masuk pada warna jarik wanita kedua. Kebaya sederhana
merupakan pakaian tradisional jawa yang sering dikenakan oleh wanita-wanita pada
kesehariannya, dengan bertapihkan jarik sebagai kombinasi pakaian yang ia
pakai. Kemudian dengan wanita pertama mengikat rambutnya sehingga mirip seperti
disanggul itu juga menerangkan tentang kebudayaan jawa. Kemudian pada wanita
kedua dengan tanda yang ada dijidatnya berupa warna hijau, merupakan sebuah
kebiasaan wanita di jawa jika iya baru melahirkan. Rambut-rambut panjang yang
terurai juga mengesankan bahwa itu wanita jaman dahulu yang masih kental dengan
tradisi jawa. Kemudian adanya bentuk wayang yang sedang dipegang anak kecil
sebagai mainan menegaskan bahwa kebiasaan mencari kutu rambut yang ditampilkan
merupakan kebiasaan masyarakat dijawa.
Evaluasi atau penilaian
Seniman
seperti ingin menampilkan sebuah kebiasaan yang terjadi di jawa yang biasanya
dilakukan oleh para wanita untuk mengisi waktu senggangnya dengan duduk dan
mencari kutu pada wanita lainnya. Seniman menampilkan salah satu bentuk wayang yang divisualkan
sedang dipegang atau dimainkan anak kecil yaitu ingin mempertegas bahwa ini adalah
kebudayaan yang terjadi dijawa. Kemudian pakaian kebaya juga menjadi tanda
bahwa seniman sedang ingin menampilkan salah satu kebuadayaan yang ada di Jawa
bahwa ada salah satu kegiatan yang terjadi untuk menjalin keharmonisan sebuah
sodara atau keluarga salah satunya adalah berkumpul dan mencari kutu rambut.
Kelebihan
Karya
lukisan berjudul “mencari kutu rambut” ini sangat menarik, seniman ingin
menampilkansebuah kebudayaan atau kegiatan masyarakat desa khususnya para
wanita. Dengan gambaran yang jelas yang mendukung judul sehingga apa yang
dipikirkan apresiator tidak jauh-jauh dari judul yang ditampilkan.
Kekurangan
Namun
ada sedikit yang menjadikan kekuranga yaitu pada backgroun yang dibuat kurang
menampilkan bahwa itu adalah kebiasaan masyarakat pedesaan. Terlalu sederhana
dan tidak mendukung subjek matter yang ditampilkan. Padahal biasanya orang yang
mencari kutu rambut itu duduk didepan rumah. Kemudian untuk proporsi manusia
asli mungkin kurang diperhatikan sehingga
untuk kaki wanita kedua cenderung pendek. Kemudian untuk warna
background dengan baju wanita pertama itu sedikit membingungkan karya warnanya
menyatu, kemudian warna tanah juga yang disamakan dengan jarik wanita kedua itu
agak kurang menarik.
Contoh 3:
Judul : Harmonis
Pelukis : Ahmad Savic A
Tahun : 2009
Media : cat air
Bentuk (form) dan tanda (symbol)
yang digunakan dalam karya
Karya
seni lukis milik Ahmad Savic ini merupakan lukisan yang sekiranya mengungkapkan
bentuk sebuah pohon. Tak terdapat pohon lain disekitarnya sebagai background
ataupun subjek figuran. Hanya sebuah tiang listrik yang menemani dan tampak
berdekatan, namun subjek yang lebih ditekankan adalah pohon tersebut. Bentuk
dari pohon ini tidak sederhana, banyak sekali ranting yang menjadi cabang dari
bawah hingga ke atas. Tidak dapat ditebak pohon apakah ini, yang jelas bentuk
cabang-cabang yang banyak ini menandakan merupakan pohon yang beranting banyak.
Bukan pohon rimbun nan hijau sebab dari bentuk daun-daunnya yang ekspresif
terdapat secara acak pada ranting yang banyak. Namun dapat dilihat dari bentuk
pohon ini yang menjulang ke atas hingga tak terlihat ujung batangnya merupakan
pohon yang besar. Bentuk ranting-ranting pohon yang meliuk-liuk ini makin
terlihat jelas bahwa sedang diambil perspektifnya dari bawah.
Pohon
menyimbolkan sebuah kehidupan yang utuh dan pasti, kepastian ini tergambar dari
karakter pohon yang pada umumnya memiliki batang yang kuat. Sesuatu yang
berhubungan dengan alam artinya hidup dan pohon merupakan salah satu bagian
dari alam. Sedangkan tiang listrik adalah penyangga dari listrik sendiri
seolah-olah menjadi simbol dari sesuatu yang lain, lain dari sesuatu yang
hidup. Listrik merupakan sesuatu yang tidak hidup dan dapat mematikan. Apalagi
listrik itu dapat mematikan sebuah pohon pada kejadian tertentu.
Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
yang digunakan
Lukisan
“harmonis” ini tidak mengkomposisikan subjek utama terlalu tengah, sehingga
tidak terlalu statis namun tetap fokus pada subjek utama. Penyusunan pohon
besar inipun dikomposisikan menjulang ke atas serong kanan sehingga lebih indah.
Pengkomposisian sebuah tiang listrik yang tegak menjulang dari bawah menjadi
sorotan yang estetik ketika puncaknya semakin berdekatan dengan puncak pohon.
Garis-garis dari pembentukan ranting pohon seolah menjadi ciri khas tersendiri
dalam karya ini, sebab menjadi perpaduan pula pada garis-garis yang terbentuk
dari kabel listrik di sebelahnya. Hal ini menjadikan komposisi yang menarik.
Begitu pula perulangan daun-daun abstrak seolah menjadi taburan yang membuat
karya ini lebih indah.
Warna
yang digunakan bukan merupakan warna asli dari sebuah pohon, Savic menggunakan
warna-warna campuran seperti warna orange, kuning dan biru. Hal ini membuat
lukisan yang dibuatnya menjadi estetis dan menarik. Warna pohon yang pada
umumnya hijau dan coklat menjadi lebih bervariasi. Meski jika Savic menggunakan
warna-warna ini sebagai background nuansa, warna-warna inipun masih menjadi
unsur estetik dalam karyanya.
Kesan yang anda peroleh dari hasil
pengamatan
Dalam
lukisan ini meskipun hanya terdapat sebuah subjek pohon dan tiang listrik namun
memiliki makna yang lebih dalam. Bukan sekedar indahnya pohon yang berdiri di
dekat tiang listrik namun lebih dari itu. Kesan rimbun tidak diperoleh namun
dari pohon itu sendiri dapat mengesankan besar dan tinggi, begitu pula pada tiang
listriknya yang menggambarkan tentang ketinggian. Hal yang berdampingan ini
menggugah perasaan tertentu yang tercipta dalam hati, seperti pada unsur-unsur
yang sama antara pohon dengan tiang listrik. Ada garis-garis yang menjadi
perpaduan keserasian yang mengesankan keharmonisan satu sama lain. Persamaan
ketinggian menjadi hal yang indah ketika dilihat dari sisi bawah, hal ini
sangat terlihat pada penunjukan bahwa subjek ini berada pada posisi tinggi.
Seolah-olah mengesankan pada sesuatu yang unggul dan tinggi. Selain itu seolah
hanya dari perspektif bawah dapat melihat segala sesuatu yang harmonis. Seperti
yang terlihat pada perpaduan garis kabel dan garis-garis yang terbentuk dari
ranting pohon. Penyatuan ujung pohon dengan ujung tiang listrik menjadi penyatuan
suatu hubungan yang kukuh yang terbentuk dari sesuatu yang kuat yaitu pada
karakter batang pohon dengan batang tiang listrik. Bercak-bercak daun yang
tidak dimiliki oleh tiang listrik menjadi penghias antara jalinan pohon dengan
tiang listrik. Keseluruhan lukisan ini mencerminkan sebuah keharmonisan yang
tak terduga.
Penilaian anda terhadap gagasan,
teknik dan media yang digunakan dalam kaitannya dengan ekspresi yang dihasilkan
Menarik
sekali lukisan ini mendapatkan gagasan dari sebuah pohon yang pada dasarnya
menyatu dengan alam namun Savic menampilkan dalam keadaan berada di perkotaan.
Bukan menjadi sosok pohon yang paling mendominasi keadaan kering di kota namun
gagasannya dalam menampilkan subjek utama adalah merupakan bentuk keharmonisan
yang unik.
Teknik
yang digunakan dalam lukisan ini adalah teknik aquarel, merupakan teknik yang
tepat untuk lukisan pada media kertas aquarel. Cat air yang digunakanpun sesuai
dengan penggambaran nuansa yang diharapkan. Teknik pelukisan wet on wet
menjadikan pembentukan warna nuansa membaur dengan warna kertas. Sehingga
gradasi hilang yang tercipta dalam lukisan ini berhasil menjadi background yang
indah.
Media
kertas memang merupakan media yang tepat ketika menggunakan cat jenis cat air.
Apalagi kertas yang digunakan memiliki tekstur yang kuat sehingga menunjang
pada teknik. Tekstur kertas ini memberikan peleburan warna menjadi sempurna,
air yang digunakan Savic ini mampu teresap sempurna pada kertas walaupun ada
beberapa detail bagian yang kurang diperhatikan.
Kesimpulan atau solusi untuk
perbaikan karya atau peningkatan apresiasi
Penyatuan
bentuk menjadi hal yang patut diperhatikan sebab menjadi hal utama dalam
lukisan ini. Meskipun Savic menggunakan ekspresi yang kuat namun perspektif
perlu diperhatiakn terutama pada pendekatan antara tiang listriik dan pohon.
Pemberian sedikit detail pada bagian tertentu akan menambah keindahan lukisan
ini. Seperti pada tiang listrik yang kurang diperhatikan karena teralalu
memperhatikan tonjolan bentuk pohon. Sedangkan pohonnya sendiri boleh juga jika
ditambahkan sedikit daun-daun yang sama agar karakter pohon lebih kuat. Namun
demikian lukisan ini sudah cukup baik dilihat dari segi ekspresi, hanya perlu
pengembangan teknik saja jika ingin membuat karya berikutnya. Akan lebih baik
lagi jika lukisan ini di kemas dalam figura yang simpel dan elegan.
Menyatakan
sebuah pohon tidak perlu menunjukkan keseluruhan bentuk pohon tersebut, bentuk
visualisasi hanya menjadi subjek dari inti lukisan. Makna yang terkandung dalam
lukisan ini lebih ditekankan daripada perwujudan. Sedangkan perwujudan estetis
yang ekspresif disini lebih ditekankan daripada bentuk utuh. Lukisan ini
memperlihatkan ekspresi yang tinggi dalam pembentukannya. Keestetisan menjadi
tampilan unggulan yang paling menonjol dan itulah yang merupakan sisi indah
dari sebuah keharmonisan.
Keharmonisan
bukan merupakan suatu yang terdiri atas segala hal yang sama, namun terdiri
atas hal yang berbeda jauh. Sisi indah dari keharmonisan adalah kesamaan hal
kecil yang tak terduga dan berjalan begitu saja. Seperti segala sesuatu yang
alami, ada kesenjangan yang dapat terlihat dengan jelas dan gamblang namun ada
jembatan lembut yang menyatukan keindahan dari sebuah jalinan. Perbedaan kecil
dapat menjadi penghias yang mengkukuhkan sebuah hubungan, terkadang sesuatu
yang menjadi pembeda itu adalah justru menjadi penyatu.
Contoh 4:
1. Deskripsi Karya
Lukisan
karya pelukis Mulyo Gunarso ini berjudul “Impian Sarang”. Karya ini digarap
pada tahun 2012 dengan ukuran 130x150 cm menggunakan cat akrilik pada kanvas.
Lukisan yang berjudul “Impian Sarang” tersebut menampilkan subject matter
sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang indah di dalamnya. Alam yang
digambarkan berupa gunung dan persawahan yang keadaannya masih alami dan indah.
Subjek pendukung pada lukisan berupa pohon kering tau mati yang terlihat
seperti habis dibakar dan awan pada background yang digarap secara transparan.
Unsur warna yang terdapat pada subject matter adalah : warna coklat pada
sarang, warna hijau pada pepohonan, kuning pada sawah dan biru keabu-abuan
untuk warna gunung. Sedangkan untuk background, terdapat warna putih dan
abu-abu yang terlihat transparan.
Dari segi teknik pembuatan karya, lukisan
“Impian Sarang” digarap dengan teknik dry brush yaitu teknik sapuan kering.
Bentuk atau form dari karya Gunarso ialah realistik dengan gaya surealisme.
Proses penciptaannya terlihat penuh persiapan dan cukup matang tercermin dari
hasil karyanya yang rapi, rumit, dan tertata. Gunarso sepertinya asyik bermain-main
dengan komposisi. Ia mencoba menyampaikan kegelisahanya dalam bentuk karya dua
dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan melalui torehan kuas di kanvas
dengan pilihan warna- warna yang menjadi karakter dalam karya lukisnya.
2. Analisis Formal
Representasi
visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi,
sesuai dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek. Penggunaan
gelap terang warna juga telah bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata.
Penggarapan background yang transparan dengan warna abu-abu kontras dengan
warna sarang yang entah disadarinya atau tidak. Sehingga jika dilihat dari
kejauhan, background itu sendiri malahan lebih menarik perhatian audien dari
pada subjek utamanya.
Dalam
berkarya Gunarso mampu mengemas karyanya hingga memiliki karakter tersendiri
yang mencerminkan bagian dari kegelisahan, latar belakang serta konflik yang
disampaikan kepada audien, bagaimana dia mampu menarik dan memancing audien
untuk berinteraksi secara langsung dan mencoba mengajak berfikir tentang apa
yang dirasakan olehnya tentang issu yang terjadi di dalam negerinya,
kegelisahan tentang kerusakan yang semakin parah.
3. Interpretasi
Dalam
setiap karya seni sudah pasti terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan
oleh seniman kepada audien atau masyarakatumum. Agar dapat mengetahui makna dan
pesan dalam karya seni yang ingin disampaikan, kita membutuhkan intepretasi/
penafsiran untuk memaknainya yang didahului dengan mendeskripsikan. Dalam
mendeskripsikan suatu karya seni, setiap orang mungkin saja sama karena
mendeskripsikan adalah berkaitan dengan apa yang dilihatnya, tetapi dalam
menafsirkan akan berbeda karena adanya perbedaan sudut pandang atau paradigma
dari setiap orang.
Dalam lukisan yang berjudul “Impian Sarang”
ini, sang seniman mencoba menampilkan keadaan negeri yang telah banyak
kerusakan. Kerusakan tersebut digambarkan pada background yaitu pohon-pohon
yang kering tak berdaun dan mati yang seperti terlihat habis dibakar. Selain
itu, seniman juga menampilkan gambar asap atau awan yang menggambarkan polusi
udara yang dihasilkan dari pabrik, gas buang kendaraan bermotor, dan juga
pembakaran hutan yang sering terjadi di negeri kita. Sebenarnya kerusakan yang
sudah terjadi di negeri kita bukan hanya pembakaran hutan yang mengakibatkan
polusi udara yang parah, tetapi masih banyak lagi seperti banjir, tanah lonsor,
kekeringan dan lain sebagainya. Pada lukisan ini seniman memilih pembakaran
hutan sebai gambaran kerusakakan negeri kita karena setiap tahun hal itu terjadi dan terus
berulang-ulang.
Kemudian
pada lukisan ini juga terdapat sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang
indah di dalamnya. Sarang burung ini diibaratkan oleh seniman sebagai bumi atau
negeri kita, yaitu sebagai tempat tinggal, tempat berlindung dan tempat
beraktivitas sehari-hari. Sedangkan alam yang indah merupakan impian dari
keadaan negeri kita yaitu tanah yang subur, udara yang segar tanpa polusi, air
yang jernih dan keadaan yang damai. Keadaan seperti itulah yang sebenarnya diimpikan
oleh seniman pada negeri kita.
Perkembangan
zaman yang begitu pesat mengakibatkan manusia menjadi serakah, egois,
individualis dan acuh tak acuh terhadap sesama juga terhadap alam. Hal inilah
yang mengakibatkan kerusakan di negeri kita. Gunarso lewat karya lukisannya ini
seolah ingin memberi penyadaran kepada kita, untuk memulai menyelamatkan dan
melestarikan alam negeri kita.
5. Penilaian
Penialaian
keindahan suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi juga
menyangkut isi dan makna. Pada lukisan “Impian Sarang” ini merupakan karya yang
berkualitas, karena selain unsur visualnya digarap dengan serius, lukisan ini
juga sarat akan pesan moral. Lukisan ini tidak memesis mutlak tanpa makna,
karena dalam lukisan ini terdapat emosional dan personality Gunarso untuk
menyampaikan gagasan.
Contoh 5:
Identitas
Karya
Judul karya : The Scream (Jeritan)
Nama Seniman : Edvard Munch
Bahan : kadmium kuning,
merah terang, biru laut dan pensil di atas Karton
Ukuran : 91 cm x 73,5 cm
Tahun Pembuatan
: 1893
1.
Deskripsi Karya
Karya lukis oleh Edvard
Munch yang berjudul The scream adalah sebuah lukisan ekspresionsis yang telah
banyak menjadi inspirasi oleh seniman lain yang berbeda aliran. Lukisan ini
dianggap oleh banyak orang sebagai karyanya yang paling penting. Lukisan
ini melambangkan manusia modern yang
tercekam oleh serangan angst (kecemasan eksistensial, dengan cakrawala yang
diilhami oleh senja yang merah, yang dilihat setelah letusan Gunung Krakatau
pada 1883. Background di dilukisan
adalah Oslofjord, yang dilihat dari bukit Ekeberg. Kadang-kadang lukisan ini
disebut juga The Cry ("Tangisan"). Medium lukisan the scream adalah
kadmium kuning, merah terang dan biru laut yang dikerjakan diatas karton yang
memiliki ukuran 91 x 73,5 cm. Pengerjaan lukisan ini dinilai cukup bagus karena
Edvard berhasil menggabungkan berbagai warna yang membuat keserasian didalam
lukisan ini menjadi hal yang menambah daya tarik dari karya lukisan ini serta
dengan adanya sesosok manusia yang digambar dengan gaya yang unik membuat
lukisan ini mempunyai ciri khas tersendiri.
2.
Analisis karya
Lukisan ini memiliki
banyak teori tentang maknanya salah satunya adalah keadaan Edvard ketika dia
melihat langit yang berubah menjadi merah darah saat dia berjalan jalan diluar.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebetulnya lukisan ini adalah penggambaran
perasaan Edard saat dia dirundung rasa cemas dan rasa panic yang menimpanya
saat dia mendengar “Jeritan alam” dimana dia berusaha untuk menutup telinganya
dengan kedua tengannya untuk tidak mendengar “Jeritan Alam” sehingga seolah –
olah dia mengalami serangan panic. Posisi di mana ia melukiskan dirinya sendiri
adalah reaksi refleks yang khas dari siapapun yang berjuang untuk menghindari
suara yang menekan, entah suara yang sungguhan atau yang dibayang-bayangkan.
3.
Kritikan Pada Karya Seni
Penilaian sebuah karya
seni bukan berbicara mengenai baik atau buruk, salah atau benar melainkan mengenai
pemaknaan tersebut meyakinkan atau tidak. Karya seni dapat dinilai dengan
berbagai kriteria dan aspek, Barret, menyederhanakan penilaian karya seni ke
dalam 4 kategori yaitu realisme, ekspresionisme, formalism, dan
instrumentalisme. Lukisan ini memiliki ciri khas yang kemudian menambah nilai
jual lukisan ini. Secara keseluruhan lukisan ini dapat dibilang sebagai lukisan
yang luar biasa tetapi banyak juga yang bilang bahwa lukisan ini mengerikan
karena penggambaran sosok manusia yang dapat dibilang “aneh” membuat banyak
orang tidak menyukai lukisan ini. Meski begitu lukisan ini memiliki banyak
penggemar dan menjadi salah satu lukisan yang paling unik didunia.
Contoh 6:
LUKISAN
BERKAH KARYA BUDIANA
Judul Karya : “Berkah”
Nama Seniman :
Budiana
Bahan : Oil on Kanvas
Ukuran : 110 cm x 140 cm
Tahun Pembuatan : 2014
1. Deskripsi
Karya lukis oleh Budiana yang
berjudul “Berkah” masih memvisualisasikan bentuk dari lukisan tradisi dengan
ciri khasnya tersendiri, yaitu figur manusia yang memiliki tubuh yang subur.
Material subjeknya merupakan gambar tentang sepasang suami istri dengan tubuh
yang subur tanpa alas kaki sedang berusaha memboyong keempat orang anaknya yang
telihat subur pula dengan menggunakan sepeda ontel. Secara umum suasananya
tampak sesak memenuhi badan sepeda yang terasa sempit dan menjadi kecil karena tidak sebanding dengan postur tubuh
anak-anak yang terlihat besar dan subur tersebut. Namun suasana dalam lukisan
tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Suasana pertama, telihat
ekspresi figur suami berusaha untuk menahan beban keempat anaknya agar tetap
seimbang dan menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa semua anak-anaknya
telah mendapatkan dan pada posisi aman (meskipun berdesakan). Suasana kedua,
dilihat dari posisi figur anak yang duduk pada kemudi sepeda dan yang duduk
pada tempat duduk pengemudi dengan ekspresi wajah yang penuh kekhawatiran
berusaha untuk memegang tangan ayahnya agar tidak terlepas dan terjatuh.
Suasana ketiga, figur istri/ibu yang sedang menempatkan anaknya pada bagian
belakang (tempat duduk penumpang) sepeda yang telah ditempati oleh anaknya yang
lainnya. Serta suasana keempat, figur anak yang terlihat terjepit diantara
kedua saudaranya yang menghimpitnya dari depan dan belakangnya, namun terlihat
tidak mampu berbuat apa-apa.
Dalam lukisan Budiana ini, unsur
tradisinya sangat kental, dilihat dari pemberian aksesoris busana pada figur
suami istri serta anak-anaknya tersebut yang menggunakan busana khas Jawa,
yaitu penggunaan baju batik, kemben batik, serta blankong penutup kepala yang
dikenakan oleh suami dan keempat orang anak tersebut. Busana ini menyiratkan
bahwa figur-figur yang ditampilkan oleh Budiana tersebut merupakan figur orang
pedesaan (ndeso). Lukisan ini didominasi dengan warna kulit (coklat), kream
(yellow oker), hijau serta warna hitam menjadi garis tepi pada setiap objek
gambar.
2. Analisis Formal
Refresentasi visual
tampilan dengan bentuk figuratif, tertata, dan rapi, sesuai dengan konsep
tradisi, meskipun tidak mengusung konsep dekoratif, namun objek materinya
memiliki bentuk menyerupai lukisan gaya kamasan. Penggunaan gelap terang warna
tidak terlalu mencolok dalam lukisan ini, tetapi Budiana memainkan garis untuk
membentuk visual dua dimensinya. Keberadaan garis dalam lukisan ini, pada
dasarnya berfungsi sebagai penegas bentuk, sehingga bentuknya dapat dikenali
dengan baik. Garis-garis yang ada terlihat cukup luwes, lemah gemulai mengikuti
bentuk yang berirama. Garis-garis tersebut mendeskripsikan batas-batas
atau kontras dari nada gelap terang,
warna atau tekstur yang terjadi sepanjang batas-batas bentuk tersebut. Bangun
(space) pada lukisan ini terjadi karena dibatasi oleh warna dan juga dibatasi
oleh garis. Hal ini dapat diidentifikasi pada figur-figurnya, selain
menggunakan warna-warna, seperti: coklat, kream (yellow oker), hijau, putih serta
warna hitam yang hadir dalam lukisan ini yang menunjukkan suatu tanda pada
bentuk yang membedakan ciri bentuk atau benda satu dengan yang lainnya. Tetapi
lukisan ini juga dipertegas dengan adanya garis yang membentuk wujud dan batas
dari bentuk dan anatomi tubuhnya. Warna background pada lukisan ini terlihat
kontras dengan figur sebagai objek materinya, Namun, hal ini justru bernilai
fositif, karena warnanya mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada objek
materinya, karena warna backgroun-nya cenderung lebih lembut. Keseluruhan
komposisi karya Budiana ini terlihat mampu menghibur penonton untuk berfikir
tentang permasalahan di masyarakat saat ini.
3. Interpretasi
Setiap karya seni pasti
mengandung makna, membawa pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat
penontonnya, sehingga dibutuhkan interpretasi atau penafsiran untuk memaknainya
yang sebelumnya didahului dengan mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu
karya seni, pendapat setiap orang dalam membaca karya seni bisa saja sama,
namun dalam menafsirkan pasti akan berbeda karena akan melibatkan perbedaan
paradigma atau sudut pandang.
Dapat diidentifikasi, bahwa
Budiana dalam berkarya selalu mengambil isu-isu yang tidak jauh dari lingkungan
sosialnya. Hubungannya terhadap kegelisahan sosial, yang menjadi isu sosial
bangsa ini selalu saja mampu menggugah perasaan dan kreatifitasnya untuk
mewujudkan kegelisahan-kegelisahannya tersebut menjadi sebuah bentuk karya
seni. Dengan menampilkan visualisasi figuratif dalam lukisan, ini menandakan
bahwa Budiana sedang berusaha untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
Menyampaikan ide gagasan dengan materi dan bentuk yang sederhana merupakan
strategi yang tepat mengingat apa yang ingin disampaikan Budiana bukanlah
semata-mata hanya sekedar pemenuhan kepuasan estetisnya, namun lebih kepada
pesan sosial kepada masyarakat. Dalam hal ini jelas bahwa, Budiana berusaha
untuk mengungkapkan rasa kritisnya terhadap masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat yang masih awam (ndeso). Begitu banyak mitos yang tersebar dan hidup
ditengah masyarakat, meskipun pengaruh modernitas dan teknologi telah
berkembang di tengah-tengah masyarakat, namun tak sedikit yang masih
mempercayai dan melakoninya hingga saat ini. Salah satu mitos kepercayaan itu
diungkap Budiana dalam karya ini, yaitu “Banyak anak, banyak rezeki”.
Mitos/kepercayaan ini telah ada sejak zaman dahulu, entah siapa yang pertama
kali yang mengungkapkannya. Entah benar atau tidak, namun mitos ini seakan
telah mendarah daging dalam kehidupan berkeluarga, menganggap semakin banyak
anak, maka akan semakin banyak rezeki yang akan didapatkan.
Hal inilah yang mungkin bisa saja
menjadi dasar penciptaan karya “Berkah” Budiana. Dengan berbekal pengalaman
sosial dan estetis, ia mencoba menvisualisasikan mitos tersebut dari sudut
pandang yang berbeda dengan pengungkapan bentuk figur sebuah keluarga. Dimana
Budiana tidak tanggung-tanggung mewujudkan figur-figur dalam keluarga tersebut
dengan tubuh-tubuh yang subur (gemuk). Meskipun keluarga tersebut terlihat
sederhana namun jelas mereka hidup berkecukupan terutama dengan masalah isi
perut mereka seperti tidak kekurangan, bahkan cenderung lebih. Inilah figur
atas mitos “Banyak anak, banyak rezeki” yang ada dibenak Budiana. Namun terlepas
dari itu semua, tentu realitas yang ada tidak sebanding dengan apa yang
ditampilkan oleh Budiana dalam karyanya ini. Budiana seolah inin memberi
penyadaran kepada masyarakat, untuk berpikir dan bertidak sesuai dengan
kenyataan, bukan hanya sekedar mendengar omongan yang belum tentu benar dan
bermanfaat bagi kita.
4. Penilaian
Penilaian sebuah karya seni bukan
berbicara mengenai baik atau buruk, salah atau benar, melainkan mengenai
pemaknaan yang ditampilkan tersebut meyakinkan atau tidak. Penilaian keindahan
suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi menyangkut isi
dan makna. Karya seni tidak terlahir begitu saja, selalu berkaitan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan sebagai sumber inspirasi potensial,
berupa pengalaman estetik. Hasil karya representasi dari emosi-emosi yang
berkembang dalam masyarakat seperti karya Budiana, yang ingin merepresentasikan
kemelut yang terjadi di tengah-tegah masyarakat Indonesia, termasuk merupakan
keresahannya mengenai hal tersebut.
Banyak memiliki anak, tidak ada
jaminan akan memberikan hidup yang lebih baik, bahkan bisa membuat pusing.
Pepatah “Banyak anak, banyak rezeki” memang benar adanya. Tapi banyak orang
yang salah mengartikan. Banyak orang yang terjebak dengan pepatah ini. Dengan
harapan akan bertambah rejekinya, banyak pasangan suami istri yang tidak peduli
dengan jumlah anggota keluarga yang akan dimiliki dan berpikir bahwa setiap
anak merupakan karunia Tuhan yang dititipkan kepada mereka. Sehingga banyak
diantara mereka yang cenderung masa bodoh tanpa memikirkan masa depan
anak-anaknya, yang tentunya dengan banyaknya anak yang dimiliki akan semakin
banyak tanggungan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh mereka untuk memberi
makan dan biaya sekolah mereka. Tentunya, hal ini akan menjadi sulit dengan
keadaan perekonomian yang pas-pasan, sehingga menyebabkan kehidupannya semakin
terpuruk dengan beban yang dipikulnya. Adanya mitos seperti ini menjadi
penghambat terbesar bagi program KB yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin membludak. Dengan
membludaknya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan semakin sempitnya lapangan
pekerjaan, sehingga kemiskinan pun akan semakin meningkat, anak-anak mereka pun
akan rentan terkena penyakit, terutama terhadap gizi buruk akibat dari
kurangnya asupan nutrisi.
Karya yang diciptakan Budiana
ini, seolah menyindir sekelompok masyarakat tertentu yang masih setia dengan
kepercayaan “Banyak anak, banyak rezeki”. Budiana ingin menunjukkan bahwa apa
yang mereka bayangkan tidak seindah kenyataan yang ada. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam membangun rumah tangga. Memang betul bahwa, setiap anak
yang dititipkan kepada kita akan membawa berkahnya masing-masing. Namun sebagai
manusia yang cerdas haruslah kritis dan intropeksi diri apakah keluarga yang
dibina memiliki dasar yang kuat terutama dalam hal perekonomian, agar tidak
menyesal dikemudian hari.
Izin ngikutin. Makasih
ReplyDeleteok
DeleteOK
ReplyDeleteGud bg๐
ReplyDeleteSANGAT BERMANFAAT, TERIMAKASIH
ReplyDeletebantu kritik dong gambaranku,besok dikump
ReplyDeleteMls
ReplyDeleteMakasih
ReplyDeletecumak itu doan kah
ReplyDeleteitu kritikannya buat sendiri atau dapat dari orang bang
ReplyDeleteTerimakasih atas ulasannya. Sangat membantu.
ReplyDeleteIjin copy
ReplyDeleteIjin copy yaa, nanti sumbernya di taruh๐๐
ReplyDeleteka maaf boleh tau nama panjangnya ga???
ReplyDeleteaku izin copy ya kak dan tetap aku cantumin sumbernya
ReplyDeleteBantu kritik dong lukisan "wanita diatas bukit" karya s sudjojono besok dikumpulkan
ReplyDeletemantappppp
ReplyDeleteTerima kasih, sangat membantu
ReplyDeleteEvaluasi sama g si sama penilaian?
ReplyDeleteIzin copy ya kak, tetap aku kasih sumber yang buatnya tanpa diubah. Terimakasih ����
ReplyDelete