OPTIMIS, IHTIAR DAN TAWAKAL
Pengertian
1. Optimis
Optimis
merupakan sifat orang yang selalu berpandangan postif dalam menghadapi suatu
hal atau persoalan.
Manfaat
Optimis:
Ø Tidak
mudah menyerah dan Putus asa dalam menghadapi persoalan
Ø Memiliki
Semangat yang tinggi dan Sukses dalam mencapai cita - cita
Ø Sukses
dalam mencapai cita cita
2. Ikhtiar
Ikhtiar
adalah berusaha bersungguh sungguh untuk meraih harapan , keinginan atau cita -
cita.
Manfaat
Ikhtiar:
Ø Terhindar
dari sifat malas dan putus asa
Ø Mensyukuri
nikmat Allah
Ø Bersunguh
sungguh dalam usaha dengan di iringi dengan doa.
3. Tawakal
Tawakal adalah berserah
diri kepada Allah atas hasil usaha kita sertelah berusaha.
Manfaat Tawakal :
Ø Percaya
diri dan Optimis dalam meraih cita cita
Ø Mensyukuri
Nikmat Allah
Ø Berhati
dan Mawas diri dalam melakulan kegiatan
Tawakal
atau berserah diri kepada allah swt pun harus disertai dengan usaha atau
ikhtiar. kerja keras, usaha dan doa adalah komponen-komponen penting dalam
mendapatkan kesuksesan. Oleh karena itu sebagai seorang muslim kita harus
memiliki sifat optimis dan berani dalam hal apapun, karena kita harus percaya
bahwa Allah swt selalu menyiapkan rencana terbaik bagi umatnya. Dan itulah
pengertian tawakal dan contohnya, tawakal adalah berserah diri kepada allah.
namun sebelum bertawakal kita harus berusaha dulu.seperti yang telah disebutkan
oleh hadist di atas. Contoh lainnya adalah misal saat akan menghadapi ujian
sekolah, sebelum bertawakal kepada allah maka kita harus bekerja keras atau
berusaha dulu untuk menghafal agar mendapat nilai ujian yang bagus.Apabila kita
sudah menghafal, maka hasilnya kita serahkan kepada allah swt.
DALIL
1. Optimis
Sifat optimis
adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi segala hal
atau persoalan. Kebalikan dari optimis adalah pesimis. Orang yang memiliki
sifat pesimis selalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan. Sebagai
seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis. Sifat itu memicu
seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan memberi
kekuatan dalam menghadapi suatu masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi
penyebab seseorang menjadi terpuruk tidak bersemangat.
Sifat optimis termasuk
perilaku terpuji (akhlak karimah) yang harus dimiliki seorang muslim. Seorang
muslim yang memiliki sifat optimis akan selalu berpikiran positif dan
berprasangka baik kepada Allah Swt. Nabi Muhammad saw. memberikan teladan
kepada kita agar senantiasa memiliki sikap optimis. Perhatikan hadis berikut
ini:
Artinya:
“Dari
Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada rasa
tiyarah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa
optimis. Maka ditanyakanlah kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan rasa
optimis?, Beliau bersabda: Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah
seorang dari kalian.” (H.R.Ahmad)
Seseorang yang
bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan. Jika tidak
berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi untuk
kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali,
sampai berhasil. Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan
tidak mau berusaha lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus
dihindari oleh setiap muslim. Sifat pesimis akan membuat seseorang berprasangka
buruk kepada diri sendiri dan kepada Allah Swt.
Firman Allah:
Artinya:
”Janganlah
kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman”. (Ali Imran :139)
Setiap cobaan
hidup yang dialami oleh seorang muslim harus dihadapi dengan tabah, semangat
pantang menyerah, serta bersungguh-sungguh berusaha mencari solusi terbaik.
Pantang bagi seorang muslim untuk mengeluh apalagi berputus asa. Hidup ini akan
terasa menyenangkan dan terasa indah jika kita mampu menjalaninya dengan penuh
optimis.
Firman Allah
dalam ayat lainnya:
Artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan); ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”. (Q.S.Fushshilat : 30)
Salah satu ciri
orang yang optimis adalah ia memiliki harapan yang baik pada saat sebelum
melakukan suatu pekerjaan. Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan
senang. Orang yang optimis akan mensyukuri keberhasilannya dan mengevaluasi
kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.
Ciri lain dari
orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesempatan,
peluang, dan kemungkinan. Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala sesuatu
sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan. Dalam situasi yang sulit orang yang
optimis akan selalu bilang, “Meskipun sulit, namun masih ada kesempatan untuk
berhasil.” Sebaliknya, dalam situasi yang mudah orang yang pesimis masih
mengatakan, “Sebenarnya itu hal yang mudah bagiku, namun aku khawatir kalau
nantinya akan gagal.” Orang yang optimis biasanya ditandai dengan wajah yang
berseri-seri dan mudah untuk tersenyum. Sebaliknya orang yang pesimis biasanya
sering cemberut dan terlihat murung.
2.
Ikhtiar
Ikhtiar adalah
berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau
cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha
atau berupaya untuk meraihnya. Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut:
Ø
Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan
rajin belajar.
Ø
Orang yang ingin hidup berkecukupan harus
berusaha dengan rajin bekerja.
Ø
Orang yang ingin memiliki tabungan harus
berusaha hidup hemat atau mengurangi pengeluaran.
Ø
Orang yang ingin sehat harus berusaha dengan
rajin menjaga kebersihan dan berolah raga.
Ø
Orang yang sedang sakit dan ingin sembuh harus
berobat.
Usaha-usaha
tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia. Dengan
demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam diri
tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa,
memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.
Allah Swt.
mengajarkan mengenai pentingnya ikhtiar, sabagaimana firman-Nya berikut ini:
Artinya:
“Dan
bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya kepada
Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”. (Q.S. an-Najm/53:39-42)
Dalam islam
ikhtiar merupakan salah satu kewajiban, sebagai seroang muslim diwajibkan untuk
melakukan usaha sepanjang kita masih hidup, dan tidak disarankan untuk menunggu
dan mengharapkan rezeki ataupun apa yang kita inginkan itu mendadak turun dari
langit.
Firman
Allah :
Artinya:
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S.Yusuf Ayat 87)
Dalam ayat ini
yang di ambil dari kisah nabi yusuf, ketika bapak nabi Yusuf memerintahkan
anak-anaknya untuk mencari Nabi Yusuf yang saat itu hilang.
Dari kisah
tersebut jelas bahwa manusia diwajibkan berusaha dan dilarang untuk berputus
asa dalam usahanya.
Dalam ayat lain
Allah berfirman:
Artinya:
Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (Q.S Ar-Ra'd:11)
Ayat diatas
menjelaskan bahwa manusia sebagai hamba Allah diperintahkan untuk berusaha,
bukan untuk berleha-leha. Sebab, rahmat Allah turun kepada kita melalui sebab
atau usaha yang kita lakukan. Artinya, kita jangan pernah berputus asa dalam
mencari rahmat dan ridha Allah swt.
Setelah
berikhtiar dengan segala kemampuan kita, seharusnya kita menyerahkan segala
usaha kita kepada Allah swt. atau yang dinamakan dengan tawakal.
3.
Tawakal
Tawakal artinya
berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha dengan
sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan kamu sudah
belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan
teliti. Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu
kepada Allah Swt. Contoh lain misalnya seseorang telah bekerja mencari nafkah
dengan sungguh-sungguh. Berapa pun hasilnya ia pasrahkan sepenuhnya kepada
Allah Swt. Ia meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, Maha
Pemurah, dan Maha Kaya.
Kepribadian
tawakal ini merupakan salah satu akhlak terpuji. Seseoran yang memiliki sikap
tawakal berarti telah memiliki modal awal yang baik. Seandainya hasil usahanya
tidak memuaskan maka ia dapat menerima dengan lapang dada dan penuh kesabaran.
Sebaliknya , jika hasil usahanya sangat memuaskan maka ia tidak merasa sombong
dan angkuh karena hal itu semata-mata karunia dari Allah Swt. Ingatlah bahwa
manusia hanya berkewajiban untuk berusaha, sedangkan keputusan sepenuhnya di
tangan Allah Swt. yang memiliki sifat wajib Maha Berkehendak (Irādah) dan Maha
Kuasa (Qudrah).
Allah SWT
berfirman:
Artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman ! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika
suatu kaum` bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan
tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada
Allah-lah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal. (Q.S. al-Maidah/5:11)
Seseorang yang
menyertakan tawakal dalam setiap tindakan dan usahanya akan berdampak positif
terhadap kepribadiannya. Dampak positif ini terlihat tidak hanya ketika
usahanya berhasil. Namun juga terlihat ketika usahanya tidak berhasil. Orang
yang tawakal tetap menanggapinya dengan positif.
Dalam ayat
lainnya Allah berfirman:
Artinya:
Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S.
At-Thalaq:3)
Kalau usahanya
sukses, orang yang tawakal meyakini bahwa kesuksesan itu merupakan karunia
Allah Swt. yang harus disyukuri dan tidak perlu menjadi tinggi hati. Kalau
usaha tidak sukses, orang yang tawakal tidak berputus asa dan tetap berusaha.
Bahkan dia melakukan introspeksi diri mengapa usahanya tersebut belum berhasil.
Apakah ada sesuatu yang kurang atau ada yang ia kerjakan dengan tidak
sungguh-sungguh. Orang yang tawakal tetap meyakini bahwa kegagalan merupakan
keberhasilan yang tertunda.
Artinya:
Sesungguhnya
syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya. (Q.S. An-Nahl:99)
Membiasakan diri
dengan perilaku ikhtiar dan tawakal akan membuat orang semakin pandai dan
terampil, karena setiap usaha pasti ada ilmunya dan ada cara meraih
keberhasilan.
No comments:
Post a Comment