BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Islam
adalah agama yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi
pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Islam
(Arab: al-islām, الإسلام, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama
yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Periode
modern dalam sejarah perkebangan Islam bermula dari tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Pada awal periode ini, kondisi dunia islam secara
politis berada di bawah penetrasi/ kekuasaan kolonialisme. Baru pada
pertengahan abad ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negerinya dari
penjajahan Barat. Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam,
setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai
bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam.
Gerakan
modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang berusaha
sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha
kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari
kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah
banyak diantara mereka yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan
peradaban bangsa Barat.
Bani
Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau
Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur
Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya
(beribukota di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol
sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin
Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Dinasti
Umayyah adalah salah satu dinasti paling kuat yang pernah terjadi dalam sejarah
umat Islam. Pada masa bani Umayyah umat muslim telah mencapai masa-masa
keemasan yang sangat membanggakan.
Pada
kesempatan kali ini kami akan coba menampilkan makalah sederhana tentang
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Ummayah.
I.2. Alasan penulisan
Adapun
alasan dari penulisan makalah sederhana ini adalah untuk :
1. Memenuhi
tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, kelas
2. Menambah
ilmu dan wawasan serta pengetahuan tentang sejarah Islam.
I.3. Ruang lingkup bahasan
1. Sejarah
Bani Ummayah
2. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan pada masa Bani Ummayah
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Sejarah Bani Ummayah
Dinasti
Umayyah adalah salah satu dinasti paling kuat yang pernah terjadi dalam sejarah
umat Islam. Pada masa bani Umayyah umat muslim telah mencapai masa-masa
keemasan yang sangat membanggakan.
Dengan
berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani
Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya pola kepemimpinan masih
mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah.
Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung
melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya.
Bani
Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah
masa Khulafa’ ar-Rasyidin yang memerintah dari tahun 661 sampai 750 Hijriyah di
Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756 sampai 1031 Hijriyah di Kordoba
(Spanyol). Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin ‘Abdu
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Masa
Kekhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan –radhiyallaahu ‘anhu-, dimana pemerintahan
yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun
temurun), yaitu setelah Hasan bin ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhuma- menyerahkan
jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan –radhiyallaahu ‘anhu-,
dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah
akibat terbunuhnya ‘Utsman bin Affan –radhiyallaahu ‘anhu-, perang Jamal dan
pengkhianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.
Suksesi
kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah bin Abu Sufyan
Radhiallahu ‘anhu mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya, Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan –radhiyallaahu ‘anhu- bermaksud
mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan
istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu
untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam
pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Hal
ini berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti
yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun
bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal
(penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun temurun. Untuk mempertahankan
kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi
yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah dalam pemilihan
khilafah.
Umayyah
berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait
pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak
hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya.
Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin,
yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.
Para
Khalifah yang cukup berpengaruh dari Bani Umayyah ini adalah:[2]
·
Muawiyah bin Abi Sufyan [Muawiyah I],
(661-680 M),
·
Yazid bin Muawiyah [Yazid I], (680-683
M),
·
Muawiyah bin Yazid [Muawiyah II],
(683-684 M),
·
Marwan Ibnul Hakam [Marwan I], (684-685
M),
·
‘Abdullah bin Zubair Ibnul ‘Awwam.
·
‘Abdul Malik bin Marwan (685-705 M),
·
Al-Walid bin ‘Abdul Malik [al-Walid I],
(705-715 M),
·
Sulaiman bin ‘Abdul Malik, (715-717 M),
·
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz [‘Umar II],
(717-720M),
·
Yazid bin ‘Abdul Malik [Yazid II],
(720-724 M),
·
Hisyam bin ‘Abdul Malik (724-743 M).
·
Walid bin Yazid [al-Walid III], (743-744
M).
·
Yazid bin Walid [Yazid III], (744 M).
·
Ibrahim bin Walid, (744 M).
·
Marwan bin Muhammad [Marwan II
al-Himar]. Rahimahumullahu ajma’in.
·
Perluasan Wilayah Pada Masa Ini
Ekspansi
yang terhenti pada masa khalifah ‘Utsman bin Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib
–radhiyallaahu ‘anhum- dilanjutkan kembali oleh daulah ini. Di zaman Muawiyah
bin Abu Sufyan –radhiyallaahu ‘anhu-, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah
timur, Muawiyah –radhiyallaahu ‘anhu- dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan .
Dia berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan
daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi
ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman al-Walid bin ‘Abdul Malik .
Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban.
Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara
menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah
al-Jazair dan Maroko dapat ditundukkan, Thariq bin Ziyad –rahimahullah-,
pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan
antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang
sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat
dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu
kota Spanyol, Kordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Setelah itu kota-kota
lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang
baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah
karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat
kekejaman penguasa.
Di
zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, yang mana disebut sebagai khalifah yang ke
lima[3] serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini
dipimpin oleh Aburrahman bin ‘Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang
Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya
mundur kembali ke Spanyol. Disamping itu, pulau-pulau yang terdapat di Laut
Tengah (Mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan
keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, maka kekuasaan Islam semakin luas
yang meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Bani
Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah
–radhiyallaahu ‘anhu- mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan
menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga
berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. ‘Abdul Malik
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang
dikuasai Islam. Dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai
kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah ‘Abdul Malik –rahimahullaahu ta’ala- juga
berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Keberhasilan Khalifah ‘Abdul Malik –rahimahullaahu ta’ala- diikuti oleh putera
al-Walid bin ‘Abdul Malik –rahimahullaahu ta’ala- (705-715 M) seorang yang
berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun
panti-panti untuk orang cacat. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan
dan masjid-masjid yang megah.
II.2. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan pada masa Bani Ummayah
Pada
masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya
pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan
secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial.
Sistem
pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu
yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik
dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir).
Bidang
pendidikan. Pemerintah memberikan dorongan kuat dalam memajukan pendidikan
dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal tersebut dilakukan agar para
ilmuan, ulama’ dan seniman mau melakukan pengembangan dalam ilmu yang
didalaminya serta dapat melakukan kadernisasi terhadap generasi setelahnya.
Pada
masa ini telah dilakukan penyempurnaan penulisan al-Quran dengan memberikan
baris dan titik pada huruf-hurufnya. Hal tersebut dilakuakn pada masa
pemerintahan Abd Malik Ibn Marwan yang menjadi khalifah antara tahun 685-705M.
Pada masa Dinasti ini juga telah dilakukan pembukuan hadist tepatnya pada waktu
pemerintahan khalifah Umar Ibn Abd Al-Aziz (99-10 H), mulai saat itu ilmu
hadist berkembang dengan sangat pesat. Khalifah-khalifah dinasti Umayyah juga
menaruh perhatian pada perkembangan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu agama yang
mencakup al-Qur’an, hadist,fikih,sejarah dan geografi. Ilmu sejarah dan geografi,
yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan
riwayat.Ubaid Ibn Syariyah Al Jurhumi telah berhasil menulis berbagai peristiwa
sejarah.Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari
bahasa seperti nahwu, sharaf, dan lain-lain. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu
yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia,
astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran. Khalifah Al-Walid mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para
penderita kusta meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus
bagi para penderita kusta tersebut, pada masa ini sudah ada jaminan sosial bagi
anak-anak yatim dan anak terlantar.
Diantara
ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau
perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan, seni
rupa, maupun seni suara.Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah
telah berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai
dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab
serta Majelis Sastra. Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah
adalah:
1. Khuttab
Khuttab
atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat
menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat
anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar
pokok-pokok ajaran Islam.
2. Masjid
Setelah
pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat
menengah yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap
dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang
haus akan ilmu pengetahuan.
Pada
Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan
tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran,
Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa,
ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
3. Majelis Sastra
Majelis
sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan
hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.
Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy “Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai
tradisi khusus yang mesti diindahkan seseorang yang masuk ketika khalifah
hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan rapi, duduk di tempat yang
sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan
tidak menjawab kecuali bila ditanya.
Ia
tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan dan memberi
kesempatan pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta menghindari
penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam balai-balai pertemuan
seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan
dan diperdebatkan”.
4.Pendidikan Istana
Pendidikan
istana diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan
para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk
memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya
diatur oleh guru dan orang tua murid.
Pada
periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri
dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan
perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan
terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik
Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah.
Dibidang
syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik,
engkau adalah orang yang pemurah di atas dunia ini”.
Selain
kemajuan seperti di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini
adalah:
1. Bidang Ilmu Hadits
a. Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat
sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan
hadist untuk dibukukan Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan
siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi
yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang
berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
b.
Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh
generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal
Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program
pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1) Imam
Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2) Imam
Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3) Abu
Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4) An
–Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5) At-Tirmidzi,
terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6) Ibnu
Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan
para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
2. Bidang Ilmu Tafsir
Untuk
memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu
ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat
Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana
ditunjukkan melalui malaikat Jibril.
Setelah
Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah
masih hidup.
Dalam
perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah
berkembang luas. Apalagi pemahaman
terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah
tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad
bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).
3. Bidang Ilmu Fiqih
Al
–Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat
islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum.
Pada
masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah
dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya
hanya pengertian yang sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan
kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada
tahap perkembangan pemikiran islam,
lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam
memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan,
perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau
tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara
lain :
1) Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2) Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3) Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4) Az –Zuhri (Madinah)
5) Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6) Al –Hasan Basri (Basrah)
7) Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8) Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9) Asy –Syu’aibi (Kufah)
10) Makhul (Syam)
4. Bidang Ilmu Tasawuf
Taswuf
merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya
agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan
ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak
mulia, sempurna dan kamil.
Munculnya
tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak
terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam
hal tasawuf antara lain sebagai berikut :
1) Hasan
Al-Basri
2) Sufyan
Ats-Tsauri
3) Rabi’ah
Al’Adawiyah
4) Ibrahim
bin Adham
5) Tokoh
tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan
Persia yang meninggalkan kehidupan mewah
di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf.
Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang
indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
5. Ilmu Sejarah dan
Geografi (Jughrafia)
Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu
yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah
Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
6. Ilmu Pengetahuan
Bahasa Arab
Ilmu
pengetahuan bidang bahasa arab, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa,
nahu, saraf, dan lain-lain.
7. Bidang Filsafat
Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada
umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu
hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
BAB
III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Pada
masa Bani Ummayah Pemerintah memberikan dorongan kuat dalam memajukan
pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal tersebut dilakukan agar
para ilmuan, ulama’ dan seniman mau melakukan pengembangan dalam ilmu yang
didalaminya serta dapat melakukan kadernisasi terhadap generasi setelahnya.
Pada
masa ini telah dilakukan penyempurnaan penulisan al-Quran dengan memberikan
baris dan titik pada huruf-hurufnya. Hal tersebut dilakuakn pada masa
pemerintahan Abd Malik Ibn Marwan yang menjadi khalifah antara tahun 685-705M.
Pada masa Dinasti ini juga telah dilakukan pembukuan hadist tepatnya pada waktu
pemerintahan khalifah Umar Ibn Abd Al-Aziz (99-10 H), mulai saat itu ilmu
hadist berkembang dengan sangat pesat. Khalifah-khalifah dinasti Umayyah juga
menaruh perhatian pada perkembangan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu agama yang
mencakup al-Qur’an, hadist,fikih,sejarah dan geografi. Ilmu sejarah dan
geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.Ubaid
Ibn Syariyah Al Jurhumi telah berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.Ilmu
pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa seperti
nahwu, sharaf, dan lain-lain. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada
umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu
hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran. Khalifah
Al-Walid mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta
meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para
penderita kusta tersebut, pada masa ini sudah ada jaminan sosial bagi anak-anak
yatim dan anak terlantar.
III.2. Saran
Sebagai
umat Islam sudah sepatutnya kita bangga dengan kebesaran Islam, belajar dari
sejarah Bani Ummayah, maka sudah selayaknyalah kita bisa mengembalikan
kebesaran Islam, dengan cara belajar yang baik agar ilmu yang kita miliki
berguna bagi bangsa, dan agama di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment