HIKAYAT
1.
Pengertian Hikayat
Hikayat adalah karya sastra melayu lama yang berbentuk
prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, biografi, atau
gabungan dari semuanya.
2. Ciri-ciri
Hikayat
- Ø Isi cerita berkisar pada
tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris)
- Ø Bersifat pralogis, yaitu
mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga
yang menyebut fantastis
- Ø Menggunakan banyak bahasa
kiasan
- Ø Banyak kata-kata yang sulit
dipahami
- Ø Struktur kalimatnya tidak efektif
3. Unsur
Intrinsik Dan Ekstrinsik dalm Hikayat
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya.
Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan
struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan
pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur
ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya
menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur
Intrinsik
a) Tema dan
Amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam
karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan.
Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang
bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna
dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang
diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah
makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b) Tokoh dan
Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya
sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.
Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya
sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat
(round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu
segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh
yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai
segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang
terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan
ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh
ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang
ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis
dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra
karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau
penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara
menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah
cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang
menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara
menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan,
dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan
banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan
batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk
cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c) Alur dan
Pengaluran
Alur disebut
juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat
sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas
beberapa bagian :
(1) Awal,
yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2) Tikaian,
yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3) Gawatan
atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4) Puncak,
yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5) Leraian,
yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai
terungkap.
(6) Akhir,
yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan
alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur
longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan
cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda.
Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah
alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu,
pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur
yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita.
Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir
cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot
balik (flashback), atau campauran keduanya.
d) Latar dan
Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar
atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah
lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada.
Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e) Pusat
Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita
dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan
pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan
yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai
orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya
sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat
dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang
serba tahu.
2. Unsur
Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom,
tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan
sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan,
pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu
sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan
bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan
lain-lain.
4. Contoh
Hikayat
Hikayat
Bayan Budiman
Hikayat Hang
Tuah
Hikayat
Raja-raja Pasai
HIkayat
Panji Semirang
HIkayat
Kalila dan Dimna
Hikayat
Indera Bangsawan
Hikayat Si
Miskin
Catatan :
Gambaran tentang tema, penokohan dan sudut pandang dalam Hikayat
Tema :
memahami tema dalam hikayat biasanya dominan mengenai petualangan, namun ada
juga yang bertema tentang kepahlawanan dan ketuhanan.
Penokohan : penokohan dalam hikayat biasanya bersifat
hitam dan putih, artinya tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga
akhri cerita, tokoh baik memiliki wajah yang sempurna dan tokoh jahat memiliki
tampang yang sesuai dengan karakternya.
Sudut pandang : pencerita biasanya menempatkan diri
sebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik diaan, menempatkan pencerita
sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.
Contoh
Hikayat :
Hikayat Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan
beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya.
Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti
dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah
di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu
dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan
sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan
menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam
tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia
menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan
keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin
menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan
menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda
berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam
dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang
sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam.
Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut
dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya
yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan
diasuhnya dengan penuh kasih saying.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak
sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang
tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir
Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si
Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri
Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah
anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah
sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja
Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui
pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah
Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para
ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah
akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati
Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu
disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu,
Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma
berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan.
Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli
orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja
Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya
menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut
dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak
raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan
–jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya.
Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani
berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi
nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut,
yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke
Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan
yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena
mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan
tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan
yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga.
Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi
sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja
Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang
menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri,
maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang
telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan
Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang
kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang
bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu
menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.
Unsur
Intrinsik dalam hikayat Si Miskin
Tema :Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan
hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.
Alur : Menggunakan alur maju, karena penulis
menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir
permasalahan.
Setting/
Latar :
-Setting
Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi
Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
-Setting
Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,
Sudut
Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
Amanat :
-Seorang
pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
-Janganlah
mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
– Hadapilah
semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan
memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya
kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah
kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan
kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya
dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
Unsur
Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin
1. Nilai
Moral
Kita harus
bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Jangan kita
terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
2. Nilai
Budaya
Sebagai
seorang anak kita harus menghormati orangtua.
Hendaknya
seorang anak dapat berbakti pada orang tua.
3. Nilai
Sosial
Kita harus
saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa
rasa pamrih.
Hendaknya
kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4. Nilai
Religius
Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Percayalah
pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
5. Nilai
Pendidikan
Kita harus
saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa
rasa pamrih.
Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.